"Saya menjadi kepala sekolah itu cukup mudah membuat saya bosan Gerda, tak ada yang seperti kamu," jawab Oscar singkat. "Tapi aku tak ikut campur, masa kita sudah lewat, untuk sekarang saya hanya memastikan semuanya berjalan seperti semestinya," lanjutnya.
Alis Gerda naik salah satunya menandakan sebuah ketidakpercayaan pada apa yang di ucapkan oleh Oscar. "Lalu kenapa kamu tak mau mengeluarkan anak saya!" ucap Gerda dengan nadanya yang meninggi.
"Dia memiliki bakat Gerda," jawab Oscar memajukan wajahnya.
"Akun dia sudah di tangguhkan, tak mungkin saya menempatkan Dara dalam kasta terendah di sekolah ini!"
"Hanya satu minggu, begitulah."
"Tetap saja tidak akan saya setujui."
Gerda masih mencoba untuk meyakinkan Oscar untuk membuat surat pengeluaran bagi Dara, tapi sama Oscar tetaplah Oscar yang keras kepala.
Dulu, saat Akademi ini masih sangat muda, terkenal dua rival yang selalu bersaing setiap saat. Baik persaingan resmi ataupun hiburan.Terlihat kedua anak itu saling bersaing ketat menjadikan sebuah warna tersendiri dari sekolah itu. Apalagi saat mereka bertarung, bahan taruhan lain menjadikan siapa pemenangnya.
Akhir pertarungan mereka saat Oscar menjadikan dirinya sebagai bahan taruhan. Saat itu adalah expo sekolah, seperti biasa pembukaan bagi anak yang ingin menjadi anggota sembilan naga. Mereka akan menantang dari anggota sembilan naga tingkat sembilan selalu menang hingga berakhir menjadi ketua jika bisa.
Lain hal bagi anggota tingkat sembilan yang ingin naik tingkat maka mereka bisa langsung menantang level di atasnya. Permainan itu berakhir sengit dengan permainan catur di menangkan oleh Gerda dengan nilai kemenangan 7-5 dengan Oscar.
Hasil kekalahan membuat Oscar turun lepas dari pangkat nya sebagai sembilan naga tingkat sembilan. Rasa malu yang di terima oleh Oscar membuat dirinya keluar dari Akademi.
"Aku akan membalaskan ini, menjadi yang tertinggi meskipun bukan sekarang," ujar Oscar sebelum pergi.
Perasaan kesal tak bisa Oscar terima. Untunglah dia berasal dari keluarga kaya. Rasa ambisius dari Oscar membuat dia tak berhenti sekarang. Dia menyelesaikan kuliahnya secara cepat, manawarkan dirinya sebagai guru Akademi itu.
Sesuai peraturan sekolah, para guru jug bermain game untuk saling memberikan pangkat. Ini adalah hal yang mudah menurut Oscar, dia langsung bisa mengalahkan kepala sekolah yang sebelumnya membuat dia menjadi pangkat tertinggi di sekolahan sekarang.
"Saya tak menyangka kamu benar-benar memasukkan Dara ke mari, tapi ya~ Dara tetaplah anak kamu Gerda, dia sama-sama berbakatnya," ucap Oscar dengan tatapan mengintimidasi.
"Apa yang kamu maksud?"
"Ya.... Apakah kamu tau Gerda, putrinya bisa mengalahkan wali kelasnya sendiri. Mrs. Elanor," ucapnya. "Ya sebelumnya saya meragukan Dara, tapi dia tak melakukan hal yang saya pikirkan sebelumnya," lanjut Oscar.
Gerda terdiam di sana, pikiran tentang mengeluarkan Dara cukup goyah baginya. Gerda ingin Dara menjadi anak yang mandiri, pengalaman kelam di masa lalu membuat Dara menjadi anak yang pendiam dan tidak banyak bicara.
Gerda ingin melihat Dara lebih aktif seperti dulu. Menjadi anak yang manis dan ceria. Mungkin sekarang sudah terlambat, tapi menurut Gerda tidak ada kata terlambat. Beberapa kali dia mendengar jika Dara berhasil memenangkan permainan dengan kakak kelas, sebuah hal yang mengagumkan melihat putrinya cukup berkembang. Sekarang, di saat dia Akademi ingin menarik Dara, sebuah hal. yang tidak terduga jika putrinya berhasil menang melawan gurunya sendiri.
"Kenapa kamu hanya diam Gerda, saya tau itu membuat kamu ragu menarik putri mu dari Akademi ini. Lagipula Gerda, putri mu menjadi pararel pertama untuk masalah pelajaran mana mungkin saya melepaskan nya begitu saja," timpa Oscar kembali.
Gerda melihat rivalnya itu. Mencari sesuatu dari saku jasnya. Beberapa saat kemudian, sebuah ponsel pintar dia keluar dari sana. "Saya cemas Dara tak bisa di hubungi. Berikan ponsel ini padanya dan katakan saya ajan memberikan hang baru nanti," jelas Gerda langsung pergi dari ruangan itu.
Di luar ruangan, terlihat William yang berdiri di sana. "Mr.Caroline, selamat siang," sapanya sesaat melihat Gerda yang keluar dari ruangan.
"William," panggilnya sesaat melihat ke arah ruangan. "Saya pikir kamu akan lebih mirip ke ibumu daripada ayah mu, jangan sampai seperti dia," lanjut Gerda langsung pergi dari sana.
Gerda menuruni tanggal, menemui Maria yang masih menampilkan wajah cemasnya. "Mr. Owdin bilang jika Dara di taruhkan oleh pemimpinnya Damian, dia kalah maka dari itu untuk sementara akun Dara di tanggugkan. Apa yang kamu bicarakan dengan Oscar," ucap Maria langsung menghampiri Gerda saat dia sudah menuruni anak tangga.
Di sekretariat Gerda menundukkan kepalanya tanda memberi hormat kepada laki-laki yang tengah berjaga di sana.
"Gerda, jawab aku kenapa jamu hanya diam?" tanya Maria kembali saat Gerda hanya berjalan tanpa menjawab pertanyaannya.
Gerda terus berjalan hingga masuk ke mobilnya. "Baiklah, sekarang kita hanya berdua. Bagaimana?" pertanyaan kembali di layangkan oleh Maria.
"Oscar tidak mau menyetujui nya," jawab Gerda singkat.
Wajah tak percaya nampak pada Maria. Dirinya yang semula cemas, kini semakin menjadi saja. Belum lagi saat ini bukanlah waktu jenguk untuk anak jadi mereka tak bisa melihat Dara. "Apa! Kenapa!" teriak Maria terkejut.
"Karena Oscar tidak mau menyetujuinya."
"Apakah karena dia adalah putri mu Gerda?"
"Tidak, Oscar dia bilang jika Dara memiliki potensi yang sangat besar. Dia berhasil mengalahkan gurunya sendiri, lain hal dia juga berbakat dalam nilai. Lagipula Maria, aku tak berniat untuk menarik Dara dari sini," jelas Gerda yang membuat Maria semakin menampilkan wajah tak percaya.
"Kita sudah membicarakan ini, bagaimana jika Da-"
"Dari sini dia belajar caranya untuk mengendalikan kekuatan nya sendiri Maria, jika kita terus menyuapi nya bagaimana saat kita tiada? Dara tak akan bisa hidup sendiri juga," sela Gerda langsung membuat Maria terdiam.
Napasnya yang memburu dia coba untuk menetralkan sebentar. "Bagaimana jika dia tak bisa melakukannya?" tanya balik Maria.
"Dia bisa, aku percaya pada putri kita. Maria, akum. Dara di tangguhkan hanya seminggu tenang saja Dara tak akan berdiam diri selama itu. Ponsel ku sudah aku titipkan sebelumnya, kita akan menghubungi Dara lagi nanti," jelas Gerda.
Mobilnya dia lajukan secara perlahan dengan Maria yang masih tak percaya dengan jawaban dari suaminya. Sesaat Maria melihat ke luar, beberapa hal dia berpikir jika apa yang di ucapkan oleh suaminya benar juga. "Entah apa yang terjadi, benar-benar aku tak tau Gerda. Bagaimana jika nanti ada hal buruk terjadi pada Dara?"
Kembali pada William yang masih berdiri di depan ruangan milik Oscar. Dia menatap nya perlahan hingga suara berat dari laki-laki di dalam sana memintanya untuk masuk.
"Anda memanggil saya, Ayah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments