Tatapan tajam dan dingin di pagi yang hangat ini seperti ingin membelah tubuh Nastya. Melihat itu, istri dari seorang Tommy melangkah mundur berlahan, bersikap waspada. Saat mendapati Tommy melangkah mendekat. Di genggangmya erat selimut yang membalut tubuhnya.
“Dasar ja-lang. Memakai pakaian seperti ini padahal suaminya tidak ada” di tariknya dengan keras selimut Nastya sehingga terhuyung ke depan. Keningnya membentur ujung meja kerja kamar hotel.
"Aakkh!” Teriak Nastya, menyentuh berlahan keningnya lalu mendapati darah mengucur pelan di keningnya. Dia mencoba berdiri dan menatap suaminya.
“Mas.. maafkan aku. Jika...” ucapannya terhenti saat dia merasakan bantal tidur menubruk wajahnya dengan keras. Lagi – lagi, Nastya harus terjatuh di lantai dengan posisi terduduk.
Bagai kerasukan setan, Tommy merobek kasar lingerie yang melekat pada tubuh istrinya. “Jangan mas, ampun” mohon Nastya sambil mencoba menghentikan tangan suaminya.
Namun seakan tuli, suaminya itu tak merespon sedikit pun. Tommy melempar papper bag ke arah wajah Nastya. Terdengar lagi desisan sakit dari bibir gadis berusia 18 tahun itu.
“Pakai! 10 menit !” Titahnya. Membuat Nastya buru – buru menyelesaikan mandat suaminya agar tidak menjadi sasaran kekerasan lagi. Beruntung baju dress selutut berwarna peach itu pas di tubuhnya. Warna peach berpadu pada kulit Nastya yang putih bersih membuat dress itu seakan memang di ciptakan untuk dirinya, sangat pas dan sempurna. Lalu menuju meja rias dan merapikan rambut juga dengan tergesa – gesa.
“Mas, aku tidak pakai mandi ya ?”
“Bukan urusanku” meninggalkan kamar itu begitu saja. “Cepat!” Sentaknya saat Nastya belum juga keluar dari kamar.
Nastya yang susah payah menahan air matanya melangkahkan kakinya dengan berat. Beberapa kali dia mengusap air mata yang keluar saat mengikuti suaminya dari belakang. Ntah menuju mana, diapun belum tahu. Belum lagi rasa nyeri di keningnya akibat terbentur tadi yang membuat kepalanya pusing.
"Brukk!” Tubuh Nastya menubruk Tommy dari belakang membuat Nastya sedikit terhuyung kebelakang, beruntung keseimbangannya bagus.
“Selain tak tahu diri ternyata kamu juga tidak memakai matamu!” Bisik Tommy di telinga Nastya. Pelan namun menusuk. Menciptakan luka yang semakin lebar di hatinya.
Sempat terkaget saat suaminya itu menggenggam tangannya, tampak seperti pasangan pengantin yang bahagia. menuntunnya ke balkon hotel yang ternyata sudah di sulap menjadi tempat berkumpul keluarga. Di situ Nastya dapat melihat Ayah, Ibu, kedua kakaknya, mertua dan sahabatnya.
Nastya menutup mulutnya dengan kedua tangannya, matanya berbinar bahagia.
Dia melepaskan genggaman tangan suaminya lalu berlari memeluk Ayah Ibunya, menyalami mertuanya dan juga memeluk sahabatnya Salsa, Dewi dan Rissa.
“Waduh nduuk, baru semalam berpisah saja sudah kayak gini” Ibu Tini menggoda.
“Iya ya buk, kayak sudah lama tidak ketemu saja” gelak tawa Pak Bejo membahana.
“Biasa jeng, pengantin baru” Nyonya Sandra ikut menimpali. Tangannya terulur menyentuh lembut lengan besan perempuan.
Nastya yang di berondong godaan itu tersipu malu, “apa sih buk” ucapnya manja sembari menyembunyikan wajahnya di lengan sang Ibu.
“Loh loh loh, maluu toh nduk” goda pak Bejo lagi.
Semuanya tertawa menikmati lucunya menggoda sepasang pengantin baru. Tapi lebih tepatnya hanya menggoda Nastya, nyatanya Tommy datar tanpa ekspresi.
Hanya sesekali tersenyum tipis untuk menimpali godaan.
“Ayo – ayo dinikmati sarapannya” ajak Nyonya Sandra ramah. Semuanya pun beranjak menuju meja yang sudah penuh dengan menu – menu yang menggoda selera.
Saat semua sedang asyik bercengkrama sambil menikmati sarapan di balkon hotel mewah, disuguhi pemandangan pegunungan yang indah juga udara yang sejuk.
Rissa, sahabat Nastya terlihat diam – diam mencuri pandang pada Tommy yang sedang menyesap rokoknya.
Dia sengaja mengambil duduk terpisah agak jauh agar yang lainnya tidak terganggu oleh asap rokoknya. Selain itu, dia juga malas berkumpul dengan keluarga istrinya.
Setelah mengambil minuman, Rissa berjalan tergesa - gesa menuju arah Tommy dan “uhuk uhuk” dia terbatuk terkena hembusan asap rokok yang di hembuskan Tommy. Dengan sengaja juga menumpahkan jus apelnya di bagian da-da. Sontak Tommy beranjak dari duduknya lalu mengambil tisue di mejanya dan membantu rissa mengeringkan tumpahan jus di bagian da-danya.
"Aahhh" desah Rissa lirih. Suara menggoda yang keluar dari bibir sahabat istrinya itu membuat Tommy menghentikan kegiatannya, dahinya berkerut menatap Rissa.
“Maaf” ucap Tommy yang masih menatap lekat Rissa.
Rissa menggigit bibir bawahnya seakan menggoda “tidak apa – apa Tuan Tommy” lalu tersenyum sensual.
Terdengar tawa kecil dari bibir Tommy “Tommy, panggil saja Tommy” mengulurkan tangannya yang langsung di sambut riang oleh Rissa.
“Baik, Tommy, terima kasih sudah di bersihkan” ucapnya sambil menyentuh da-danya lalu mengerlingkan sebelah matanya. Menciptakan senyuman tipis di bibir Tommy.
“Aku, ke meja dulu ya Tom” dia bergegas berkumpul dengan lainnya setelah sebelumnya meletakkan gelasnya yang kosong di meja Tommy dan sengaja menabrakkan sedikit tubuhnya di lengan Tommy.
Semua tingkah nakal Rissa tak luput dari penglihatan Dewi. Dia hanya menghela nafas melihat itu “masak iya suami sahabatnya mau di goda juga” batin Dewi lalu mengetikkan sesuatu di aplikasi chatting berlogo hijau. Dia memberikan tahu apa yang barusan dia lihat pada Salsa.
Aplikasi chatting berlogo hijau :
Dewi : "Sa, Rissa Sa. Godain suami orang tuh"
Salsa : "Iyaa Wi, aku juga lihat”
Dewi : "Aaah benarkah? Aku kira kamu tidak
tahu, abisnya dari tadi kamu sibuk
dengan kekasih – kekasihmu” Dewi
mengetikkan pesan sambil cekikikan
pelan.
Salsa : "Kekasih yang mana ?
Dewi : "Itu yang lagi kamu makan dengan
lahap hahahahaha” emoticon orang tertawa terbahak – bahak menjadi penutup chat dua sahabat itu.
Terlihat Salsa menggigit ponselnya karena kesal dengan Dewi. Membuat Dewi mengatupkan bibirnya rapat untuk menahan tawa. Bersamaan dengan Rissa yang ikut bergabung di meja mereka.
“Rissa, butuh bedak caladdin?” Tawar Salsa dengan mimik wajah kesal.
“Untuk?” Rissa yang bingung sampek tidak jadi meminum jusnya yang sudah menempel di bibirnya.
“Aku kira butuh, abisnya kamu gatel banget sih” kalimat frontal itu membuat Dewi menepuk jidatnya dan menciptakan mimik wajah kesal di wajah Rissa.
“Jangan jadi sahabat makan sahabat ya” Salsa melotot namun tak ada sahutan dari Rissa yang memang terkenal suka menggoda lelaki, lebih tepatnya lelaki yang kaya. Dia tak peduli meski lelaki itu sudah punya pacar, tunangan bahkan istri dan anak sekalipun. Karna yang di incar hanya kekayaannya saja untuk memenuhi gaya hidupnya yang bak sosialita.
Acara sarapan pagi selesai di tandai dengan keluarga Nastya yang berpamitan juga Ayah Ibunya memberi wejangan – wejangan positif pada Nastya sebagai istri.
Begitu juga sahabat – sahabatnya yang ikut berpamitan pulang.
"Nanti ceritain aku tutorial anu - anu y Nas, aku tunggu kabarnya" Salsa berniat menggoda. Namun Nastya tak menanggapi sebab Tommy sudah meliriknya dengan tajam sembari menunjuk jam di pergelangan tangannya. Yang berarti di harus cepat.
"Nas, apapun itu. Kalau kamu butuh, kita selalu siap bantuin kamu” ucap Dewi sambil menyentuh kening Nastya yang memar dan ada bekas darah sedikit. Walaupun tadi sempat di samarkan dengan foundation dan di tutup poni, namun Dewi adalah sabahat yang detail dan peka.
Untuk saat ini Dewi masih belum tau, memar dikening sahabatnya itu ada karena sengaja atau tidak disengaja. Diantara semua sahabat dan orang yang mendukung hubungan Nastya dengan Tommy, hanya Dewi yang kurang setuju. Ntah, dia merasakan ada sesuatu yang aneh dan tidak baik pada tatapan mata Tommy pada Nastya. Mendengar itu, Nastya hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
Sedangkan Rissa hanya mencium pipi kanan dan kiri saja, walaupun sahabat, nyatanya tersemat banyak rasa iri di hati Rissa terhadap Nastya. Keberuntungan yang di miliki Nastya sebagai anak orang miskin dan berwajah biasa lebih besar dibanding dia yang berasal dari keluarga kaya juga berwajah lebih cantik terawat. Apalagi profesinya sebagai model. Membuat Rissa merasa lebih tinggi derajatnya daripada Nastya.
Rissa masih sempat – sempatnya menjabat tangan Tommy dan memberikan secarik kertas kecil berisi deretan nomor ponselnya. Namun itu luput dari perhatian Nastya yang masih asyik memeluk kedua sahabatnya.
“Byee...” lambai mereka semua lalu mobil yang di kendarai salsa menghilang dari penglihatan. Begitupun kendaraan keluarga Tommy yang diperintahkan mengantar pulang keluarga Nastya.
"Plokk” sebuah tangan menepuk keras pundak Natsya membuat Nastya terlonjak kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments