“Dara Caroline! Jangan memalingkan kelapa mu, meski hanya sekejap jangan. Lihat dan perhatikan apa yang mereka lakukan.”
Tentu saja itu adalah posisi yang aneh bagi Dara. Apalagi sekarang mereka menjadi bahan tontonan. Kelas lain yang tengah berolahraga di lapangan basket, ataupun beberapa laki-laki yang tepat lurusan mereka hanya terbatas lapanga basket saja. Beberapa anak yang lewat juga melihat mereka, yang lainnya tertawa kekeh dan berbisik.
Perasaan tidak nyaman pada Dara. “Dam-!”
“Jangan bergerak, bukankah aku minta kamu untuk diam?” ucapan Damian malah menambah kuat pelukan tangannya pada leher Dara. Itu adalah hal tidak nyaman menjadi bahan tontonan.
“Kamu gila ya! Kita lagi di lihat banyak orang, harusnya kamu juga merasa malu Damian!”
“Malu? Kenapa, lagipula aku ingin menunjukkan jika kamu itu mutlak milik aku, Dara,” balasan dari Damian. Dara paham itu hanyalah sebuah kata-kata penekanan, mengingatkan pada Tery yang menawarkan untuk memutuskan kontrak antara Dara dan Damian.
Sesaat semuanya berubah, Dara mulai diam apalagi saat melihat kumpulan anak laki-laki di sebrang lapangan itu mulai permainan. Sebuah drone datang menandakan jika itu adalah permainan resmi. Mereka saling bertaruh dan menggandeng tangan. Awalnya tidak ada yang salah dengan permainan itu. Hingga permainan intens di mulai. Ternyata dari kedua kubu sama-sama berbuat curang. Hal yang tak bisa Dara terima, Drone itu tak menunjukkan reaksi apa-apa.
Kekehan dari Damian saat Dara mulai diam. Dara sekarang paham kenapa dia di bawa kemari. Sebrang lapangan basket itu adalah kumpulan yang paling enak untuk perkumpulan para pentolan sekolah. Mereka tidak fokus untuk belajar, tapi menaikkan level satu sama lainnya.
Selain memprtaruhkan barang di sekolah itu juga bisa mempertaruhkan level dalam diri masing-masing. Menunjukkan tingkat kemampuan mereka dan sisi untuk di pandang antara anak murid lain. Biasanya taruhan level itu di kakak kelas saat mereka ingin pamer dengan adik kelas mereka. Jika mereka tak mampu masuk Sembilan naga, setidaknya level mereka tidak kalah dengan siswa yang baru masuk.
“Sudah?” tanya Damian saat Dara malah menikmati permainan dan menatap mereka bermain dengan seksama. “Kamu tau Dara, robot juga seperti manusia mereka memiliki titik buta, hal yang perlu kamu perhatikan adalah bagaimana melakukannya,” jelas Damian.
“Ketenangan itulah yang harus aku lakukan, atau jangan terlalu takut karena bisa di artikan sebagai rasa takut akan kecurangan yang dia lakukan, tapi juga rasa bangga percaya diri akan menang, terlihat jelas jika kamu akan menang. Bagaimana kamu tau jika kamu berbuat curang,” jelas Panjang Dara.
Dia membicarakan itu sembari menulis di ponselnya. Sebuah catatan yang berguna dari Damian. Lebih pintar dari apa yang Dara duga. Sepertinya Damian tau bagaimana cara mengajarkannnya pada dara, meskipun dengan cara yang sedikit berbeda. Damian melihat Dara yang masih terpaku pada ponselnya, menulis apa yang seharusnya dia lakukan Dari lama.
“Sudah? Ayo kita lakukan dengan cara yang kamu suka, kamu suka membaca ‘kan?” tanya Damian. Pertanyaan yang berlum pernah di tanyakan padanya sebelumnya. Sebenarnya tak perlu bertanya harusnya paham bahkan saat melihat Dara.
Buku novel setidaknya satu pasti Dara bawa, dia suka di perpustakaan dan meminjam banyak buku di sana. Jika ada yang pernah melihat kamar Dara seperti perpustakaan mini. “Apakah harus kamu bertanya?” tanya Dara balik.
“Tidak, makanya aku membelikan ini,” jelas Damian.
GAME FOR LIFE, sebuah judul buku itu. Itu adalah sebuah novel cerita, menampakkan sebuah seorang anak laki-laki dengan anak perempuan di pelukannya. Sebuah cover yang sangat apik, pastilah membuat Dara terpana. 'Cantik,' satu kata itulah yang ada di benak Dara.
Mata berbinar tak bisa Dara sembunyikan saat dia benar merasa kagum bahkan pada pandangan pertama. “Ayo, jika kamu sudah selesai aku ingin mengajarkan mu beberapa hal yang ada di sini. Kamu suka membaca, tak masalah tapi jangan hanya romansa karena di sini tidak akan berguna,” jelas Damian.
“Kemana?” tanya Dara penasaran.
“Pergi ke kamar mu, kemana lagi?” ujar Damian Kembali menampilkan seringai mesumnya.
“Tidak! Kamu itu laki-laki!” ucapan Dara meninggi dengan wajah yang memerah.
“Kamu jangan sok polos Dara, kita itu sudah dewasa,” kata Damian langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Dara. Bukan arah asrama laki-laki, melainkan asrama perempuan.
“Damian! Tunggu!”
“Jika ingin mempraktekan isinya kita tidak bisa berlatih di luar atau kamu strategi kita akan ketahuan, kamu bodoh atau polos Dara?” pertanyaa singkat Damian langsung membuat Dara diam menampilkam wajah kaku, gugup seperti salah arti. “Jangan tersinggung Dara, dengan ukuran mu sekarang bahkan tak membuatku suka,” lanjut Damian.
“Ya ya ya Damian, aku sudah lihat itu. Kakak kelas di lapangan basket, itulah seleramu Damian,” timpal Dara sembari membuka buku yang di berikan Damian.
Keduanya Kembali dalam keheningan. Dara yang masih fokus dengan buku yang Damian berikan tadi. Tanpa menunggu sampai ke kamarnya, sedangkan Damian juga ikut menjaga Dara agar tidak menabrak atau tersandung sesuatu.
Buku itu mengisahkan seorang anak perempuan yang yang hidup dalam dunia yang aneh. Mengalami sistem yang berbeda, harus maju dan menang tak boleh ada kekalahan atu hukuman sebuah neraka. Melaju dengan berbagai tingkatan, sebuah gerbang yang akan di jaga. Di berikan pendamping untuk memimpin, lalu di akhir pertarungan dengan kemampuan. Cerita fantasi yang sangat epik pikir Dara, lain hal dengan Damian yang harus menuntun Dara sampai kamarnya.
“Kamu bisa meletakkan buku itu lalu diam di kamar, aku bukan penjaga mu Dara!”
“Darimana kamu mendapatkan buku ini?” balik pertanyaan Dara.
“Aku sebenarnya sudah membelinya lama, banyak buku cuma itu yang aku pikir bagus. Kamu suka membaca, fantasi dan game lebih daripada romansa, dan banyak permainan bagus, kamu itu harus seperti dia Dara, tokoh utama sebuah novel itu. Kamulah tokoh utama setidaknya di kehidupan mu sendiri,” jelas Damian.
“Tunggu, ini buku yang kamu baca sambal tertidur di taman tadi?”
“Haah, setidaknya aku paham dulu jadi mengajarkan kamu juga bisa,” jawabnya singkat.
Benar-benar perhatian. Game yang awalnya hanya pikir permainan biasa kini malah menarik perhatian Dara. Revolusi dari tokoh utama menjadi Wanita yang kuat membuat Dara ingin seperti dia juga. Sungguh itu membuat Dara senang, Damian benar-benar mencari buku yang Dara suka dan nyaman untuk dia baca.
“Terimakasih Damian, saya tak sangka kamu begitu perhatian pada saya,” ucap Dara tulus.
“Hem, katakan terimakasih nanti saat kamu sudah bisa mengalahkan seorang sendiri,” ucap Damian dengan menyenderkan badannya di depan pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
KL
maaf Thor sedikit saran, kayaknya enakan pake "aku" dibandingkan saya, agak kurang gimana gitu bacanya. Tapi tetep bagus ceritanya
2023-07-28
1