Pemakaman

Cuaca yang gelap karena sebentar lagi akan malam, dan hembusan angin yang terasa dingin dapat mereka rasakan di area pemakaman. Mereka semua berdiri dengan kaku di samping makam Anita, madam Sonya terlihat meletakkan bunga mawar hitam di atas pemakaman Anita yang berada di salah satu pemakaman mewah yang ada di daerah tersebut.

"Tidurlah dengan baik, Anita." Ucap mereka semua dengan meletakkan bunga mawar hitam di atas makamnya.

"Kali ini kau sudah tidak merasakan sakit lagi, tidurlah...." Ucap Rubella dengan mencium nisan Anita, begitu pun yang lainnya. Mereka bergantian untuk mencium nisan Anita, ada foto Anita juga disana dengan senyum manisnya.

"Putriku!! apa yang terjadi dengan putriku!!! kalian pembunuh!!?" Marah seorang wanita yang datang dengan seorang laki-laki paruh baya.

"Pembunuh!! kalian sudah membunuh putriku....." Tangisnya yang bersimpuh di atas makam Anita.

"Seret mereka berdua, jangan biarkan tubuh kotor mereka menyentuh anakku." Tegas Madam Sonya kepada para pengawalnya yang langsung menyeret mereka berdua, banyak sekali sumpah serapah yang mereka lontarkan pada madam Sonya namun madam Sonya hanya diam dengan ekspresi datarnya.

"Ayo pulang." Ajak Madam Sonya dengan berlalu pergi.

Mereka semua segera kembali kedalam mobil yang berjejer rapih di sana, mereka sesekali melirik makam Anita yang nampak gelap karena dipenuhi oleh mawar hitam. Itu adalah keinginan Anita sendiri sebelum dia benar-benar pergi, dia sangat menyukai mawar hitam.

"Aku, meskipun aku memiliki orang tua. Akan tetapi mereka tidak pernah peduli padaku, sepertinya aku sedikit beruntung dari Anita." Ucap salah seorang wanita yang duduk di belakang Rubella.

"Kau benar, ternyata tidak semua orang tua bisa dikatakan orang tua." Sambung yang lainnya.

Untuk Rubella sendiri, dia hanya diam dengan mata terpejam. Sepertinya dia butuh tempat yang sepi untuk menenangkan dirinya, sudah banyak hal buruk yang terjadi akhir-akhir ini.

...••••...

Nyonya Samantha berjalan tegak menyusuri lorong rumah sakit, mereka yang melihat sosoknya hanya bisa menundukkan kepalanya dengan senyum lebarnya. Namun nyonya Samantha hanya diam dengan wajah angkuhnya, hal itu memang sudah ia terapkan sejak suaminya meninggal.

Brakk!!!

Nyonya Samantha membuka pintu rumah sakit, disana dia melihat sosok wanita yang sedang makan. Wanita itu hanya tersenyum kecil dan menundukkan kepalanya.

"Meskipun kau tengah mengandung sekalipun tapi aku tidak akan pernah mengakui bahwa dia cucuku!! jangan harap dia bisa mendapatkan hak warisnya, dari pada di berikan padanya lebih baik aku menyumbangkan semuanya kepada anak-anak panti!! Camkan itu." Tegas nyonya Samantha sebelum akhirnya kembali pergi dari sana, Hanan yang mendengar itu hanya diam dengan ekspresi shock nya. Dia pikir, dengan kehadiran anaknya hidupnya akan berubah, ternyata lebih parah.

"Nona? apakah anda baik-baik saja?" Tanya suster dengan menepuk pundak Hanan.

"Ahh saya baik-baik saja sus." Senyum Hanan yang sudah tidak memiliki nafsu makan lagi.

••••

Rubella berjalan-jalan di mall dengan teman-temannya yang lain, mereka banyak sekali membeli barang. Begitu pun dengan Rubella sendiri, dia membeli semua yang menurutnya bagus.

"Bel, setelah ini kita ke salon yuk. Aku bosan dengan salon yang ada di mansion...." Keluh Meysa.

"Benar, ayo kita pergi ke salon. Aku ingin mewarnai rambut..." Angguk yang lainnya dengan heboh.

"Baiklah, aku juga ingin mewarnai rambut." Angguk Rubella dengan tersenyum kecil.

Mereka segera bergegas menuju salon, mereka berjumlah kurang lebih 8 orang. Itu karena mereka di bagi menjadi beberapa kelompok, entahlah....

Saat mereka berada di salon, mereka segera bergegas untuk melakukan perawatan. Rubella sendiri memilih untuk memilih warna rambut dan nail art yang cantik, hingga akhirnya pilihan Rubella jatuh pada warna silver. Terlihat sangat cantik dan pas untuk kulitnya yang putih bersih.

"Bell, bukankah itu nyonya Zaksario?" Kaget Meysa dengan melirik sosok wanita yang datang dengan ekspresi tegasnya.

"Ahh iya." Angguk Rubella dengan melirik nyonya Samantha, hingga akhirnya dia bertatapan. Rubella hanya tersenyum kecil dan menundukkan kepalanya, nyonya Samantha yang melihat itu ikut tersenyum tipis.

Ting

"Mari bertemu jika kau sudah beres, aku menunggumu di bawah."

Itu adalah pesan yang di kirimkan oleh nyonya Samantha, Rubella hanya bisa menurut dan mengiyakan pesan tersebut meskipun dia enggan karena dia tidak ingin berurusan lagi dengan mereka.

"Hai..." Sapa seseorang yang datang dengan tersenyum lebar, Rubella mendongakkan kepalanya dan tersenyum kecil saat melihat sosok Henry yang datang, itu karena ulahnya sendiri.

"Ahh kau?" Kaget Meysa dengan sedikit kaget.

"Kebetulan sekali kita bertemu, bagaimana kabarmu?" Tanya Henry pada Meysa.

"Aku baik-baik saja." Senyum Meysa dengan menunjukan cengiran nya.

Rubella yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya saja, dia memilih untuk memejamkan matanya saat petugas salon itu mulai memijat kepalanya.

Yang lainnya pun sama seperti Rubella, mereka tidak menghiraukan keberadaan Henry yang menurut mereka itu bukan kebetulan. Siapa yang tidak tahu mengenai Henry yang menyukai Meysa? setiap Henry datang dia selalu memanggil Meysa dan itu bukan sekali dua kali.

"Dia sangat lambat, tidak seperti tuan Rangga pada Wulan." Ucap salah satu dari mereka.

"Itu benar." Setuju mereka semua.

...•••...

3 jam berlalu, Rubella segera bersiap untuk bertemu dengan nyonya Samantha. Kali ini Rubella dengan penampilan barunya yang terlihat semakin cantik dan seksi, teman-temannya pun mengatakan bahwa Rubella sangat cocok dengan rambutnya yang sekarang.

"Aku ada sedikit urusan, kalian pulanglah lebih awal." Ucap Rubella dengan tersenyum.

"Baiklah, kami pulang dulu. Kau hati-hati, jika terjadi sesuatu segera hubungi kami atau madam Sonya." Tegas mereka.

"Tentu saja, kalian juga hati-hati...." Senyum Rubella secara melambaikan tangannya.

Rubella mencari keberadaan nyonya Samantha di restoran bawah, hingga akhirnya Rubella melihatnya. Dengan cepat Rubella bergegas.

"Maaf nyonya, saya baru selesai." Senyum Rubella.

Nyonya Samantha melirik Rubella dan tersenyum kecil, penampilan Rubella terlihat cantik sekarang.

"Tidak apa-apa, bagaimana kabarmu?" Tanya nyonya Samantha dengan menatap Rubella penuh pertanyaan.

"Ahhh saya baik-baik saja." Senyum Rubella.

"Kau tahu, aku terkejut saat mendengar kabar dari bawahan ku bahwa di kediaman mu ada yang tiada, aku pikir itu kau...." Senyum nyonya Samantha yang justru malah membuat Rubella terkekeh.

"Nyonya terlalu berlebihan, saya baik-baik saja. Bagaimana keadaan nyonya?" Tanya Rubella dengan tersenyum hangat.

"Seperti yang kau lihat, aku sedang tidak baik-baik saja." Balasnya dengan jujur, nyonya Samantha memijat pelipisnya yang terasa pusing.

"....." Rubella hanya diam dengan menundukkan kepalanya.

"Aku tahu, kau sudah mendengar berita mengenai Sergio."

"Itu, itu memang benar. Sepertinya tugas saya gagal...." Senyum Rubella dengan menundukkan kepalanya.

"Tidak, kau tidak gagal. Sergio berhasil menandatangani surat cerai tersebut, namun nampaknya masih membutuhkan waktu lama sampai anak itu lahir."

"Nyonya, tapi memisahkan kedua orang tua bukanlah hal yang baik." Ucap Rubella dengan tegas, namun nyonya Samantha hanya diam tak bergeming.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!