Sekitar sepuluh menit Nastya berdiam diri menyaksikan bergulatan panas suaminya sendiri dengan wanita lain. Yang sayangnya, wanita itu adalah sahabatnya sendiri. Otaknya seakan beku mencerna semuanya.
Ingin rasanya dia meyakini ini sebagai mimpi buruk saja. Sehingga ketika terbangun, semuanya kembali normal dan bahagia sesuai impiannya.
Berkali - kali Nastya memejamkan mata lalu membukanya lagi tapi pemandangan di depannya tetap sama. Menyakitkan dan menjijikkan.
Dibukanya pintu lebar - lebar dan keras. "Bruuaakkk!"
Tommy yang memeluk Rissa terkaget, begitupun dengan Rissa. Tapi bukannya bersalah, Rissa malah memeluk Tommy dengan senyum penuh kemenangan seolah memberitahukan pada Nastya bahwa Tommy sudah berhasil di rebutnya bahkan sudah berbagi kehangatan.
"Mas, dia sahabatku" matanya penuh luka menatap suaminya yang bertubuh polos berada di samping sahabatnya. Nastya sampai tidak sanggup berkata - kata lagi.
"Riss, dia suamiku" air matanya mengalir deras dengan bibir yang bergetar.
Sungguh Nastya sebenarnya sudah tidak sanggup berucap lagi, hatinya sudah teramat sangat sakit sekali, mentalnya sudah sangat hancur, lelah!
"TIDAK BISAKAH KALIAN MENCARI ORANG YANG LAIN SAJA UNTUK MENGKHIANATIKU ??!!" Teriak Nastya keras dengan sisa tenaganya lalu tubuhnya terasa lemas, air matanya beradu dengan isak tangisnya yang pilu hingga dia terduduk.
Namun iblis sepertinya sudah merasuki hati Tommy dan Rissa, dengan teganya Tommy menaiki sahabat istrinya itu, memompa tubuh Rissa dengan cepat menciptakan de-sahan lagi di bibir Rissa. "Aaahh Tom, nikmaat" Rissa semakin memainkan drama percintaan di depan Nastya.
Nastya sempat terkejut melihat itu, memejamkan mata dan menutup telinganya. Dia mengambil kaca mata hitam untuk menutupi mata sembabnya lalu berlari sekencang - kencangnya keluar gedung.
Begitu sampai di hotel, ya Nastya memillih hotel untuk tempat istirahatnya malam ini. Rencananya ingin membuat kejutan untuk Tommy dan menggodanya tapi malah dia yang mendapat kejutan dari suaminya plus sahabatnya juga.
Nastya mengguyur kepalanya dengan air hangat yang mengucur dari shower. Sensasi hangat membuatnya sedikit rileks.
Dipejamkan matanya, bagai melihat bioskop, potongan - potongan bayangan menjijikkan tadi bermunculan, dimana suaminya yang memompa sahabatnya dengan gairah, mencumbu dengan serakahnya, des-ahan juga erangan bersahutan.
"AAKKKHH! AAAKKKH! AAAAAAKKKKKKKHHHHHH!" Nastya berteriak sekuat tenaga berkali - kali untuk melepaskan emosinya yang sudah di ubun - ubun.
Meski sudah mengkonsumsi obat tidur, matanya sulit terpejam. Rekaman me-sum suaminya sangat mengganggu. Setiap terpejam siluet suaminya yang memompa tubuh Rissa muncul, suara de-sahan juga erangan dua insan itu seperti terus berbisik di telinganya.
Dia bangkit dari ranjang dan memandang keluar jendela menatap gemerlap lampu malam. Tanpa sengaja matanya menangkap dua pelaku me-sum yang baru keluar dari kantor Brotoseno Grup. Karena hotel yang di tempati Nastya bersebelahan dengan kantor suaminya.
Dia melihat Tommy dan Rissa berpelukan, bercumbu lalu tertawa sebelum akhirnya masuk ke mobil masing - masing dan mobil menghilang dari pandangan Nastya.
"Jam 3 pagi," Nastya tersenyum sinis. Hatinya sudah terlalu sakit, seperti sudah mati rasa.
...****************...
Plook.. plokk.. plook... suara tepuk tangn mertuanya menyambut kedatangan Nastya, dia memutar bola matanya malas menanggapu mertuanya itu.
"Enaaknya ya menantu kesayangan ini, jam segini baru pulang. Harusnya kan semalam kamu sudah sampai rumah?" Melipat tangan di depan dadany, " keluyuran kemana saja kamu? Dasar tidak tahu diri." Sarkas Sandra.
Nastya hanya diam mematung, memandang mertuanya dengan tatapan tanpa ekspresi.
Hatinya sudah terlalu sakit hingga mati rasa.
Jantungnya sudah remuk seperti tertusuk belati betubi - tubi, rasanya dia bagai manusia tanpa nyawa. Hanya raganya yang bergerak, tapi tanpa jiwa.
Telinganya sudah kebas, panas, sehingga seperti tuli.
Mulutnya beku hingga tak ada kata yang sanggup di keluarkan.
air matanya kering sehingga tak sebutir pun sanggup dia keluarkan dari matanya.
"Sekarang pergilah!" usir Sandra setelah sekitar satu jam mengeluarkan petuah membosankan itu.
"Sudah?" Tanya Nastya dengan tersenyum.
Jengkel dengan respon menantunya itu, Sandra pergi meninggalkannya begitu saja.
"Terima kasih ibu mertuaku terkasih" ucap Nastya sambil melambaikan tangannya.
"Menyebalkan," gerutu Sandra.
Menggeret kopernya menuju lift ke lantai 3, berulang kali Nastya menarik nafas dalam - dalam lalu menghembuskannya berlahan.
Tingg.. suara pintu lift terbuka.
Menatap nanar pintu kamar suaminya, dia melangkah mendekat dan masuk begitu saja.
Jeglek...
tatapan tajam suaminya menjadi sambutan pertama Nastya saat masuk ke kamar suaminya.
"Apa kamu sudah lupa kamarmu sendiri?" Sindir Tommy seraya meletakkan laptopnya di kasur dan berdiri.
Nastya mendekat hingga berjarak cukup dekat, tersenyum manis lalu mengeluarkan sebuah kemeja berwarna putih. Nastya membuka kemeja itu lalu menempelkannya ke badan depan Tommy seperti megukurnya.
"Yeeyy pas," duduk di tepi ranjang dan melipatnya dengan rapi. Setelahnya meletakkan di atas ranjang lalu berdiri lagi di depan suaminya.
Cup... Nastya mencium pipi kiri Tommy sejenak. Tommy terkejut.
"Itu oleh - oleh dari aku ya mas" meski tersenyum tapi dapat Tommy lihat di mata istrinya itu penuh dengan luka dan rasa kecewa.
Suara pintu kamar yang di tutup menyadarkan Tommy bahwa Nastya sudah meninggalkan kamarnya, dia menatap kemeja putih di atas kasurnya. Tommy pikir istrinya itu akan membahas masalah semalam, namun di luar prediksinya, Nastya bahkan tidak mengungkit itu bahkan seakan tidak peduli sama sekali.
"Aku lelah Tuhan" ucap Nastya setelah di kamarnya, dia kembali tertidur setelah sebelumnya menelan dua pil tidur sekaligus.
Malam harinya, dari balkon lantai 3 dapat Tommy lihat Nastya yang hendak turun dengan lift. Pakaiannya yang casual, kaos berwarna putih dan celana jeans juga sepatu sneakers dia menjinjing tas di lengan kanannya.
Aplikasi chat berlogo hijau :
Nastya : "aku keluar mas"
Tommy : "kemana?"
Nastya : "cari udara segar aja"
Tommy : "dimana ?"
Nastya menjawab "bukan urusanmu" dalam hati tanpa membalas lagi chat pertanyaan dari suaminya.
Tommy di buat gusar menunggu balasan chat di ponselnya, namun istrinya tidak merespon lagi.
Di klub malam,
Nastya di silaukan dengan kerlap kerlip lampu yang menyorot di setiap sudut ruangan, suara musik yang membuat jantung jedag jedug terasa asing untuk Nastya yang memang baru pertama kali memasuki sebuah klub malam elit di ibu kota. Tidak sembarang orang bisa masuk kesini mengingat biaya masuk yang mahal dan ketatnya penjagaan.
Dia berjalan, bingung mau kemana. "Kata Salsa mending ke meja bar aja pesan minuman," Nastya mengingat kembali pesan Salsa.
Di tengah keramaian lautan manusia, hatinya masih merasa sepi dan hampa. Dia seorang istri tapi seperti tanpa suami. Tidak ada yang peduli.
"Mungkin kalau aku mati sekarang, siapa yang akan peduli?" Gumamnya pelan sambil meneguk minuman beralkohol rendah. "Bahkan di tempat seberisik ini aku merasa jauh lebih tenang daripada di rumah yang sepi" terus meneguk minumannya.
Satu jam di sana Nastya mulai beradaptasi dengan semua yang ada di dalam sana. Seolah menjadikannya bagian dari dirinya. Kepalanya mulai berat karena pengaruh minuman alkohol.
Dia mencari kesenangannya sendiri untuk dirinya yang frustasi berat dan mulai menyerah.
"Sudah berapa gelas yang dia minum?" ucap seorang pria yang terus mengawasi Nastya dari jarak aman sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments