"Apa kami kurang menyayangi mu selama ini? atau kau sudah enggan bersama kami lagi?" Tanya Meysa dengan menghapus air matanya, dia membantu Rubella membereskan pakaiannya.
"Tidak, bukan begitu. Aku ingin pergi kesana karena aku ingin, bukan karena tidak menyukai kalian lagi." Ucap Rubella yang tak enak hati karena mereka semua kini berada di kamar Rubella.
"Aku tahu, mungkin kau rindu kampung halaman mu. Setiap akhir pekan kami akan pergi kesana, sekaligus berlibur keluar negeri." Senyum Laura.
"Terimakasih kak." Senyum Rubella.
"Jika ada sesuatu segera hubungi kami."
"Benar, jika kau membutuhkan sesuatu segera panggil aku."
"Ya, aku akan datang meskipun sedang melayani klien sekalipun."
"Kau? memangnya kau bisa?"
"Tentu saja tidak haha..."
"Sialan kau!"
Rubella terkekeh melihat mereka yang selalu berbincang satu sama lain, terasa hangat dan menyenangkan berada di tempat ini. Namun Rubella sudah menyakinkan dirinya untuk fokus pada pencarian orang tuanya...
"Bell, nampaknya madam Sonya yang paling sedih di antara kita." Ucap mereka yang membuat Rubella terdiam.
"Aku akan menemui nya setelah selesai."
"Baiklah."
...•••...
"Mom..." Panggil Rubella dengan memeluk madam Sonya dari belakang.
"Momy sudah menyiapkan segala keperluan mu disana, kau akan tinggal di apartemen yang sudah momy beli untukmu. Dan lagi, akan ada satu pelayan yang menemani mu disana. Aku..."
"Madam.... Bolehkah aku yang menemani Bella disana? madam tahu sendiri jika aku yang paling takut jika terjadi sesuatu pada Bella, dan lagi aku bisa bela diri." Ucap Laura yang datang ke ruangan madam Sonya.
Rubella terkejut karena ternyata Laura bisa bela diri, Rubella melirik madam Sonya yang terlihat diam sebelum akhirnya mengangguk.
"Baiklah, kau bisa ikut dengan Bella." Angguk madam Sonya yang membuat senyum Laura terbit.
"Terimakasih madam." Ucap Laura.
Mereka pun segera bersiap untuk pergi ke bandara, semua orang memeluk Rubella secara bergantian. Nampaknya mereka semua benar-benar menyayangi Rubella, bahkan madam Sonya yang terlihat tidak pernah menangis pun terlihat meneteskan air matanya.
"Hati-hati...." Ucap mereka semua dengan melambaikan tangannya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Laura pada Rubella yang saat ini berada di dalam mobil.
"Aku baik-baik saja kak." Senyum Rubella dengan manis.
"Syukurlah..."
...••••...
Di tempat yang terlihat indah dan sejuk, terlihat seorang wanita hamil tengah berdiri di hamparan bunga yang begitu indah. Di sana banyak sekali orang yang datang hanya untuk sekedar membeli ataupun bermain di taman bunga, melihat banyaknya orang yang bahagia membuat hati Hanan bergembira.
"Nona?" Sapa Sophie dengan membawa satu gelas susu untuk Hanan.
"Bukankah mereka menyukai tempat ini, Sophie?" Tanya Hanan dengan mengambil susu tersebut dan meminumnya.
"Sangat, mereka sangat menyukai nya bahkan mereka juga mengabadikannya dan mempostingnya juga di media sosial, sehingga banyak pengunjung luar yang berdatangan." Angguk Sophie yang terlihat bahagia dan senang.
"Syukurlah..." Lega Hanan karena semua orang menyukai taman bunga tersebut.
"Nona, ada yang ingin bertemu dengan nona." Ucap salah seorang pegawai nya yang datang dengan terburu-buru.
"Ahh, siapa?" Heran Hanan yang segera berjalan menuju ruang tamu yang ada di toko bunganya.
"Saya tidak tahu nona." Balasnya dengan menggaruk tengkuknya.
"Oh baiklah, terimakasih." Senyum Hanan yang melihat sosok laki-laki.
"Selamat datang di toko bunga Rubella flowers, apakah ada yang bisa saya ban....tu." Hanan terdiam saat sosok Sergio ada di hadapannya, namun Hanan mencoba untuk tetap tersenyum kecil.
"Rubella Flowers?" Tanya Sergio dengan ekspresi yang datar, namun Hanan hanya diam dengan ekspresi yang sulit di mengerti.
"Maaf tuan, apakah ada yang ingin anda pesan? saya sedang sibuk." Ucap Hanan akhirnya.
"Kau berani mengusirku, Hanan?" Tanya Sergio dengan mencengkeram pipi Hanan yang saat itu juga langsung meringis kesakitan.
"Tuan?! cepat lepaskan nona ku." Marah Sophie yang mendorong tubuh Sergio hingga mundur beberapa langkah dan cengkraman itu terlepas.
"Kau!" Tahan Sergio pada Sophie yang terlihat tidak takut sama sekali.
"Mohon maaf tuan, anda tidak diizinkan untuk datang kemari. Dan lagi, anda juga bukan siapa-siapa disini. Anda hanya orang asing yang mengganggu nona ku saja!" Sinis Sophie yang membuat amarah Sergio semakin memuncak.
"Pergilah, kau dan aku sudah tidak memiliki hubungan apapun. Dan lagi, surat perceraian pun sudah di setujui oleh hakim." Ucap Hanan dengan duduk di salah satu kursi yang ada disana.
"Kau sangat luar biasa Hanan! laki-laki mana yang kau goda kali ini hah!!" Marah Sergio.
"Hm... Aku tidak mudah tergoda seperti mu, Sergio." Senyum Hanan yang membuat Sergio terdiam.
"Ingat! anak yang ada di dalam kandungan mu itu adalah anakku, aku akan membawanya pulang karena di..."
"Oh benarkah? apakah kau yang mengandung nya? apakah kau yang menafkahi nya? dan apa kau yang melahirkan nya? ingatlah, aku tidak membawa sepeserpun dari kediaman Zaksario. Aku hanya membawa tubuhku sendiri, dan kau tidak ada hak apapun untuk mengambilnya dariku." Sinis Hanan, dia teringat ucapan Rubella yang menyuruhnya untuk bersikap tegas pada Sergio.
".....!!" Sergio memilih untuk pergi dari sana dengan ekspresi yang gelap, Sophie segera merangkul Hanan yang saat itu juga mulai melemah. Sejak kehamilannya itu semakin membesar, Hanan merasa berat sekali tubuhnya dan dia juga mudah lelah.
"Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya Sophie yang mulai cemas.
"Aku baik-baik saja Sophie." Senyum Hanan.
"Nona, nona.....!! bukankah dia teman anda? dia yang bernama Rubella itu kan?" Tanya seorang pegawainya dengan memperlihatkan sebuah foto, di mana disana terlihat sosok Rubella yang sedang berjalan-jalan di mall dengan perut besarnya.
"Kau? dari mana kau mendapatkan nya?" Tanya Hanan dengan penuh keterkejutan.
"Itu dari salah satu saudara ku yang bekerja di luar negeri, dia mengenal nona Rubella karena beliau sering datang ke tempat panti." Jelasnya yang membuat Hanan terdiam.
"Tapi nona, kata mereka... Mereka tidak sengaja mendengar bahwa nona Rubella hamil karena, karena suami anda." Jelasnya yang langsung membuat Hanan melotot kan matanya.
"Kau jangan sembarang berbicara!" Tegas Hanan.
"Saya tidak bercanda nona, mereka sangat tahu bagaimana kehidupan nona Rubella disana." Ucapnya dengan menundukkan kepalanya.
"Nona, aku rasa itu memang benar. Bukankah yang mengambil mahkota nona Rubella adalah tuan Sergio sendiri?" Ucap Sophie yang lagi-lagi membuat Hanan merasa sesak, bagaimana bisa Rubella begitu baik padanya? sedangkan dirinya sendiri pun tengah terluka disana.
"Bisakah kau menghubungi saudara mu? aku ingin berbicara padanya." Ucap Hanan.
"Tentu saja."
Hanan tidak tahu kenapa Rubella melakukan hal tersebut, bukankah Rubella bisa dengan mudah menikah dengan Sergio? tapi kenapa dia juga memilih untuk pergi? bahkan, dirinya tidak tahu bahwa Rubella sedang mengandung juga. Tapi sejak kapan? apakah terakhir pertemuan mereka kemarin? jika iya, dia sangat kagum terhadap Rubella yang begitu kuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments