“Halo? Sepertinya kamu belum memiliki partner, mau dengan aku?” ucapan dari seseorang dengan tepukan Pundak yang membuat Dara langsung melihatnya.
Seorang anak laki-laki, dari tampilan tidak begitu meyakinkan jika dia adalah anak yang pintar. Jujur saja Dara merasa ragu, dia tidak ingin memiliki partner yang tidak berguna atau bahkan merepotkan.
“Maaf, tapi aku ta-”
“Kamu tak bisa bertahan di sini hanya dengan pikiranmu sendiri, kamu tidak lihat apa yang terjadi? Bahkan para sembilan naga memiliki pendamping lebih dari satu di antara mereka, dan kamu mencoba untuk bertahan sendiri? Tak sadarkah kamu jika ini bukan sekolah yang biasanya?” sela dari laki-laki itu langsung membuat Dara bungkam.
Hal yang langsung berubah dari Dara untuk tidak melihat apapun dari penampilannya. “Kamu tau, mereka mengincarmu,” lanjutnya.
“Apa yang kamu inginkan?” tanya Dara langsung paham apa yang anak laki-laki itu.
“HAHAHAHAHA! Tenanglah, lagipula aku akan langsung di keluarkan jika aku melakukan kekerasan pada sesama murid, ingat?” jelasnya sembari menunjukkan tangan kanannya dengan tato yang melingkar di sana. Ingat, sebuah ikrar adalah peraturan tidak tertulis yang harus mereka patuhi.
Satu di antaranya adalah tidak boleh menggunakan kekerasan dalam permainan. “Aku hanya ingin kamu menjadi partnerku, ayolah Dara Caroline aku tau kamu.”
“Oh! Darimana kamu tau manaku?!”
“Itu tertulis di nametag mu,” jawaban singkat anak itu membuat Dara menatapnya datar. Benar pertsanyaan bodoh sudah dia layangkan.
“Baiklah, jadi permainan apa yang ingin kamu lakukan?”
“Wah keberuntungan, biasanya yang di tantang yang menentukan."
“Saya tak pandai dalam permainan.”
“Emmm, aku lihat dulu dari sisi manapun kamu tetap akan kalah,” ucap spontan anak laki-laki itu. Jujur itu membuat Dara kesal, tapi dia tak suka untuk berdebat atau banyak bicara.
Damian Cardaiga, itulah yang Dara lihat dari nametag anak laki-laki itu. Dia sadar seorang Dara yang kadang tidak melupakan detail dari setiap lawan bicara bisa terkecoh olehnya.
“AHA! Bagaimana jika kita mengira kapan burung itu terbang dari sana,” lanjut Damian menjunjukkan pipit yang singgah di salah satu tangkai pohon di lapangan itu.
“Sungguh?” tanya Dara taky akin.
“Ya, aku tidak bercanda kok,” timpal Damian dengan tawaan lebar pada wajahnya.
Dara langsung melihat kea rah burung itu. Seolah nyaman di tangkai, mengepakan sayap sesekali hanya untuk meregangkan badan. Kemungkinan burung itu adalah perempuan yang tengah menyiapkan sarang. “Tiga puluh detik,” jawab Dara setelah mengira.
“Wah, banyak. Jika aku hanya tiga.”
“menit?"
"Detik!" ucapnya langsung melayangkan sebuah batu yang entah dari mana dia dia dapatkan. Benar saja pada hungan ketiga burung itu langsung pergi meninggalkan pohonnya.
Dara masih tidak percaya, tatapan ragu melihat afa kecurangan di sana. "Kamu berbuat curang!" ucap Dara yang masih tak terima dengan kekalahannya.
"Tidak, jika saya curang ikrar pasti akan mengikat saya, tapi lihat saya baik-baik saja," timpal Damian.
Benar, ikrar bukanlah hal untuk di mainkan. Sebuah ikatakan untuk mengawasi juga memberikan sebuah hukuman bagi semuanya yang melanggar.
Tatapan tak percaya Dara melihat ke arah Damian. Lain hal dengan Dara yang terkejut Damian malah terkekeh pelan. “Lihat Dara kamu tak bisa hanya mengandalkan otak pintar mu saja, akulah pemenangnya jadi kamu Dara Caroline mulai sekarang menjadi pendamping aku,” ucap Damian dengan uluran tangan.
Tentu saja itu adalah ajakan untuk membuat perjanjian antara partner. Dara melihat Damian, mungkin memang itu yang terbaik untuknya, Damian tidak terlalu buruk mungkin piker Dara. Tak ada ragu saat itu Dara menjaba tangan Damian. “OPHELIA,” ucap Dara.
Waktu yang singkat memang pencarian partner untuk saat ini. Banyak sekali hal terjadi, terlebih lagi Dara yang sama sekali tak mengira akan memiliki pemimpin seaneh Damian.
Lain senyuman dengan William yang kadang memiliki kharismua untuk melihat siapa lawannya, Damian seperti senyuman orang bodoh tapi sesekali terlihat seperti orang yang berbeda.
Saat itu semuanya benar-benar di mulai. Semuanya memiliki ambisi yang sama untuk menang dan masuk ke dalam kumpulan sembilan naga.
BIG THREE MASTER, sebutan bagi anak-anak yang memiliki hak katas kedudukan tiga besar dalam sembilan naga dalam tiga tahun kepemimpinan mereka. Intinya mereka tidak boleh kalah selama tiga tahun dalam permainan terbuka.
Permainan terbuka adalah sebuah event satu tahun sekali di Akademi Edelweis selain untuk mencari kepengurusan OSIS baru, tapi juga ajang murid sekolah bisa menjadi anggota sembilan naga dengan menantang mereka. Untuk menjadi ketua sembilan naga mereka harus melewati setiap tingkat mulai dari anggota kesembilan. Selalu menang agar mereka bisa bertahan atau mereka akan di keluarkan dari status pemimpin ataupun pendamping.
Sebuah kasta terendah, di kucilkan dan tidak mendapatkan apa yang seharusnya di dapatkan. Beberapa dari yang lain keluar, tapi beberapa yang lain haus kan dendam membuat mereka bertahan untuk membuktikan diri mereka.
“Ini sekolah yang gila, sungguh,” gumam Dara saat dia membaca buku dari perpustakaan sekolah. Sebuah rahasia yang tidak di publish oleh media dengan alasan hak cipta.
Sekarang pelajaran sudah di mulai, semuanya berjalan seperti sekolah pada umumnya, memang seperti biasa Dara duduk sendiri di pinggir jendela tepat di sana dia melihat Damian yang duduk dengan buku menutupi wajahnya. Terlihat jelas dia tengah tertidur dengan napas yang teratur di sana. Dara melihat Damian miris, tidak di sangka jika dia adalah pemimpinnya.
Helaan napas Dara terlihat oleh Tery Wilston, merupakan ketua kelas di kelasnya Dara. Pemilihan ketua kelas juga sama, beberapa kandidat yang ingin mereka akan saling bermain lalu yang tidak pernah kalah menjadi ketuanya.
“Melihat partner mu itu Dara?” tanya Tery tiba-tiba menghampiri Dara.
“Tidak juga, saya tengah membaca buku,” ujar Dara Kembali pada buku yang yang dia pinjam dari perpustakaan sebelumnya.
“Oh? Tentang sekolah ini, kamu rajin Dara, tapi kamu tau bukan hanya pemahaman untuk bisa bertahan di sini."
“Saya tau, Damian sudah mengatakan itu,” jawaban Dingin Dara berbicara dengan tatapan masih terpaku pada buku.
“Damian? Oh partner mu, kamu tidak khawatir tentang partnermu Dara? Maaf saja tapi lihat dia.”
“Dia terlihat normal apakah ada orang normal di sekolahan gila? Bahkan aku juga.”
“Dara, kamu terlihat akrab dengan kak William kenapa kamu tidak memilih dia saja sebagai partnermu? Bukankah itu lebih aman daripada anak seperti dia, bahkan aku tidak menjamin kita akan satu Angkatan dengan dia juga,” kalimat Panjang Tery membuat Dara langsung melihat ke arahnya.
Dara merasa penasaran dengan apa yang Tery katakana itu. “Aku tau kamu pasti penasaran, meskipun sudah membaca tak semuanya tertulis di sana. Apakah kamu tau peraturan tentang teman sekelas yang gagal naik kelas? Semuanya akan sama, mereka tamat tertinggak dan terbuang termasuk partner mereka.’’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
◌⑅⃝𖤐𝑘𝑎𝑧𝑢𝑚𝑖 [𝓗𝓲𝓪𝓽]𒈔
makin lama makin bagus kk ceritanya 👏😄
2023-06-21
1