Hari ini adalah keputusan final dari gugatan cerai dari Tommy untuk Nastya. Sidang berjalan mulus karena saat mediasi maupun sidang - sidang lainnya Tommy tidak pernah menampakkan batang hidungnya, dia tetap teguh pada pendiriannya yaitu bercerai.
Sebenarnya sampai saat ini Nastya masih berharap bisa kembali bersama Tommy, dihatinya masih ada cinta yang besar terlebih dia mengetahui alasan Tommy tidak pernah menyentuhnya, malah memilih wanita lain. Tetapi sepertinya Nastya harus mengubur dalam - dalam semua harapannya.
Tok.. tok.. tok..
Nastya tersenyum miris mendengar suara palu di ketok yang menandakan dia resmi menjadi janda.
"Pak Jimmy, bisa saya titip ini untuk mas Tommy?" Pinta Nastya pada pengacara Tommy.
"Tentu saja bu Nastya, saya harap ibu sabar dan tabah ya, tetap semangat. Inilah keputusan yang terbaik," Jimmy Waode itu menerima surat berwarna pink sambil tersnyum ramah, "saya permisi ya bu."
"Silahkan pak, terima kasih"
Dia berbalik dan menuju sahabatnya, memeluk mereka sambil menangis. Kak Bram yang hadir juga ikut menenangkan adiknya dengan menge-lus lembut punggung Nastya. Ada rasa benci pada suami adiknya itu tapi Bram mencoba menerima suratan takdir yang di berikan untuk adiknya. Fokusnya saat ini adalah membangkitkan kembali semangat adiknya untuk menjalani hidup barunya.
Tak lama Nastya pingsan, kak Bram segera membopong Nastya ke dalam mobil. Ada raut panik di wajah kak Bram. Salsa dan Dewi mengekor dari belakang. Mobil Bram dan mobil Salsa melaju meninggalkan halaman parkir Pengadilan Agama.
"Sorry sayang," ucap Tommy yang mengamati Nastya dari jarak aman, garis wajahnya menunjukkan raut cemas dan khawatir melihat mantan istrinya pingsan. Ingin rasanya menghampiri dan memeluk tapi sebisa mungkin dia menahannya.
sebenarnya Tommy selalu datang saat sidang tapi dia bersembunyi. Dia ingin semua berjalan cepat dan Nastya segera terbebas dari ikatannya lalu memulai hidup baru dengan pasangan yang lebih baik.
"Nih surat dari binimu," goda Jimmy saat memasuki mobil dimana Tommy sudah menunggunya di dalam.
Tak ada sahutan dari Tommy yang menerima surat itu.
"Serius amat sih jadi orang, kanebo kering banget alias kaku," ejek pengacara itu sambil tertawa. "Yaudah baca di rumah suratnya, siapin tisu biar nggak banjir," tertawa puas, lalu berhenti karena mendapat tatapan membunuh dari Tommy, "yaelah nih orang hidupnya kagak ada luwes - luwesnya. Berchandyaaa... berchandyaaa." Setelah mengucapkan itu dia segera keluar dari mobil sebelum menjadi sasaran amukan Tommy.
Tommy menyandarkan punggungnya dikursi, memeluk dan mencium surat itu sebelum membacanya. Tanpa dia sadari, Tommy mengikuti saran sahabat sekaligus pengacaranya untuk menyiapkan tisu.
Dear mas Tommy sayang,
Pertemuan kita memang tidak di awali dengan sesuatu yang indah. Tidak ada rasa cinta, tidak ada rasa sayang dan tidak ada yang mendebarkan hati.
Namun seiring waktu, hati ini menuntun untuk memilihmu walaupun ternyata pada akhirnya kita tidak berjodoh. Tapi aku bersyukur masih sempat menghabiskan hari - hariku yang indah bersamamu meski singkat.
Maafkan aku yang mungkin belum bisa memberimu kebahagiaan dan rasa nyaman, belum bisa menjadi istri yang baik.
Terima kasih untuk semua kebersamaan kita mas.
Semoga mas selalu sehat dan mendapatkan pasangan yang sesuai dengan keinginan mas. Aku mendoakan untuk kebahagiaanmu selalu mas.
Semoga mas selalu sehat dan mendapatkan pasangan yang sesuai dengan keinginan mas. Aku mendoakan untuk kebahagiaanmu selalu mas.
With Love,
Nastya
Diletakkan surat itu di da-danya, Tommy memeluk surat itu seraya melihat cincin pernikahan milik Nastya yang dikembalikan.
"Nastya..." lirihnya sambil memejamkan matanya.
...****************...
"Mari selamat datang Bu Nastya, silahkan duduk. Maaf merepotkan meminta Anda kesini hari ini," menggeser minuman jus jeruk ke hadapan Nastya, "silahkan di minum dulu jus jeruknya."
"Jus jeruk," lirih Nastya yang teringat mantan suaminya. "maaf saya kesini membawa sahabat saya tidak apa - apa ya pak?"
Berfikir sejenak,"baiklah, tidak apa - apa. Silahkan duduk semuanya, mari."
Menyerahkan amplop coklat pada Nastya, "langsung poinnya saja ya bu, ini adalah hadiah dari bapak Tommy untuk Ibu Nastya, silahkan di buka."
Nastya membuka amplop dan membacanya. Matanya melebar, "ini maksudnya apa pak?"
"Pak Tommy memberikan rumah dan seisinya, mobil dan juga sejumlah uang. Anggap saja harta gono gini,"
"Tapi saja tidak menuntut harta gono - gini, dan uang dua triliun itu buanyaak loh pak, saya tidak mau. Nanti Pak Tommy bankrut, lagian saya belum memberikan apa - apa untuknya," memberikan amplop coklat itu ke Jimmy membuat Pengacara iu tertawa pelan.
"Uang Pak Tommy tidak akan habis bu, tenang saja. Tolong di terima saja. Ini mandat dari beliau," menyodorkan lagi amplop coklat.
Seperti menimang sesuatu dalam pikirannya, dengan belinang air mata dia menerima amplop itu, " terima kasih pak".
Jimmy yang tidak tega mengelus lembut lengan Nastya, tiba - tiba ponselnya memberi peringatan ada pesan masuk.
"Singkirkan tanganmu!" Begitu isi pesan Tommy. Namun bukannya menjauh, pengacara itu malah menggoda Tommy dengan mendekat dirinya ke Nastya untuk menenangkan. "Minta di pindahin ke planet lain rupanya nih orang?" Umpat Tommy yang melihat dan mendengar semua dari cctv dengan jelas.
Ketika di mobil Salsa menuju cafe setelah selesai dari kantor pengacara Jimmy Waode, ponsel Nastya menerima pesan baru.
Aplikasi chat berlogo hijau :
Tommy : "kenapa kamu masih mendoakan aku di suratmu?" Sungguh Tommy akhirnya tidak bisa menahan diri untuk bertanya.
Semenit..
Lima menit...
Satu jam...
Tommy terus mengecek ponselnya, tapi tidak ada jawaban pesan dari mantan istrinya.
"Apa yang aku lakukan ?," gerutunya, padahal sebelumnya seorang Tommy tidak pernah menunggu balasan chat dari wanita manapun. Biasanya wanita - wanita itulah yang menunggu balasan chat darinya. Bahkan memohon pada Tommy agar direspon panggilan teleponnya.
"Sepertinya aku sudah gila, konyol sekali," batinnya seraya menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya di kantor.
Hingga dua jam lamanya ponsel Tommy berbunyi.. tingg..
senyum mengembang di kedua sudut bibirnya ketika mengecek nama pengirim pesan di layar ponselnya.
"Nastya..." gumamnya.
Aplikasi chat berlogo hijau :
Nastya : "aku sudah pernah bilang mas, itu karena aku mencintaimu, itu sebabnya aku selalu mendoakanmu." Di akhiri dengan emoticon tersenyum.
Deg!
Jantungnya berdetak hanya dengan membaca pesan dari Nastya, hatinya kembali menghangat. "Apa aku benar - benar mencintainya?." Tanyanya pada dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments