Bab 3 : Ternyata hanya sandiwara

Ketika surya menampakkan cahayanya, menandakan malam pengantin kedua milik Nastya yang kelam telah berganti pagi.

Dia menggeliatkan tubuhnya pelan dan merapatkan selimutnya karena suhu alat pendingin ruangan yang menusuk kulitnya. Hawa dingin menyergap tubuhnya yang masih polos berhiaskan lebam bekas karya tangan dingin sang suami. Nastya merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia terbangun dan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa kecil tempatnya tidur semalaman.

Selain mendapat siksaan tamparan dan keningnya yang terbentur lagi di ranjang. Nastya di minta membersihkan kamar mandi karena suaminya itu tidak sudi menggunakan kamar mandi bekasnya. Belum lagi dirinya yang di paksa tidur di sofa kecil yang sempit sehingga badannya tak leluasa ketika beristirahat.

Nastya terbangun dan merenggangkan tubuhnya lagi. “Auuh... capek dan sakit sekali. Seperti belum tidur semalaman” dia menepuk – nepuk pipinya lalu beranjak ke kamar mandi.

Duduk di meja rias, menyisir rambutnya yang basah dan sedikit berdandan. Dy mencoba menutupi lebam di keningnya dengan make up.

“Jeglek” suara gagang pintu di putar. Sontak tubuh Nastya menegang.

“Sudah kamu bersihkan kamar mandinya?” Suara bagai malaikat maut itu menerobos hingga ke hati Nastya.

Nastya menjawabnya dengan mengangguk.

“Jawab!” Bentak Tommy sambil menjambak rambut Nastya.

“I-iya mas. Sudah” Nasty menahan tangan Tommy agar tidak terlalu keras menarik rambutnya.

“Cihh! Jangan sentuh aku!” Di hempaskan kasar rambut Nastya. Hampir saja membentur meja rias. Namun sebisa mungkin Nastya menahannya. Sudah cukup tiga kali keningnya terbentur.

Setelah selesai, Tommy dan Nastya beriringan menuruni tangga. Tampak dari atas, di meja makan sudah ada kedua mertuanya sedang menikmati sarapan.

Tommy langsung duduk tanpa menghiraukan istrinya. Namun Nastya berinisiatif untuk menyapa mertuanya.

“Pagi paa” ucapnya sambil menyalimi tangan sang papa mertua. Walaupun terkesan datar tapi tak ada penolakan dari Tuan Jhony.

“Pagi maa” hal yang sama dilakukan nastya pada sang mama mertua. Ketika mengulurkan tangannya, tak ada sambutan membuat Nastya kikuk. Dia lalu mencoba meraih tangan Nyonya Sandra namun reaspon mertuanya membuatnya terkejut bukan main.

“Byurr” segelas jus jeruk yang berada d samping kanan Nyonya Sandra mendarat mulus di wajahnya. Masih mematung, Nastya memandang mertuanya dengan wajah penuh tanya.

“Mama, kenapa Nastya di siram jus ?"

"Sampai kapanpun aku tidak sudi punya menantu tak tahu diri seperti kamu!” Bentak mertuanya. Sandra berdiri dari duduknya dan mengambil lauk ayam kecap di depannya dan di siramkan di atas kepala Nastya.

Kaget bercampur malu, itu yang di rasakan Nastya saat ini.

Nastya mulai terisak, dia mengusap wajahnya agar air kecap di wajahnya hilang.

“Jangan sok akrab kamu! Kamu pikir saya menerima kamu setelah penghinaan yang kamu lakukan? Jangan mimpi kamu hei anak orang miskin!” Sandra berkacak pinggang, dadanya naik turun menahan emosinya dengan tatapan penuh kebencian, seolah Nastya adalah makhluk paling menjijikkan di dunia ini. “Sana makan di dapur saja kamu. Bikin selera makan hilang saja!”

Nastya masih mematung. Dia masih mencoba mencerna semua ini. Apakah nyata? Aataukah hanya mimpi buruk?

“Jadi...?”

"Ya! Hanya sandirwara” memiringkan senyumnya. “Sana ke dapur!” Imbuh Sandra lagi, tangannya mengibas - ngibas di udara tanda mengusir.

Sedangkan Tommy dan Jhony hanya sebagai penonton kemarahan Sandra pada Nastya. Bagi Jhony, Sandra agak keterlaluan mengingat Nastya sudah menjadi menantunya namun diapun tak bisa banyak melakukan pembelaan bila mengingat betapa malunya keluarga Brotoseno saat pertemuan di rumah Pak Bejo ketika melamar Nastya.

“Semoga kamu bertahan Nastya” ucapnya dalam hati lalu melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda beberapa menit.

Berjalan gontai, Nastya menyeret kakinya menuju dapur. Ada mbok Darmi dan mbok Piyem yang kaget dengan kedatangan Nona Bosnya. Buru – buru berdiri dan menghampiri Nastya.

“Loh Neng Nastya kenapa ?” Mbok Darmi terheran – heran melihat tampilan Nastya yang penuh dengan kecap. Langsung saja Nastya memeluk Mbok Darmi sambil menangis. Sontak kedua asisten rumah tangga itu saling melayangkan tatapan penuh tanya.

***

Setelah menyelesaikan sarapannya, Dia memilih kembali ke kamar. Nastya duduk si tepi ranjang kamarnya, memandangi gaun pernikahannya yang sangat indah. Yang dia ketahui di rancang khusus oleh perancang terkenal dari Prancis untuk dirinya.

“Pasti gaun ini harganya mahal banget. Tuhan, aku tidak pernah menyangka. Bisa merasakan pernikahan bak putri kerajaan. Sangat indah dan mewah. Terima kasih Tuhan” dia berdiri dan menghampiri gaunnya, tangannya terulur membelai lembut gaun berwarna putih tulang itu. Payet - payet swarovski yang begitu detail memancarkan kilau yang indah, bagian atas yang berbentuk sabrina begitu memamerkan pundak Putih mulus Nastya saat acara pernikahannya kemarin. Hiasan di leher berupa kalung berlian dengan liontin berbentuk persegi enam warna biru Zamrud menambah kesan mahal dan mewahnya pernikahan Nastya.

"aku juga tidak menyangka. Akan mendapatkan takdir pernikahan seperti ini” menjeda ucapannya dengan helaan nafas pelan “tapi aku yakin Tuhan tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuan” dilihatnya jari manis kanannya yang tersemat cincin pernikahan bermata berlian sambil tersenyum.

"Aku yakin, suatu saat mas Tommy akan belajar menerima dan mencintaiku" gumamnya lirih menyebut sebait harapan pada sang Pencipta.

Lalu dia berjalan ke balkon kamar demi meraup oksigen sebanyak – banyaknya, sungguh udara di sekitarnya seakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan paru-parunya. Masih terlihat sisa tangis di matanya yang sembab.

“Lalu untuk apa membuat pernikahan yang indah itu, kalau hanya untuk sandiwara saja ?” Ucapnya lirih sambil menatap langit. “Tuhan, bukan pernikahan seperti ini yang aku impikan, bukaan”

Tok... tok.. tok suara ketukan pintu kamarnya membuyarkan semua kegiatannya yang sedang mengadu pada Sang Pencipta. Di hapusnya sisa air mata, Lekas mendekat dan membuka pintu berlahan.

“Iya mbok?” Ternyata Mbok Piyem yang mengetuk.

“Anu Neng, ibu nyuruh neng Nastya siap-siap”

“Siap – siap apa Mbok?”

“Katanya mau di ajak jalan – jalan ke mall”

Ada bias kebahagiaan di wajah Nastya saat mendengar itu, pikiran polosnya menuntunnya berpikir bahwa sang mertua memberinya kesempatan untuk memperbaiki hubungan.

“Baik mbok, secepatnya” dengan riang Nastya bersiap – siap. Memilih dress selutut berwarna navy yang ternyata snagat cantik di tubuhnya. Rambutnya tergerai indah bergelombang, polesan make up natural ditambah pewarna bibir bewarna nude menjadi penutup penampilannya siang ini.

Sekitar 10 menit, Nastya menuruni tangga dengan tergesa – gesa sehingga tidak melihat ada tumpahan air di anak tangga akhir.

“Akkkh!” Suara teriakan Nastya dan di akhiri suara benda terjatuh "buugh!!" mengagetkan Mbok Darmi yang tengah mengepel lantai.

“Astaga Neng!” Setengah berteriak wanita paruh baya itu kaget bukan main. Dia melemparkan begitu saja alat mengepel lantainya dan berlari melihat Nastya.

"Mbok, tolong” dia mengulurkan tangan hendak berdiri namun tidak bisa, kakinya juga bagian pinggul kebawah terasa sangat sakit. “Aakh! Sakit mbok” meringis kesakitan.

“Bentar Neng, saya minta pak satpam bantuin Neng berdiri ya”

“Tidak usah Mbok” Nastya akhirnya merangkak pelan menuju sofa terdekat dan sebisa mungkin dia mengangkat tubuhnya agar bisa rebahan di sofa ruang tamu.

“Mana yang sakit Neng?”

“Dari pinggang sampai kaki Mbok” sambil memejamkan matanya merasakan sakit yang teramat.

“Mungkin patah tulang kali ya Mbok?”

“Astaga Neng, jangan ngomong begitu. Mbok minta maaf, mbok lagi ngepel lantai tapi mbok juga bingung kok ada tumpahan air sebanyak itu di tangga” Mbok Darmi yang berusia 50an tahun memijat kaki Nastya, walaupun Nastya sudah berulang menolaknya. Mbok Darmi merasa bersalah.

"Plook... plokk... plookk..." suara tepuk tangan yang beradu dengan suara ketukan sepatu heels Sandra di lantai membuat suasana makin mencekam.

“Enaak yaaa.. jadi Nyonya di sini? Tidur – tiduran di sofa ruang tamu. Tidak punya kamar kamu?”

Episodes
1 Bab 1 : Ternyata Palsu !
2 Bab 2 : sahabat makan sahabat
3 Bab 3 : Ternyata hanya sandiwara
4 Bab 4 : Bukan siapa - siapa
5 Bab 5 : Dibanding kamu
6 Bab 6 : Wanita yang buruk 1
7 Bab 7 : Wanita yang buruk 2
8 Bab 8 : Kopi Asin
9 Bab 9 : Chloe
10 Bab 10 : Kepergian Ayah
11 Bab 11 : Lembaran baru
12 Bab 12 : Rissa
13 Bab 13 : Pelampiasan
14 Bab 14 : Pria bayangan
15 Bab 15 : Ternyata kamu...
16 Bab 16 : Emosi
17 Bab 17 : Membuka hati
18 Bab 18 : Perjuangan Terakhir
19 Bab 19 : Selesai
20 Bab 20 : Mengubur masa lalu
21 Bab 21 : Bertemu
22 Bab 22 : Melamar ?
23 Bab 23 : The day in my life
24 Bab 24 : Hai Cikita
25 Bab 25 : baby sitter X sekretaris
26 Bab 26 : Bye Cikita
27 Bab 27 : Mengucap janji suci
28 Bab 28 : Aku milikmu
29 Bab 29 : Dua kepribadian
30 Bab 30 : kamu kenapa ?
31 Bab 31 : Aku juga manusia
32 Bab 32 : Harus bahagia atau sedih?
33 Bab 33 : Kenyataan pahit
34 Bab 34 : kak Bram bercerita
35 Bab 35 : Temani Bunda ya sayang
36 Bab 36 : Gotcha!
37 Bab 37 : Talak 3
38 Bab 38 : Aku seorang ayah
39 Bab 39 : Terkuak
40 Bab 40 : Dimana anakku
41 Bab 41 : Lupakan semua
42 Bab 42 :
43 Bab 43 : Menculik Tommy
44 Bab 44 : Memeluk air
45 Bab 45 : Putri Duyung
46 Bab 46 : Terima kasih
47 Bab 47 : Ibu
48 Bab 48 :
49 Bab 49 :
50 Bab 50 :
51 Bab 51 :
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54 :
55 Bab 55 :
56 Bab 56 :
57 Bab 57 :
58 Bab 58 :
59 Bab 59 :
60 Bab 60 :
61 Bab 61 :
62 Bab 62 :
63 Bab 63 : Pertemuan
64 Bab 64 :
65 Bab 65 : Seperti liburan keluarga
66 Bab 66 : Posesif
67 Bab 67 :
68 Ilustrasi Tokoh
69 Bab 68 : mancing apa ? Mancing emosi !
70 Bab 69 : cari perkara dengan putra petir
71 Bab 70 : senyum seindah rembulan
72 Bab 71 :
73 Bab 72 :
74 Bab 73 :
75 Bab 74 :
76 Bab 75 : penunggu kediaman Orlando
77 Bab 76 :
78 Bab 77 :
79 Bab 78 :
80 Bab 79 :
81 Bab 80 :
82 Bab 81 : kamu hamil ?
83 Bab 82 :
84 Bab 83 : Kita, KUA dan KIA
85 Bab 84 :
86 Bab 85 : siapa kamu sebenarnya ?!
87 Bab 86 :
88 Bab 87 :
89 Bab 88:
90 Bab 89 : jangan menatapnya, dia istriku !
91 Bab 90 : Double Date
92 Bab 91 : Ultimatum Hamish
93 Bab 92 : Dejavu
94 Bab 93 :
95 Bab 94 :
96 Bab 95 :
97 Bab 96 : kamu anggap apa ?
98 Bab 97 :
99 Bab 98 :
100 Bab 99 : mati rasa
101 Bab 100 : menjemputmu
102 Bab 101 :
103 Bab 102 : Roger ?
104 Bab 103 : apa kamu masih mencintainya ?
105 Bab 104 :
106 Bab 105 : kamu milikku, titik!
107 Bab 106 : milikku, titik!
108 Bab 107 : Kate, kamu milikku!
109 Bab 108 : menikahlah denganku
110 Mohon dukungan ya teman - teman
111 Bab 109 : cerita yang manis - manis
112 Bab 110 : kenapa kamu masih memikirkannya ?
113 Bab 111 : kenapa kamu masih memikirkannya Kate ?
114 Bab 112 : like a swan, ahe !
115 Bab 113 : cosplay jadi mama papa
116 Bab 114 : biarkan dia menjadi milikku saja !
117 Bab 115 :
118 Bab 116 :
119 Bab 117 :
120 Bab 118 : hamil duluan ya?!
121 Bab 119 : maaf..
122 Bab 120 : morning kiss
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Bab 1 : Ternyata Palsu !
2
Bab 2 : sahabat makan sahabat
3
Bab 3 : Ternyata hanya sandiwara
4
Bab 4 : Bukan siapa - siapa
5
Bab 5 : Dibanding kamu
6
Bab 6 : Wanita yang buruk 1
7
Bab 7 : Wanita yang buruk 2
8
Bab 8 : Kopi Asin
9
Bab 9 : Chloe
10
Bab 10 : Kepergian Ayah
11
Bab 11 : Lembaran baru
12
Bab 12 : Rissa
13
Bab 13 : Pelampiasan
14
Bab 14 : Pria bayangan
15
Bab 15 : Ternyata kamu...
16
Bab 16 : Emosi
17
Bab 17 : Membuka hati
18
Bab 18 : Perjuangan Terakhir
19
Bab 19 : Selesai
20
Bab 20 : Mengubur masa lalu
21
Bab 21 : Bertemu
22
Bab 22 : Melamar ?
23
Bab 23 : The day in my life
24
Bab 24 : Hai Cikita
25
Bab 25 : baby sitter X sekretaris
26
Bab 26 : Bye Cikita
27
Bab 27 : Mengucap janji suci
28
Bab 28 : Aku milikmu
29
Bab 29 : Dua kepribadian
30
Bab 30 : kamu kenapa ?
31
Bab 31 : Aku juga manusia
32
Bab 32 : Harus bahagia atau sedih?
33
Bab 33 : Kenyataan pahit
34
Bab 34 : kak Bram bercerita
35
Bab 35 : Temani Bunda ya sayang
36
Bab 36 : Gotcha!
37
Bab 37 : Talak 3
38
Bab 38 : Aku seorang ayah
39
Bab 39 : Terkuak
40
Bab 40 : Dimana anakku
41
Bab 41 : Lupakan semua
42
Bab 42 :
43
Bab 43 : Menculik Tommy
44
Bab 44 : Memeluk air
45
Bab 45 : Putri Duyung
46
Bab 46 : Terima kasih
47
Bab 47 : Ibu
48
Bab 48 :
49
Bab 49 :
50
Bab 50 :
51
Bab 51 :
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54 :
55
Bab 55 :
56
Bab 56 :
57
Bab 57 :
58
Bab 58 :
59
Bab 59 :
60
Bab 60 :
61
Bab 61 :
62
Bab 62 :
63
Bab 63 : Pertemuan
64
Bab 64 :
65
Bab 65 : Seperti liburan keluarga
66
Bab 66 : Posesif
67
Bab 67 :
68
Ilustrasi Tokoh
69
Bab 68 : mancing apa ? Mancing emosi !
70
Bab 69 : cari perkara dengan putra petir
71
Bab 70 : senyum seindah rembulan
72
Bab 71 :
73
Bab 72 :
74
Bab 73 :
75
Bab 74 :
76
Bab 75 : penunggu kediaman Orlando
77
Bab 76 :
78
Bab 77 :
79
Bab 78 :
80
Bab 79 :
81
Bab 80 :
82
Bab 81 : kamu hamil ?
83
Bab 82 :
84
Bab 83 : Kita, KUA dan KIA
85
Bab 84 :
86
Bab 85 : siapa kamu sebenarnya ?!
87
Bab 86 :
88
Bab 87 :
89
Bab 88:
90
Bab 89 : jangan menatapnya, dia istriku !
91
Bab 90 : Double Date
92
Bab 91 : Ultimatum Hamish
93
Bab 92 : Dejavu
94
Bab 93 :
95
Bab 94 :
96
Bab 95 :
97
Bab 96 : kamu anggap apa ?
98
Bab 97 :
99
Bab 98 :
100
Bab 99 : mati rasa
101
Bab 100 : menjemputmu
102
Bab 101 :
103
Bab 102 : Roger ?
104
Bab 103 : apa kamu masih mencintainya ?
105
Bab 104 :
106
Bab 105 : kamu milikku, titik!
107
Bab 106 : milikku, titik!
108
Bab 107 : Kate, kamu milikku!
109
Bab 108 : menikahlah denganku
110
Mohon dukungan ya teman - teman
111
Bab 109 : cerita yang manis - manis
112
Bab 110 : kenapa kamu masih memikirkannya ?
113
Bab 111 : kenapa kamu masih memikirkannya Kate ?
114
Bab 112 : like a swan, ahe !
115
Bab 113 : cosplay jadi mama papa
116
Bab 114 : biarkan dia menjadi milikku saja !
117
Bab 115 :
118
Bab 116 :
119
Bab 117 :
120
Bab 118 : hamil duluan ya?!
121
Bab 119 : maaf..
122
Bab 120 : morning kiss

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!