Sialan, inilah yang dia maksud rencana jangka Panjang. Saya harap kamu bisa bertahan Dara,’ batin Zeffran saat dia mengigat kejadian kemarin.
Satu hari sebelum dirinya mengajar kelas Dara, William datang padanya. Tanpa di panggil ataupun urusan lain.
“Selamat pagi Mr. Zeffran, apakah Anda sibuk?” tanya William yang ada di ruang guru untuk mencari Zeffran.
“Hem? Wah ada apa ini, kenapa ketua Sembilan naga ada di sini. Kamu pasti membutuhkan sesuatu ‘kan? William.”
“Ya, tentu saja saya membutuhkan Anda, itulah alasan kenapa saya di sini,” jawab William sembari sedikit menundukkan badannya.
Terlihat di sana sosok Dara dengan Damian yang ada di kamar Dara. Terlihat Dara yang tengah bermain di sana, lain hal dengan Damian yang sudah percaya diri hanya menunjukkan gambar itu Zeffran masih terihat kebingungan.
"Saya memang mengajar kelas Dara besok, lalu apa yang kamu butuhkan William?”
“Dara, itu adalah incaran saya sekarang. Saya harap Anda paham Mr. tak perlu melakukan apapun hanya memastikan dia baik-baik saja besok,” jelas William dengan tatapan yang mencekam.
“Perempuan? Tumben sekali kamu tertarik dengan perempuan William, apakah kamu mulai normal dan menghilangkan obsesi mu pada pangkat mu itu?” pertanyaan yang di layangkan Zeffran dengan nada mengejek pada William.
Bukan rahasia lagi bagi anak-anak di akademi ini jika William hanya peduli pada pangkatnya saja sebagai ketua sembilan naga. Semenjak dia datang dan mengalahkan kakak-kakak kelas angkatannya sudah menjadi buah bibir dengan kemampuan William. Bukan hanya tampan, tapi William juga berbakat. Banyak membuat pada perempuan ingin menjadi kekasih William bahkan dengan cara apapaun, tapi hasilnya mereka malah di keluarkan dengan segala macam pelanggaran ikrar.
Begitulah, rencana jangka Panjang bagi William. Rencana sempurna bagi William dalam menyingkirkan lawan-lawannya. Untuk sekarang targernya adalah Dara. Sekarang setelah dua tahun gairah William untuk merencanakan jangka panjang, sekarang mulai kembali mulai dari Dara.
“Sebenarnya saya tak tertarik pada anak itu, hanya ketidakberuntungannya karena mendapatkan partner yang membuat saya tertarik,” jawab William dengan senyuman manisnya.
“Tertarik? Atau kamu merasa terancam William, kamu belum pernah seserius ini semenjak kamu menjadi ketua sembilan naga,” jawaban Zeffran dengan tawaan seperti mengejek.
Sama seperti Zeffran, William juga ikut tertawa. Tawaan yang sangat lega, sesaat wajahnya kembali datar seperti semula. “Lakukan saja apa yang saya minta Mr. Zeffran tanpa mengatakan apapun lagi Anda tau saya tak suka basa-basi,” jawab William dengan tatapan tegas pada gurunya sendiri.
Zeffran yang semula tertawa kini beralih melihat mata tajam William. Sekarang bukanlah waktunya untuk bercanda. Sekolah ini bukanlah ada dengan sistem yang wajar. Bukan hanya murid kelas yang ikut dalam permainan, guru juga ikut ambil adil dalam sini untuk bertahan. Selain pintar dan kompeten, tapi juga ahli dalam permainan untuk saling berebut jabatan.
Misalkan ada anak yang kurang puas dengan hasil kerja pada guru, mereka bisa saling menantang. Jika guru itu menang maka anak itu akan di keluarkan, sebaliknya jika anak yang menang maka guru yang akan di berhentikan secara tidak hormat. Sekolah yang gila meskipun bukan gaji yang sedikit untuk di sini membuat banyak yang bertahan.
William, dia pernah beberapa kali melaporkan guru dan dia menang. Mungkin alasan yang logis jika mereka kurang kompeten tapi karena mereka menentang ucapan dari William dan mulai saling mempertaruhkan diri satu sama lain.
Tatapan Zeffran yang semula bercanda kini mulai waspada dan serius. “Apa baliknya pada saya jika saya melakukan itu William?” tanya Zefrran masih ingin mendapatkan kembalian yang baik.
“Mungkin kali ini saya lebih baik, saya mempertaruhkan diri saya sendiri tapi jika Anda kalah Anda hanya perlu melakukan apa yang saya minta karena saya masih membutuhkan Anda,” jelas William.
Pada akhirnya Zeffran kalah dan harus menuruti apa yang William inginkan yaitu memastikan jika Dara akan baik-baik saja. Tatapan Zeffran kembali pada Dara yang masih berbicara pada anak laki-laki tadi. Raut wajah tak suka Zeffran tampilkan padanya. “William, sepertinya dia merencanakan hal gila setelah setelah lama tak melakukannya.”
Kembali pada Dara yang berbicara anak itu. Nelson Adripta, itunya nama dia. Di ketahui jika dia kakak kelas Dara. Anak tingkat dua kelas dua, sama seperti Dara.
“Nelson? Apa yang kamu lakukan, kenapa kamu diam saja, kamu pasti tau ikrar kan?” tanya Dara masih penasaran kenapa Nelson masih saja diam saat di perlakukan seperti itu.
“A Tidak -aku tak terlalu pandai dalam permainan, kata orang bilang aku terlalu kutu buku, padahal itu adalah hal yang wajar. Dia, bilang aku terlalu banyak ke perpustakaan.”
“Tidak, aku mempelajari banyak hal di perpustakaan, Da-“ ucapan Dara terhenti saat dia teringat akan Damian. Dara memang banyak mempelajari jika dia ada hal yang akan di praktekkan dia akan melakukannya dengan Damian. “Tidak apa-apa lupakan saja,” ujar Dara sembari tersenyum.
“Lalu bagaimana tadi, itu adalah keberuntungan kenapa kamu bisa menebak benar?” tanya Nelson masih penasaran dengan kemenangan Dara.
“Oh, tadi sebenarnya saya tengah membantu Mr. Zeffran, terus menemukan kalian. Jika di pikir saya terlalu lama di sini pastinya membuat Mr. Zeffran cemas jadi dia pasti akan kemari,” jelas Dara.
Tanpa sadar jika mereka sudah berbicara lama, bahkan Dara belum sempat untuk berganti pakaian. Dengan bergegas Dara pergi dari tempat itu tanpa mengatakan apapun lagi. Kelas kembali di mulai seperti biasa, hingga pengumunan ujian mereka.
Mrs. Elanor adalah wali kelas Dara, bisa di sebut sebagai Wanita muda yang cantik juga berbakat. Tatapnnya mungkin bisa di bilang seperti Wanita penggoda dengan badan yang berisi juga wajahnya. Jangan tertipu dengan hal itu, dia bisa bertahan di akademi ini pasti bukanlah orang yang biasa.
Seperti biasa wali kelas akan mengadakan perundingan sepulang sekolah, sama seperti kelas lainnya untuk membahas kemajuan kelas mereka.
“Topik kapa yang akan kita bicarakan untuk minggu ini Mrs.” tanya Tery langsung setelah Elanor beberapa saat berdiam diri.
“Ya, tentu saja tentang masalah kalian. Beberapa dari kalian cukup pasif dalam permainan, tapi bukan itu masalah utamanya,” ucapan Elanor terhenti saat dia membagikan nilai siswa di papan tulis. “Salah satu dari kalian tidak lulus satu mapel, kaliam tau jika tidak lulus maka kalian semuanya juga tak akan naik.”
Seperti biasa wali kelas akan mengadakan perundingan sepulang sekolah, sama seperti kelas lainnya untuk membahas kemajuan kelas mereka.
“Topik apa yang akan kita bicarakan untuk minggu ini Mrs.” tanya Tery langsung setelah Elanor beberapa saat berdiam diri.
“Ya, tentu saja tentang masalah kalian. Beberapa dari kalian cukup pasif dalam permainan, tapi bukan itu masalah utamanya,” ucapan Elanor terhenti saat dia membagikan nilai siswa di papan tulis. “Salah satu dari kalian tidak lulus satu mapel, kaliam tau jika tidak lulus maka kalian semuanya juga tak akan naik.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments