Rendra merasakan miliknya mulai menunjukkan gejala mencari sarangnya. Tubuhnya panas dingin.
"Sensitif sekali kamu boy," Rendra menyentil pelan miliknya yang mengeras.
Dengan nafas memburu dia menangkup wajah Nastya dan mencium bibirnya dengan kasar.
Tautan bibir itu terlepas saat Nastya memaksa untuk menyudahi ciuman, mungkin dia kehabisan nafas. "Eeeeng" lenguhan Nastya lagi lalu mendorong Rendra menjauh dari dirinya, menghadap ke kiri dan melanjutkan tidurnya.
Rendra yang sudah dalam posisi siap tempur meraup wajahnya dengan kasar, terlihat sangat frustasi. "Bagaimana dengan nasip kita ?" Dia berbicara dengan adek juniornya yang sudah menegang tegak.
"Tapi tidak mungkin aku merusak Nastya. Jangan, jangan, dia masih istri orang"
Sudah kepalang tanggung, hasrat sudah di ubun - ubun. kalau di tahan, kepala atas dan kepala bawahnya bisa pusing tujuh turunan. dia menghubungi asisten kepercayaannya.
"Roy, carikan aku gadis yang masih perawan malam ini. Suruh dia minum pil kb darurat" mandatnya.
Yang di seberang telepon diam tanpa sahutan, ntah mengumpulkan nyawa dari tidurnya mengingat ini sudah pukul satu malam atau mencari alasan untuk terlepas dari perintah aneh itu.
"Malam ini Tuan?"
"Tahun depan !," dongkol sekali hati Rendra. "Iyaa Roy, malam ini, temukan kurang dari satu jam. Oiya, suruh dia mandi juga, aku ingin yang bersih, bawa langsung ke hotel. Cepatlah!," Rendra berucap dengan tidak sabaran.
Sambungan telepon terputus sepihak,
"nambah - nambahin kerjaan aja sih", gerutu Roy yang paham bosnya tidak bisa menahan hasratnya tapi segera melaksanakan perintahnya dari pada dipecat.
Sambil menunggu, Rendra masih sempat - sempatnya mengecek tas Nastya untuk mengalihkan perhatiannya sebentar, dua botol obat tidur yang berada di tas Nastya langsung dibuang isinya di closed kamar mandi.
Setelahnya Rendra menuju ke kamar hotel khusus miliknya untuk melampiaskan semua hasratnya yang di bangkitkan oleh Nastya.
...****************...
Hari beranjak pagi, Nastya menggeliat pelan. Membuka matanya lalu duduk bersandar di kasur. "Terima kasih pria bayangan" dia tersenyum merasakan kebaikkan pria asing yang ntah itu kenyataan atau hanya dalam khayalannya saja. Bisa saja pria itu melecehkannya saat dia mabuk berat, namun pria bayangan itu sama sekali tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
"Tapi kenapa pria itu tiba - tiba menghilang ? Ghosting banget," gerutu Nastya seraya meraih paper bag berisi baju gantinya. Di bukanya baju itu, gaun selutut yang berlengan panjang berwarna pink begitu pas di badannya. Cantik sekali.
"Mana yang mimpi dan mana yang kenyataan? Kenapa semuanya terasa sama dan menyedihkan? Aku bingung."
...****************...
Mansion Tommy,
Setelah mendapat wejangan pagi dari mertuanya yang membuat telinganya panas, Nastya langsung menuju kamarnya. Di masukkan beberapa bajunya di koper besar.
Hari ini, dia memilih menyerah.
Sekuat apapun usahanya untuk meraih cinta Tommy, namun rasanya semakin jauh dan sulit untuk di jangkau. Tidak ada sedikitpun dari Tommy untuk berusaha belajar mencintainya, menerimanya dan melupakan masa lalu yang penuh kebencian.
Sudah habis kesabarannya.
Sudah lelah hati dan raganya.
Sudah hancur mentalnya.
Sudah hilang kepercayaannya.
Nastya bahkan sampai harus menjalani kehidupan malam yang tidak pernah ada di dalam rencana hidup sebelumnya untuk mencapai kebahagiaannya.
"Cinta akan datang lalu tumbuh karena terbiasa bersama dan bertemu" begitu kira - kira kalimat yang pernah Nastya dengar dan kini terlintas di benaknya.
"Omong kosong macam apa itu!" Mendengus kesal, "hanya teori dari orang - orang yang bodoh karena perbudakkan cinta," menutup kopernya dengan kasar.
"Aku bertemu, bersama dan berusaha menggodanya sudah hampir satu tahun, tapi mengapa cinta itu tidak datang, kenapa rasa sayang itu tidak timbuh?"
Jika alasannya bertahan dalam rumah tangga ini sudah pergi, sudah tidak perduli lagi. Lalu, untuk apa mempertahankannya. Membuat sakit.
Hatiku sudah mati rasa.
Namun, yang namanya cinta tetaplah cinta. Walaupun ada benci, tapi tetap cinta itu masih ada walau sebutir debu.
Dia melangkah menuju kamar Tommy dan membuka lemarinya. "Aku permisi ambil satu ya mas, sapa tahu kangen" tertawa kecil.
Dia mengambil kemeja berwarna hitam dan tanpa sengaja menyenggol amplot coklat besar yang bertuliskan "RS WILLIAM XANDER" hingga terjatuh ke lantai. Penasaran, dia membacanya dengan seksama, matanya melebar dengan degup jantung yang cepat. Matanya lagi - lagi mengeluarkan air mata.
"Impoten?" Lirihnya dalam hati.
"Tapi bagaimana mungkin?, ini pasti salah" sanggah Nastya.
"Bagaimana mungkin suaminya yang di diagnosa impoten malah kepergok bercinta dua kali dengan wanita lain?" Monolognya dengan diri sendiri.
"Apa bisa seorang impoten bercinta? Setahuku impoten kan anu-nya letoy dan tidak bisa bercinta seperti pada umumnya ?" Berbagai pertanyaan berkecambuk di hatinya.
Dibaca ulang berkas itu dengan seksama, dan memang benar itu rekam medis kesehatan Tommy.
"Kalau di lihat dari tanggalnya, Suamiku berarti sudah berobat dari sepuluh tahun yang lalu. Dia rutin berobat selama lima tahun pertama namun mulai tidak disiplin lima tahun terakhir ini. Tapi, ini ada berkas terakhir dua minggu yang lalu mas Tommy berobat dan hasilnya masih belum ada perkembangan. Kenapa dia tidak teratur pengobatan? Kenapa tidak memberitahu aku? malah menyembunyikannya," kecewa sudah hati Nastya, sambil membaca berkas - berkas kesehatan Tommy lalu meletakkan lagi di tempat semula.
Nastya merenung di balkon kamar Tommy, air matanya kembali menetes di kedua sudut matanya yang masih sembab sisa tangisan semalam. hatinya merasa sesak dengan jantung seperti diremas. merasa menjadi istri yang buruk. Tidak becus. Dia bahkan tidak tahu apa - apa tentang suaminya.
"Istri macam apa aku ini ?," dia menyentuh da-danya, mulutnya bergetar karena rasa emosional yang besar.
Tadinya emosinya meluap hingga ke angkasa dan berniat untuk berpisah. Tapi melihat berkas tadi, hatinya menjadi luluh, ada rasa iba dalam hatinya untuk suaminya.
"Tapi, bagaimana dia bisa bercinta kalau impoten ?, apa yang sebenarnya terjadi mas ?" Menghela nafasnya.
Dia menimbang lagi keputusannya untuk bercerai, terlalu kejam baginya meninggalkan suaminya dalam kondisi seperti ini.
Tadi tekadnya bulat untuk bercerai tapi sekarang tekadnya bulat untuk menemani suaminya berobat sampai sembuh dan memberi dukungan. "Aku akan menemanimu melewati semua ini mas," senyum Nastya tulus lalu kembali ke kamarnya, mengembalikan kembali semua baju di lemari dan barangnya ke tempat semula lalu menunggu suaminya datang untuk bicara dari hati ke hati.
Nastya membayangkan suaminya itu akan berterus terang tentang kondisinya lalu mereka berdua akan melewati semuanya bersama - sama hingga akhirnya kesehatan Tommy pulih. Nastya akan menunggu meski butuh waktu yang cukup lama untuk penyembuhan. Dan happy ending, akhirnya Nastya merasakan hangatnya berbagi ranjang dengan suaminya untuk pertama kali. Memulai semuanya dari awal dengan indah.
Nastya tersenyum - senyum sendiri sambil berguling diranjangnya membayangkan semua khayalan yang indah tentang nasip pernikahannya dengan Tommy.
Akankah Tommy bersikap sesuai dalam khayalan Nastya ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments