1 bulan berlalu, kehidupan Rubella kembali seperti semula. Dimana dia bisa melupakan kejadian lalu, meskipun terkadang dia teringat kejadian tersebut namun dia berusaha melupakannya dengan cara sibuk.
"Bella, ada apa? apa kau sakit?" Tanya Laura, teman Rubella disana. Umur Laura 3 tahun di atasnya, karena itulah Laura menjadi wanita tertua disana.
"Tidak kak, aku hanya pusing." Balas Rubella dengan meringis kesakitan.
"Ayo, sebaiknya kau istirahat saja. Nampaknya semalam kau kebanyakan minum..." Ucap Laura dengan membantu Rubella berjalan.
"Terimakasih kak." Balas Rubella setelah mereka sampai di kamar Rubella.
"Aku akan menyuruh pelayan untuk membawa obat, tunggu sebentar." Laura pergi dari kamar Rubella setelah mengatakan hal tersebut, untuk Rubella sendiri dia hanya diam dengan mata terpejam. Dia benar-benar pusing dan tubuhnya merasa tak enak sekarang, apakah dirinya sakit?
Untuk minum, Rubella sudah kuat minum meskipun sudah minum banyak juga. Dan lagi, dia juga meminum obat anti mabuk jika sudah selesai dalam pekerjaannya.
...••••...
"Nyonya, saya.... Saya ingin makan buah mangga, apakah boleh?" Ucap Hanan dengan menundukkan kepalanya, di hadapannya ada nyonya Samantha yang sibuk dengan dokumen nya.
"Bukankah kau selalu memakannya?" Datar nyonya Samantha tanpa melihat kearah Hanan yang tengah mengelus perutnya itu.
"Itu, apakah boleh.... Itu, maaf nyonya.. Saya, saya ingin nyonya yang mengupasnya..." Tunduk Hanan dengan menahan tangis.
Mendengar hal itu, nyonya Samantha berhenti sejenak dan menatap ke arah Hanan yang tidak berani menatap ke arahnya. Semakin hari, banyak sekali tingkah yang Hanan inginkan. Seperti sekarang ini, dia meminta nyonya Samantha yang terlihat jelas sedang sibuk.
"Kau tidak punya mata atau bagaimana?saya sedang sibuk, suruh pelayan yang melakukannya." Datar nyonya Samantha.
"Baik nyonya." Tunduk Hanan sebelum pergi dari sana dia menatap nyonya Samantha yang terlihat tidak peduli sama sekali terhadapnya.
"Merepotkan saja!" Kesal nyonya Samantha dengan melihat kepergian Hanan.
Untuk Sergio, laki-laki itu jarang sekali berada di rumah. Sergio memilih untuk pergi ke luar negeri, membuka cabang disana dan sesekali pulang itu pun hanya untuk mengambil dokumen penting di kediamannya. Hanan merasa sendiri, dia benar-benar sendiri sekarang. Hanya pelayan setianya lah yang selalu menemani nya, bahkan dia juga selalu menguatkan Hanan yang saat ini terlihat semakin kurus.
"Sophie, bisakah kau menemui Rubella? katakan padanya jika aku ingin bertemu." Ucap Hanan dengan tersenyum kecil.
"Tapi nona, saya tidak tahu alamatnya...." Ucap Sophie yang merupakan pelayan nya.
"Ini, ini alamat rumahnya. Aku mendapatkannya dari ruang kerja nyonya...." Ucap Hanan.
"Baik nona, saya akan mengatakannya pada nona Rubella." Patuh Sophie yang di balas anggukan saja oleh Hanan.
Setelah melihat kepergian Sophie, Hanan kembali diam dengan menatap taman bunga yang ada di depannya. Apakah semuanya masih bisa di perbaiki? atau justru takdir nya memang seperti ini, selalu sendiri.
"Takdir begitu jahat, dia sudah mengambil orang tuaku bahkan teman-teman ku juga. Dan sekarang, tuhan membuat suamiku pergi jauh." Gumam Hanan dengan cemberut.
Para pelayan yang mendengar itu hanya bisa diam, mereka sendiri merasa kasihan pada Hanan akan tetapi sikapnya yang seperti itu membuat mereka berpikir dua kali, bahkan mereka tahu jika Hanan memang polos dan membutuhkan kasih sayang lebih dari orang-orang sekitarnya, dia hanya ingin diakui. Dia terlihat haus akan kasih sayang dan perhatian, hingga akhirnya membuat dirinya seperti ini.
...••••...
"Nona mu ingin bertemu dengan ku? ada apa? bukankah dia sudah tahu bahwa saya sudah tidak ada hubungannya lagi dengan suaminya?" Tanya Rubella dengan tenang, dia terlihat seperti wanita berkelas di hadapan Sophie.
"Benar nona, bisakah nona menemui nya? saya mohon, nona Hanan terlihat menyedihkan sekarang....." Ucap Sophie dengan mata yang berkaca-kaca.
"Oke, aku akan menemui nya. Besok sore aku luang, kau atur saja di mana tempatnya...." Ucap Rubella dengan santai.
"Terimakasih nona." Senang Sophie dengan tersenyum lebar.
"Kalau begitu saya permisi, saya sangat sibuk." Rubella beranjak dari tempatnya dan pergi begitu saja.
Melihat kepergian Rubella, Sophie akhirnya paham kenapa tuannya itu tergoda oleh Rubella. Selain cantik dan seksi, Rubella juga berwawasan luas, memiliki etika yang tinggi, dan terlihat seperti wanita berkelas. Jika di bandingkan dengan Hanan, itu sangat jauh perbandingannya. Dan lagi, dia melihat bahwa Rubella bukan sosok wanita yang nakal, ataupun terlihat seperti perusak rumah tangga orang.
...••••...
Rubella melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, dia merasa takut dan cemas sekarang. Di tangannya terdapat sebuah benda, benda yang akan menentukan masa depannya. Setelah menunggu sekita 5 menit, Rubella mulai melihat benda tersebut.
"....." Tubuhnya jatuh lemas di atas kloset, dia menelungkup kan wajahnya di antara kedua tangannya.
"Bagaimana aku bisa hamil? padahal, aku baru melakukannya satu kali." Lirih Rubella dengan menatap testpack di tangannya yang lebih dari satu.
Tubuhnya terasa lemas tak bertenaga, pantas saja dia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Terlebih di perutnya, dia merasa ada kehidupan kecil disana dan ternyata itu semua memang benar.
Rubella melangkahkan kakinya menuju ruangan madam Sonya, di sana dia melihat madam Sonya yang tengah berbincang dengan teman-temannya yang lain. Mereka terkejut melihat kedatangannya yang berbeda, raut wajah Rubella terlihat tidak baik-baik saja.
"Sayang, ada apa?" Tanya madam Sonya yang langsung bangkit dari tempatnya.
"....." Rubella tidak menjawab, dia langsung memeluk madam Sonya dan menangis di pelukan nya. Semua orang merasa aneh pada Rubella, sepertinya mereka sangat penasaran karena di antara mereka memang tidak ada yang di rahasiakan. Mereka saling terbuka satu sama lainnya, meskipun itu hal sensitif sekalipun.
"Ada apa, Bella?" Tanya mereka yang mulai mendekati nya.
"Maafkan aku mom, aku sudah mengecewakan mom dan kalian semua." Ucap Rubella dengan terisak-isak.
"Apa maksudmu sayang?" Heran madam Sonya.
Rubella melepaskan pelukannya, dan memperlihatkan sebuah testpack yang lebih dari satu itu. Mereka yang melihat itu melotot kan matanya, begitu pun dengan madam Sonya. Melihat reaksi mereka semua, Rubella kembali menangis sesenggukan.
"Apakah ini karena tuan Sergio?" Tanya madam Sonya memastikan, Rubella hanya mengangguk sebagai balasan.
"Aku akan menghubungi nyonya Samantha, agar putranya bertanggungjawab pada mu, Bella." Tegas madam Sonya yang langsung di hentikan oleh Rubella.
"Tidak, mom! Aku tidak mau mereka tahu, aku tidak ingin.... " Jujur Rubella yang membuat mereka heran.
"Bella, tidak apa-apa.... " Ucap mereka semua dengan menguatkan Rubella.
"Aku tidak bisa meminta pertanggungjawaban dia, dia sendiri memiliki istri yang tengah mengandung sekarang. Aku, aku tidak mau merebutnya secara sungguhan." Jujur Rubella dengan serius.
"Lalu, lalu bagaimana dengan bayi mu sayang? mom sendiri tidak masalah, tapi apakah kau mau bayi mu tidak memiliki kasih sayang seorang ayah?" Tanya madam Sonya yang langsung di balas anggukan oleh Rubella.
"Aku tidak apa-apa, meskipun dia tidak memiliki seorang ayah namun dia memiliki nenek dan bibi yang menyayangi nya." Ucap Rubella dengan menatap mereka semua.
"Kau benar, kau keluarga kami. Kami akan menyayangi anakmu seperti kami menyayangi anak kami sendiri...." Kompak mereka semua.
Melihat kekompakan itu, Madam Sonya hanya tersenyum haru. Ternyata dia tidak salah mendidik mereka....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments