Tok tok tok.. "mas?" Nastya mengetuk pintu kamar suaminya. Tok.. tok.. tok..
Lama Nastya berdiri, hampir sekitar tiga puluh menitan. "Mas?" Panggilnya lagi.
Ting... ponselnya berbunyi tanda pesan masuk.
Aplikasi chat berlogo hijau :
Tommy : "ada apa ?"
Nastya : "bisa kita bicara ?"
Tommy : "apa kamu tidak tahu ini sudah malam?"
Nastya : "baru jam 8 mas, sebentar saja"
Tommy : "masuk"
Ketika masuk kamar, Nastya melihat suaminya di depan lemari sedang memilih pakaian.
"Baru selesai mandi mas ?"
"Heemm," duduk di sofa, "ada apa ?" Pertanyaan Tommy menuntun Nastya untuk duduk di sebelah suaminya.
Lama terdiam sambil menunduk, Nastya bingung memulainya, bagaimana memilah kata-kata yang akan d keluarkan agar suaminya tidak tersinggung. Selama diam, Tommy juga diam menatap intens pada Nastya.
Nastya akhirnya memilih membuka lemari suaminya dan mengambil amplop coklat besar bertuliskan "RS WILLIAM XANDER" yang berisi rekam medis Tommy.
Melihat itu sontak saja rahang Tommy mengeras, perubahan raut wajahnya terlihat jelas, Tommy terlihat sangat marah dan sorot mata tajam menghunus Nastya. Namun dia masih diam, menunggu maksud istri kecilnya itu.
"Maaf, tadi aku mengambil kemeja mas dan tidak sengaja menjatuhkan ini"
"Dan kau membacanya?" Merampas amplop itu dari tangan Nastya dengan kasar.
"Kenapa mas tidak cerita aku soal ini ?"
"Lancang sekali ! Dan siapa kamu?! Percaya diri sekali memintaku menceritakan semua hal!" Beranjak dari duduknya, namun Nastya menahannya.
"Aku istrimu mas, istri sah." Memohon.
"Bagiku, kamu bukan siapa - siapa! Bagiku, kamu bukan istriku! Pernikahan ini memuakkan! Mengerti kamu!, " menghempaskan kasar tangan Nastya yang memegang tangannya.
"Mas jangan berkata seperti itu. aku mohon, izinkan aku menemanimu. Ayo bersama - sama melewati ini mas. Aku yakin kamu pasti sembuh. Aku mau menunggumu sampai kapan pun"
"Cuuiiiih!" Tommy meludahi wajah Nastya yang berlutut di depan Tommy yang sudah beranjak dari duduknya.
"Perlu kamu ingat baik - baik didalam otak dangkal kamu, seorang Tommy Laga Brotoseno tidak membutuhkan rasa kasihan dari Nada Nastya Pramesti, seorang anak supir yang miskin. JADI BERHENTI MENCAMPURI URUSANKU!" Emosinya meluap hingga melampiaskan dengan menampar kedua pipi Nastya dengan kuat.
"Akkhh! Sakit mas.. ampuun," dia seperti merasakan seluruh rambutnya terlepas dari kulit kepalanya.
Mencengkeram dagu Nastya dengan kuat hingga mendesis kesakitan," aku tidak sudi ditemani oleh wanita sepertimu" ucapnya dengan tatapan kebencian dari sorot matanya.
Menghempaskan keras dagu Nastya hingga keningnya membentur tembok di sebelahnya. Saking kerasnya hingga Nastya tak sadarkan diri.
Tommy melangkah ke kamar mandi, diambilnya air dalam ember dan "byuurrrr" air dingin menerjang tubuh Nastya sehingga dia terbangun lagi.
Kepalanya terasa pusing, ada sedikit darah yang mengalir dari keningnya. Matanya sedikit berkunang lalu disandarkan kepalanya yang terasa berat di dinding.
"Cukup mas, tenagaku habis. Aku manusia bernyawa, bukan robot," lirih Nastya dengan lemah.
Lagi, air matanya neleleh menjadi saksi kesedihan Nastya.
"Apa yang kamu harapkan dari aku? Apa uang yang aku kasih kurang sehingga kamu meminta lebih lagi padaku?, "Tanya Tommy yang heran dengan sikap Nastya.
Padahal dia sudah menyiksanya, mengabaikannya, bahkan bercinta dengan wanita lain di depan Nastya tapi istrinya itu selalu membuka pintu maaf untuk hidup bersama lagi.
Tak ada sahutan dari Nastya. Hanya isak tangis yang terdengar.
"Bagiku, semua wanita sama saja. Bisa di bohongi, di bodohi, di mainkan sesuka hatiku. Uang! Hanya uang yang mereka mau ketika bersamaku. Mata duitan!," memberi tinjuan keras di cermin, "praannnkkk" suara pecahan kaca berhamburan. Punggung jarinya mengeluarkan darah tertancap serpihan kaca yang pecah.
Terlonjak kaget, "Mas, berdarah. Mau aku obati dulu ?". Mencoba berdiri.
"Diam di tempat !". menunjuk Nastya.
Tommy membuka laci lemari paling bawah dan mengeluarkan benda yang membuat kening Nastya berkerut tipis. Sudah dia pikirkan matang - matang sebelumnya untuk membuka rahasianya pada istrinya itu. Meski harga dirinya harus terhina. Lagipula, Nastya juga sudah mengetahui kondisi dirinya dan nyatanya mau menerima.
"Itu apa ?"
"Alat bantu se-x," jawabnya singkat.
"Hah?" Memijat lagi keningnya yang masih berdenyut.
"Alat inilah yang aku gunakan ketika aku bercinta dengan wanita lain. Selama ini, bukan punyaku yang memasuki wanita - wanita itu, melainkan alat ini." Melangkah lalu berdiri di sisi jendela kamar, "mereka tidak ada yang tahu, yang mereka tahu adalah mencapai kepuasan dan nikmat. Aku memainkan milik wanita - wanita itu, setelah aku tahu mereka mencapai *******, akupun berpura - pura mencapai ujung kenikmatan juga."
"Apa rasanya tidak beda jika dengan yang asli?" Pertanyaan polos itu meluncur begitu saja dari mulut Nastya.
"Aku tidak tahu, mereka semua tidak ada yang protes, tidak ada yang bertanya. Aku selalu membuat kamar yang gelap ketika bercinta, agar mereka tidak menyadari, hanya menggunakan satu lampu tidur khusus saja. Lampu yang redup agar aku bisa sedikit melihat."
"Itu terapi yang aku gunakan, untuk merangsang milikku selain berobat ke dokter. Tapi sampai saat ini, semua masih nihil." Imbuh Tommy lagi seraya menghela nafasnya.
"Kamu kan bisa melakukannya denganku mas? Kenapa harus dengan wanita lain?" Pertanyaan Nastya itu membuat Tommy menoleh lalu berjalan mendekat dimana Nastya masih terduduk lemas bersandar dinding. Melihat itu Nastya mengambil sikap waspada, dia takut suaminya itu menyiksanya lagi.
Berjongkok di depan Nastya, "karena wanita - wanita itu sudah tidak perawan, agar aku tidak merasa bersalah. Sedangkan kamu, masih perawan."
"Bagaimana mas tahu aku masih perawan, sedangkan kita belum sama sekali bercinta?"
Tertawa kecil, "aku pernah mencoba memasukimu saat malam pertama kita. sengaja menunggumu tertidur dan membiusmu agar tidak terbangun. Maaf, Aku hanya ingin tahu, setelah tahu ternyata kau masih suci, aku menghentikan semua kegiatanku dan pergi mencari wanita lain." Menatap intens Nastya."
"Kenapa pergi mas? Harusnya kan bisa dengan aku aja. Aku istrimu, kamu bisa melakukan itu berkali - kali denganku. Aku juga ingin berbagi kehangatan denganmu mas"
"aku tidak mungkin merusak kesucian wanita dengan menggunakan alat itu Nas. Jadi aku memilih yang sudah tidak suci dan menganggap mereka sebagai wanita ja-lang yang bisa ku bayar setelahnya."
Air matanya menetes lagi, Nastya menyentuh da-danya saat merasakan sesak, dia menghirup nafas dalam - dalam.
"Tapi aku sakit mas melihatmu seranjang dengan wanita lain. Hatiku hancur mas" menunduk lesu, sesekali menyeka air matanya yang mengalir deras dari kedua sudut matanya. Mungkin saat ini mata Nastya sudah seperti bola pingpong karena seringnya menangis.
Tak ada sahutan dari Tommy selain tatapan dalam.
"Ayo mas, kita mulai semua dari awal. Aku akan menemanimu berobat. Aku yakin kamu pasti sembuh." Menggenggam tangan Tommy dengan tatapan penuh harap.
Bukannya senang atau terharu karena Nastya ikhlas menerima Tommy dengan segala kekurangannya, dia malam menyiksa lagi istrinya itu.
Di hempaskan tangan Nastya, lalu mendorongnya dengan kuat ke dinding. Tak berhenti di situ, Nastya juga di tampar di kedua pipinya.
"Mas sakiit" lirih Nastya, sudut bibirnya mengeluarkan darah akibat tamparan Tommy.
Meraih rambut panjang Nastya dan menarikknya kuat, "jangan pernah berharap lebih, wanita bodoh yang miskin !" Sentaknya, Tommy membawa Nastya kedalam kamar mandi dengan menarik kuat rambut istrinya itu. Mendudukkan Nastya di lantai dan menyalakan shower, selama beberapa detik Tommy melihat istrinya yang menangis itu di guyur air setelah akhirnya dia melangkah pergi begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments