Tiiinn.... Tiinnnn suara klakson dari mobil Tommy yang sudah berada di depan mansion, tampak penjaga gerbang berlari untuk segera membuka pintu pagar yang besar dan tinggi itu. Lalu memberi hormat ketika mobil sedan mewah berwarna hitam itu melewatinya.
"Kenapa pagarnya ?"
"Pagarnya rusak tuan, mesin otomatis buka-nya yang rusak. Besok akan diperbaiki" jawab Tono, supir pribadi Tommy. Tommy hanya menganggukkan kepalanya, lalu turun setelah membawa tas kerjanya dan langsung menuju kamarnya.
Nastya yang sedari tadi sudah menunggu di kamar Tommy sudah siap menggoda suaminya dengan menggunakan pakaian tidur bahan satin berwarna peach yang sangat cantik menyatu dengan kulitnya yang putih bersih, polesan make up wajah yang natural juga wangi parfum kamasutra yang baru dia beli kemarin.
"Semoga parfum kamasutra ini berhasil." Dia mencium lengannya yang sudah di semprot parfum. "Hmmmm wanginya enak banget." Nastya berputar di depat cermin untuk memastikan penampilannya, mencondongkan wajahnya di depan cermin untuk memastikan riasannya tidak menor.
Meski selama dua bulan ini belum ada hasil nyata dari usahanya dan kadang berakhir dengan penyiksaan dari suaminya sendiri. Nastya yang berkarakter pantang menyerah itu terus saja mencoba untuk melangkah. Meski terkadang berada di fase lelah dan ingin menyerah.
Walaupun untuk mundur sepertinya tidak bisa, mau maju rasanya apa sanggup jika di jalani seperti ini dan di jalan di tempatpun rasanya menyakitkan.
Nastya bertekad akan terus berusaha mengambil hati seorang Tommy Laga Brotoseno dan pernikahannya, walaupun pernikahannya di penuhi air mata setiap harinya. Dia akan berusaha semaksimal mungkin, sampai dia sendiri tidak sanggup lagi. Pada titik itu, dia akan menyerah dan pergi. Karena dia yakin "hasil tidak akan mengkhianati usaha seseorang"
Jeglek... suara pintu di buka.
"Halo mas" sapaan lembut bernada ceria itu menjadi sambutan Tommy saat memasuki kamarnya. Lagi - lagi Tommy di buat tertegun dengan istri kecilnya itu. Meski setiap malam Nastya melakukan hal yang sama dan meski berakhir dengan penolakannya.
"Rupanya dia belum menyerah" batin Tommy lalu melangkah mendekat ke istrinya yang terus menyunggingkan senyum manis.
Di akui Tommy, istrinya malam ini terlihat menggemaskan dengan warna peach. Rasanya dia ingin melepaskan egonya, memeluk istrinya yang sah - sah saja jika dia menginginkan lebih pada istrinya itu.
Nastya menunjukkan salah tingkahnya ketika Tommy hanya diam saja saat jarak mereka berdua cukup dekat. Bahkan Tommy dapat melihat semu merah di pipi Nastya, begitupun Nastya bisa merasakan hembusan hangat nafas Tommy menerpa wajahnya.
"Aku ingin tahu apa yang akan kamu lakukan Nas, ayolah tunjukkan" Ucapnya dalam hati menunggu reaksi Nastya. Sungguh dia ingin sekali menggoda istrinya malam ini.
Nastya sempat ragu namun dia segera melingkarkan tangannya ke tubuh suaminya, memeluknya erat. Di hirupnya aroma parfum suaminya yang maskulin. Dengan memejamkan mata, senyum bahagia menghiasi bibirnya, dia menggosok - gosokkan sedikit kepalanya di da-da bidang suaminya hingga Nastya bisa mendengar degup jantung Tommy yang berdebar lebih cepat. Bahagia sekali perasaan Nastya saat ini. Ini adalah pertama kalinya dia memeluk suaminya sejak menikah.
Sedangkan Tommy, dia merasakan hatinya menghangat mendapat pelukan manja dari istrinya untuk pertama kalinya. Pelukan yang rasanya berbeda dengan wanita - wanita lain yang pernah menemani malamnya. Di hirupnya wangi bunga mawar dari rambut istrinya. Dia membungkukkan sedikit badannya demi bisa mencium leher Nastya, dan menikmati wangi tubuh istri kecilnya. Wewangian yang membuat tubuhnya rileks, beban pikiran, lelah juga penat seakan menguap begitu saja tanpa sisa. Bagai candu, Tommy menginginkan pelukan ini lebih lama.
Tommy menciumi dan memainkan lidahnya di leher Nastya menciptakan gelanyar aneh pada tubuh keduanya. Perasaan yang ntahlah, keduanya juga bingung mengartikannya.
Jantung Nastya berdetak bagai genderang perang, menahan sensasi geli dan tanpa sanggup ditahan "aahhh" des-ahan sangat liriih sekali keluar dari bibir Nastya. Namun masih dapat di dengar Tommy tentu saja hal itu menciptakan senyuman kemenangan di bibir tebalnya.
Nastya mengurai pelukannya saat Tommy menyudahi ciumannya. Mengambil tas kerja di tangan Tommy lalu membantu suaminya melepas dasi juga jas kerjanya. Dia menggandeng suaminya ke sofa untuk duduk lalu melepaskan sepatu juga kaos kakinya.
"Mas mau minum apa ?"
"Apa kamu tidak ingin membuka kemejaku juga ?" Suara berat itu mematik semu merah di pipi Nastya lagi.
"A-apa boleh?"
Tommy menarik Nastya hingga terjatuh di pangkuannya, "bukalah" perintahnya dengan menatap intens Nastya.
Dengan sedikir gemetar dan sedikit menunduk, Nastya berlahan membuka kancing kemeja suaminya satu per satu. Rasanya waktu berjalan lebih lama dan jantungnya memompa semakin cepat.
Pikiran Nastya pun travelling kemana - mana saat melihat bulu - bulu halus yang tumbuh si da-da suaminya. Susah payah dia menelan salivanya. "Astaga.. makhluk ciptaan Tuhan yang paling seksi" batin Nastya, mungkin wajahnya kini sudah seperti udang rebus. "Sudah mas" Nastya hendak beranjak turun dari pangkuan suaminya, namun Tommy menahannya.
"Celananya nggak sekalian di lepas ?" Pertanyaan santai itu membuat Nastya membelalakkan matanya. "Menggemaskan" Tommy membatin.
"Engg.. anu mas... " gelagapan.
Terdengar Tommy tertawa puas mengerjai Nastya. "Sudah, buatkan aku kopi"
"Ba-baik mas, tunggu ya" Nastya buru - buru turun dari pangkuan Tommy dan segera menuju dapur setelah menggunakan jubah panjang tidurnya.
Setelah merebus air hingga mendidih dia menuangkan pada cangkir yang telah di siapkan. Sebenarnya ada dispenser biar lebih praktis tapi Nastya lebih suka membuat kopi dengan air mendidih dari kompor.
Dicicipi kopi buatannya yang terasa sudah enak dan pas manisnya. Nastya menuju ke toilet dapur sebentar karena ingin buang air kecil. Setelahnya, segera membawa kopi itu tanpa mencicipinya lagi.
"Ini mas kopinya" Nastya meletakkan di nakas kecil sebelah ranjang dimana Tommy sedang menatap laptopnya.
Tommy yang haus segera mengambil cangkir lalu menyeruputnya dan byuuurrrrr..
Kopi yang bahkan belum melewati tenggorokkannya itu di semburkan lagi tepat di wajah Nastya yang duduk di depannya.
Wajah Tommy memerah seperti menahan amarah, dia melemparkan laptopnya hingga hancur membuat Nastya terlonjak sangat kaget.
"Ada apa mas ?" Mengerutkan keningnya.
Bayang - bayang masa lalu tentang kopi mulai melintas di kepala Tommy kembali, membangkitkan kenangan pahit yang susah payah di hilangkan Tommy dalam hidupnya.
"Ada apa ?! Kamu tanya ada apa ?!" Suara datar itu terdengar mengerikan di telinga Nastya.
Dia menggeser tubuhnya mendekat ke Nastya lalu mencengkeram keras dagu istrianya "auuh sakit mas" desis Nastya.
Tommy membuka paksa mulut Nastya dan memasukkan semua kopi dalam mulut Nastya lalu menutup mulut Nastya. Mau tidak mau Nastya menelan semua kopi itu. Rasa asin yang teramat sangat memenuhi seluruh mulut dan tenggorokannya menciptakan rasa mual dan tidak nyaman di perutnya. Air mata Nastya menetes lagi malam ini.
"Kalau tidak bisa membuat kopi yang benar, NGGAK USAH SOK BIKIN KOPI !!!" Nada Tommy meningkat tinggi. Nastya memejamkan matanya dalam dan sampai menutup telinganya.
"Ma-maaf mas. Tapi tadi kopi yang aku bikin rasanya tidak asin. Tadi sudah aku coba mas"
"LALU INI APA ?!"
"Tadi setelah bikin kopi, aku ke toilet sebentar lalu--" ucapanya terhenti karena Tommy menarik kasar jubah tidurnya hingga robek.
"Tidak usah banyak alasan kamu, keluar dari sini !" Usir tommy dengan membentak.
"Mas.." ingin menjelaskan, Nastya meraih tangan suaminya yang ternyata langsung di hempaskan kuat oleh Tommy.
Di bantingnya cangkir kopi itu lalu mendorong kuat Nastya dengan kuat. Sungguh naas, telapak kaki Nastya tertancap pecahan cangkir "akkhhh" teriak Nastya. Terlihat darah mengalir dari telapak kakinya, "sakiit mas" lirihnya.
Melihat itu Tommy malah meninggalkannya tanpa ada niat membantu.
"Ya Tuhan" lirih Nastya, air matanya tak terbendung lagi. Meleleh di pipinya seiring dengan teriakan kesakitannya ketika melepas pecahan cangkir yang tertancap di telapak kakinya.
"Akkhh! Sshsshhshs, sakiit" gumamnya ketika pecahan kaca sudah terlepas, terasa ngilu dan nyeri. Dia menyumpal kakinya dengan jubah tidurnya agar darah terhenti.
Tapi bila dibandingkan, rasa sakit di kakinya tidak ada apa - apanya di bandingkan dengan rasa sakit dihatinya.
Nastya pikir malam ini akan menjadi malam yang indah, ternyata malah menjadi salah satu malam yang kelam juga dalam pernikahannya. Pernikahan penuh air mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Lili Ismail
Mertua jahat paling yang kasih garam
2024-09-01
1