Bab 8 : Kopi Asin

Tiiinn.... Tiinnnn suara klakson dari mobil Tommy yang sudah berada di depan mansion, tampak penjaga gerbang berlari untuk segera membuka pintu pagar yang besar dan tinggi itu. Lalu memberi hormat ketika mobil sedan mewah berwarna hitam itu melewatinya.

"Kenapa pagarnya ?"

"Pagarnya rusak tuan, mesin otomatis buka-nya yang rusak. Besok akan diperbaiki" jawab Tono, supir pribadi Tommy. Tommy hanya menganggukkan kepalanya, lalu turun setelah membawa tas kerjanya dan langsung menuju kamarnya.

Nastya yang sedari tadi sudah menunggu di kamar Tommy sudah siap menggoda suaminya dengan menggunakan pakaian tidur bahan satin berwarna peach yang sangat cantik menyatu dengan kulitnya yang putih bersih, polesan make up wajah yang natural juga wangi parfum kamasutra yang baru dia beli kemarin.

"Semoga parfum kamasutra ini berhasil." Dia mencium lengannya yang sudah di semprot parfum. "Hmmmm wanginya enak banget." Nastya berputar di depat cermin untuk memastikan penampilannya, mencondongkan wajahnya di depan cermin untuk memastikan riasannya tidak menor.

Meski selama dua bulan ini belum ada hasil nyata dari usahanya dan kadang berakhir dengan penyiksaan dari suaminya sendiri. Nastya yang berkarakter pantang menyerah itu terus saja mencoba untuk melangkah. Meski terkadang berada di fase lelah dan ingin menyerah.

Walaupun untuk mundur sepertinya tidak bisa, mau maju rasanya apa sanggup jika di jalani seperti ini dan di jalan di tempatpun rasanya menyakitkan.

Nastya bertekad akan terus berusaha mengambil hati seorang Tommy Laga Brotoseno dan pernikahannya, walaupun pernikahannya di penuhi air mata setiap harinya. Dia akan berusaha semaksimal mungkin, sampai dia sendiri tidak sanggup lagi. Pada titik itu, dia akan menyerah dan pergi. Karena dia yakin "hasil tidak akan mengkhianati usaha seseorang"

Jeglek... suara pintu di buka.

"Halo mas" sapaan lembut bernada ceria itu menjadi sambutan Tommy saat memasuki kamarnya. Lagi - lagi Tommy di buat tertegun dengan istri kecilnya itu. Meski setiap malam Nastya melakukan hal yang sama dan meski berakhir dengan penolakannya.

"Rupanya dia belum menyerah" batin Tommy lalu melangkah mendekat ke istrinya yang terus menyunggingkan senyum manis.

Di akui Tommy, istrinya malam ini terlihat menggemaskan dengan warna peach. Rasanya dia ingin melepaskan egonya, memeluk istrinya yang sah - sah saja jika dia menginginkan lebih pada istrinya itu.

Nastya menunjukkan salah tingkahnya ketika Tommy hanya diam saja saat jarak mereka berdua cukup dekat. Bahkan Tommy dapat melihat semu merah di pipi Nastya, begitupun Nastya bisa merasakan hembusan hangat nafas Tommy menerpa wajahnya.

"Aku ingin tahu apa yang akan kamu lakukan Nas, ayolah tunjukkan" Ucapnya dalam hati menunggu reaksi Nastya. Sungguh dia ingin sekali menggoda istrinya malam ini.

Nastya sempat ragu namun dia segera melingkarkan tangannya ke tubuh suaminya, memeluknya erat. Di hirupnya aroma parfum suaminya yang maskulin. Dengan memejamkan mata, senyum bahagia menghiasi bibirnya, dia menggosok - gosokkan sedikit kepalanya di da-da bidang suaminya hingga Nastya bisa mendengar degup jantung Tommy yang berdebar lebih cepat. Bahagia sekali perasaan Nastya saat ini. Ini adalah pertama kalinya dia memeluk suaminya sejak menikah.

Sedangkan Tommy, dia merasakan hatinya menghangat mendapat pelukan manja dari istrinya untuk pertama kalinya. Pelukan yang rasanya berbeda dengan wanita - wanita lain yang pernah menemani malamnya. Di hirupnya wangi bunga mawar dari rambut istrinya. Dia membungkukkan sedikit badannya demi bisa mencium leher Nastya, dan menikmati wangi tubuh istri kecilnya. Wewangian yang membuat tubuhnya rileks, beban pikiran, lelah juga penat seakan menguap begitu saja tanpa sisa. Bagai candu, Tommy menginginkan pelukan ini lebih lama.

Tommy menciumi dan memainkan lidahnya di leher Nastya menciptakan gelanyar aneh pada tubuh keduanya. Perasaan yang ntahlah, keduanya juga bingung mengartikannya.

Jantung Nastya berdetak bagai genderang perang, menahan sensasi geli dan tanpa sanggup ditahan "aahhh" des-ahan sangat liriih sekali keluar dari bibir Nastya. Namun masih dapat di dengar Tommy tentu saja hal itu menciptakan senyuman kemenangan di bibir tebalnya.

Nastya mengurai pelukannya saat Tommy menyudahi ciumannya. Mengambil tas kerja di tangan Tommy lalu membantu suaminya melepas dasi juga jas kerjanya. Dia menggandeng suaminya ke sofa untuk duduk lalu melepaskan sepatu juga kaos kakinya.

"Mas mau minum apa ?"

"Apa kamu tidak ingin membuka kemejaku juga ?" Suara berat itu mematik semu merah di pipi Nastya lagi.

"A-apa boleh?"

Tommy menarik Nastya hingga terjatuh di pangkuannya, "bukalah" perintahnya dengan menatap intens Nastya.

Dengan sedikir gemetar dan sedikit menunduk, Nastya berlahan membuka kancing kemeja suaminya satu per satu. Rasanya waktu berjalan lebih lama dan jantungnya memompa semakin cepat.

Pikiran Nastya pun travelling kemana - mana saat melihat bulu - bulu halus yang tumbuh si da-da suaminya. Susah payah dia menelan salivanya. "Astaga.. makhluk ciptaan Tuhan yang paling seksi" batin Nastya, mungkin wajahnya kini sudah seperti udang rebus. "Sudah mas" Nastya hendak beranjak turun dari pangkuan suaminya, namun Tommy menahannya.

"Celananya nggak sekalian di lepas ?" Pertanyaan santai itu membuat Nastya membelalakkan matanya. "Menggemaskan" Tommy membatin.

"Engg.. anu mas... " gelagapan.

Terdengar Tommy tertawa puas mengerjai Nastya. "Sudah, buatkan aku kopi"

"Ba-baik mas, tunggu ya" Nastya buru - buru turun dari pangkuan Tommy dan segera menuju dapur setelah menggunakan jubah panjang tidurnya.

Setelah merebus air hingga mendidih dia menuangkan pada cangkir yang telah di siapkan. Sebenarnya ada dispenser biar lebih praktis tapi Nastya lebih suka membuat kopi dengan air mendidih dari kompor.

Dicicipi kopi buatannya yang terasa sudah enak dan pas manisnya. Nastya menuju ke toilet dapur sebentar karena ingin buang air kecil. Setelahnya, segera membawa kopi itu tanpa mencicipinya lagi.

"Ini mas kopinya" Nastya meletakkan di nakas kecil sebelah ranjang dimana Tommy sedang menatap laptopnya.

Tommy yang haus segera mengambil cangkir lalu menyeruputnya dan byuuurrrrr..

Kopi yang bahkan belum melewati tenggorokkannya itu di semburkan lagi tepat di wajah Nastya yang duduk di depannya.

Wajah Tommy memerah seperti menahan amarah, dia melemparkan laptopnya hingga hancur membuat Nastya terlonjak sangat kaget.

"Ada apa mas ?" Mengerutkan keningnya.

Bayang - bayang masa lalu tentang kopi mulai melintas di kepala Tommy kembali, membangkitkan kenangan pahit yang susah payah di hilangkan Tommy dalam hidupnya.

"Ada apa ?! Kamu tanya ada apa ?!" Suara datar itu terdengar mengerikan di telinga Nastya.

Dia menggeser tubuhnya mendekat ke Nastya lalu mencengkeram keras dagu istrianya "auuh sakit mas" desis Nastya.

Tommy membuka paksa mulut Nastya dan memasukkan semua kopi dalam mulut Nastya lalu menutup mulut Nastya. Mau tidak mau Nastya menelan semua kopi itu. Rasa asin yang teramat sangat memenuhi seluruh mulut dan tenggorokannya menciptakan rasa mual dan tidak nyaman di perutnya. Air mata Nastya menetes lagi malam ini.

"Kalau tidak bisa membuat kopi yang benar, NGGAK USAH SOK BIKIN KOPI !!!" Nada Tommy meningkat tinggi. Nastya memejamkan matanya dalam dan sampai menutup telinganya.

"Ma-maaf mas. Tapi tadi kopi yang aku bikin rasanya tidak asin. Tadi sudah aku coba mas"

"LALU INI APA ?!"

"Tadi setelah bikin kopi, aku ke toilet sebentar lalu--" ucapanya terhenti karena Tommy menarik kasar jubah tidurnya hingga robek.

"Tidak usah banyak alasan kamu, keluar dari sini !" Usir tommy dengan membentak.

"Mas.." ingin menjelaskan, Nastya meraih tangan suaminya yang ternyata langsung di hempaskan kuat oleh Tommy.

Di bantingnya cangkir kopi itu lalu mendorong kuat Nastya dengan kuat. Sungguh naas, telapak kaki Nastya tertancap pecahan cangkir "akkhhh" teriak Nastya. Terlihat darah mengalir dari telapak kakinya, "sakiit mas" lirihnya.

Melihat itu Tommy malah meninggalkannya tanpa ada niat membantu.

"Ya Tuhan" lirih Nastya, air matanya tak terbendung lagi. Meleleh di pipinya seiring dengan teriakan kesakitannya ketika melepas pecahan cangkir yang tertancap di telapak kakinya.

"Akkhh! Sshsshhshs, sakiit" gumamnya ketika pecahan kaca sudah terlepas, terasa ngilu dan nyeri. Dia menyumpal kakinya dengan jubah tidurnya agar darah terhenti.

Tapi bila dibandingkan, rasa sakit di kakinya tidak ada apa - apanya di bandingkan dengan rasa sakit dihatinya.

Nastya pikir malam ini akan menjadi malam yang indah, ternyata malah menjadi salah satu malam yang kelam juga dalam pernikahannya. Pernikahan penuh air mata.

Terpopuler

Comments

Lili Ismail

Lili Ismail

Mertua jahat paling yang kasih garam

2024-09-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Ternyata Palsu !
2 Bab 2 : sahabat makan sahabat
3 Bab 3 : Ternyata hanya sandiwara
4 Bab 4 : Bukan siapa - siapa
5 Bab 5 : Dibanding kamu
6 Bab 6 : Wanita yang buruk 1
7 Bab 7 : Wanita yang buruk 2
8 Bab 8 : Kopi Asin
9 Bab 9 : Chloe
10 Bab 10 : Kepergian Ayah
11 Bab 11 : Lembaran baru
12 Bab 12 : Rissa
13 Bab 13 : Pelampiasan
14 Bab 14 : Pria bayangan
15 Bab 15 : Ternyata kamu...
16 Bab 16 : Emosi
17 Bab 17 : Membuka hati
18 Bab 18 : Perjuangan Terakhir
19 Bab 19 : Selesai
20 Bab 20 : Mengubur masa lalu
21 Bab 21 : Bertemu
22 Bab 22 : Melamar ?
23 Bab 23 : The day in my life
24 Bab 24 : Hai Cikita
25 Bab 25 : baby sitter X sekretaris
26 Bab 26 : Bye Cikita
27 Bab 27 : Mengucap janji suci
28 Bab 28 : Aku milikmu
29 Bab 29 : Dua kepribadian
30 Bab 30 : kamu kenapa ?
31 Bab 31 : Aku juga manusia
32 Bab 32 : Harus bahagia atau sedih?
33 Bab 33 : Kenyataan pahit
34 Bab 34 : kak Bram bercerita
35 Bab 35 : Temani Bunda ya sayang
36 Bab 36 : Gotcha!
37 Bab 37 : Talak 3
38 Bab 38 : Aku seorang ayah
39 Bab 39 : Terkuak
40 Bab 40 : Dimana anakku
41 Bab 41 : Lupakan semua
42 Bab 42 :
43 Bab 43 : Menculik Tommy
44 Bab 44 : Memeluk air
45 Bab 45 : Putri Duyung
46 Bab 46 : Terima kasih
47 Bab 47 : Ibu
48 Bab 48 :
49 Bab 49 :
50 Bab 50 :
51 Bab 51 :
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54 :
55 Bab 55 :
56 Bab 56 :
57 Bab 57 :
58 Bab 58 :
59 Bab 59 :
60 Bab 60 :
61 Bab 61 :
62 Bab 62 :
63 Bab 63 : Pertemuan
64 Bab 64 :
65 Bab 65 : Seperti liburan keluarga
66 Bab 66 : Posesif
67 Bab 67 :
68 Ilustrasi Tokoh
69 Bab 68 : mancing apa ? Mancing emosi !
70 Bab 69 : cari perkara dengan putra petir
71 Bab 70 : senyum seindah rembulan
72 Bab 71 :
73 Bab 72 :
74 Bab 73 :
75 Bab 74 :
76 Bab 75 : penunggu kediaman Orlando
77 Bab 76 :
78 Bab 77 :
79 Bab 78 :
80 Bab 79 :
81 Bab 80 :
82 Bab 81 : kamu hamil ?
83 Bab 82 :
84 Bab 83 : Kita, KUA dan KIA
85 Bab 84 :
86 Bab 85 : siapa kamu sebenarnya ?!
87 Bab 86 :
88 Bab 87 :
89 Bab 88:
90 Bab 89 : jangan menatapnya, dia istriku !
91 Bab 90 : Double Date
92 Bab 91 : Ultimatum Hamish
93 Bab 92 : Dejavu
94 Bab 93 :
95 Bab 94 :
96 Bab 95 :
97 Bab 96 : kamu anggap apa ?
98 Bab 97 :
99 Bab 98 :
100 Bab 99 : mati rasa
101 Bab 100 : menjemputmu
102 Bab 101 :
103 Bab 102 : Roger ?
104 Bab 103 : apa kamu masih mencintainya ?
105 Bab 104 :
106 Bab 105 : kamu milikku, titik!
107 Bab 106 : milikku, titik!
108 Bab 107 : Kate, kamu milikku!
109 Bab 108 : menikahlah denganku
110 Mohon dukungan ya teman - teman
111 Bab 109 : cerita yang manis - manis
112 Bab 110 : kenapa kamu masih memikirkannya ?
113 Bab 111 : kenapa kamu masih memikirkannya Kate ?
114 Bab 112 : like a swan, ahe !
115 Bab 113 : cosplay jadi mama papa
116 Bab 114 : biarkan dia menjadi milikku saja !
117 Bab 115 :
118 Bab 116 :
119 Bab 117 :
120 Bab 118 : hamil duluan ya?!
121 Bab 119 : maaf..
122 Bab 120 : morning kiss
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Bab 1 : Ternyata Palsu !
2
Bab 2 : sahabat makan sahabat
3
Bab 3 : Ternyata hanya sandiwara
4
Bab 4 : Bukan siapa - siapa
5
Bab 5 : Dibanding kamu
6
Bab 6 : Wanita yang buruk 1
7
Bab 7 : Wanita yang buruk 2
8
Bab 8 : Kopi Asin
9
Bab 9 : Chloe
10
Bab 10 : Kepergian Ayah
11
Bab 11 : Lembaran baru
12
Bab 12 : Rissa
13
Bab 13 : Pelampiasan
14
Bab 14 : Pria bayangan
15
Bab 15 : Ternyata kamu...
16
Bab 16 : Emosi
17
Bab 17 : Membuka hati
18
Bab 18 : Perjuangan Terakhir
19
Bab 19 : Selesai
20
Bab 20 : Mengubur masa lalu
21
Bab 21 : Bertemu
22
Bab 22 : Melamar ?
23
Bab 23 : The day in my life
24
Bab 24 : Hai Cikita
25
Bab 25 : baby sitter X sekretaris
26
Bab 26 : Bye Cikita
27
Bab 27 : Mengucap janji suci
28
Bab 28 : Aku milikmu
29
Bab 29 : Dua kepribadian
30
Bab 30 : kamu kenapa ?
31
Bab 31 : Aku juga manusia
32
Bab 32 : Harus bahagia atau sedih?
33
Bab 33 : Kenyataan pahit
34
Bab 34 : kak Bram bercerita
35
Bab 35 : Temani Bunda ya sayang
36
Bab 36 : Gotcha!
37
Bab 37 : Talak 3
38
Bab 38 : Aku seorang ayah
39
Bab 39 : Terkuak
40
Bab 40 : Dimana anakku
41
Bab 41 : Lupakan semua
42
Bab 42 :
43
Bab 43 : Menculik Tommy
44
Bab 44 : Memeluk air
45
Bab 45 : Putri Duyung
46
Bab 46 : Terima kasih
47
Bab 47 : Ibu
48
Bab 48 :
49
Bab 49 :
50
Bab 50 :
51
Bab 51 :
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54 :
55
Bab 55 :
56
Bab 56 :
57
Bab 57 :
58
Bab 58 :
59
Bab 59 :
60
Bab 60 :
61
Bab 61 :
62
Bab 62 :
63
Bab 63 : Pertemuan
64
Bab 64 :
65
Bab 65 : Seperti liburan keluarga
66
Bab 66 : Posesif
67
Bab 67 :
68
Ilustrasi Tokoh
69
Bab 68 : mancing apa ? Mancing emosi !
70
Bab 69 : cari perkara dengan putra petir
71
Bab 70 : senyum seindah rembulan
72
Bab 71 :
73
Bab 72 :
74
Bab 73 :
75
Bab 74 :
76
Bab 75 : penunggu kediaman Orlando
77
Bab 76 :
78
Bab 77 :
79
Bab 78 :
80
Bab 79 :
81
Bab 80 :
82
Bab 81 : kamu hamil ?
83
Bab 82 :
84
Bab 83 : Kita, KUA dan KIA
85
Bab 84 :
86
Bab 85 : siapa kamu sebenarnya ?!
87
Bab 86 :
88
Bab 87 :
89
Bab 88:
90
Bab 89 : jangan menatapnya, dia istriku !
91
Bab 90 : Double Date
92
Bab 91 : Ultimatum Hamish
93
Bab 92 : Dejavu
94
Bab 93 :
95
Bab 94 :
96
Bab 95 :
97
Bab 96 : kamu anggap apa ?
98
Bab 97 :
99
Bab 98 :
100
Bab 99 : mati rasa
101
Bab 100 : menjemputmu
102
Bab 101 :
103
Bab 102 : Roger ?
104
Bab 103 : apa kamu masih mencintainya ?
105
Bab 104 :
106
Bab 105 : kamu milikku, titik!
107
Bab 106 : milikku, titik!
108
Bab 107 : Kate, kamu milikku!
109
Bab 108 : menikahlah denganku
110
Mohon dukungan ya teman - teman
111
Bab 109 : cerita yang manis - manis
112
Bab 110 : kenapa kamu masih memikirkannya ?
113
Bab 111 : kenapa kamu masih memikirkannya Kate ?
114
Bab 112 : like a swan, ahe !
115
Bab 113 : cosplay jadi mama papa
116
Bab 114 : biarkan dia menjadi milikku saja !
117
Bab 115 :
118
Bab 116 :
119
Bab 117 :
120
Bab 118 : hamil duluan ya?!
121
Bab 119 : maaf..
122
Bab 120 : morning kiss

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!