Episode Dua

Di rumah.

"Apa, perjodohan!?" Teriak Revan, saat mendengar ucapan kedua orang tuanya itu barusan.

"Iya sayank, dan kamu pokoknya harus mau, karena ini demi kelancaran perusahaan keluarga kita, keluarga om Sahid itu kan kaya raya juga sayang, lagian kamu enggak akan nyesal kok kalau nikah sama anaknya," Ujar Mirna memberitahu anak tunggal kesayangannya itu.

"Tapi Ma, Revan kan bisa memilih calon istri sendiri buat Revan, tanpa harus di jodohkan segala," Ujar Revan memelas kepada kedua orang tuanya itu, agar tak jadi menjodohkannya.

"Lagi pula kan Revan baru aja berusia 18 tahun, masa udah mau nikah aja," Dalih Revan lagi.

"Ayolah sayang, lagi pula kan kamu sebentar lagi udah mau lulus," Bujuk Mirna lagi.

"Tapi ma, Revan kan masih harus kuliah lagi," Ujar Revan lagi. Memasang tampang memelas, agar mamanya mau menuruti keinginannya.

"Walaupun kamu udah nikah, kamu kan masih bisa kuliah sayang, bahkan di jaman sekarang ini kan, sudah banyak anak kuliahan yang sudah menikah," Bujuk Mirna lagi.

"Tapi ma!" Masih bersikeras, agar tak jadi di jodohkan.

"Kalau kau tak mau menuruti kata-kata mama dan papa, berarti kamu juga sudah siap untuk meninggalkan semua fasilitas yang papa berikan untukmu!" Ancam Utomo papanya Revan, seraya menatap penuh peringatan kepada anaknya itu.

"Apa!" Ucap Revan terkejut. Apa masalah perjodohan ini terlalu penting untuk kedua orang tuanya, sampai mereka tega bisa mengancamnya dengan hal seperti itu.

"Kalau kau tak mau menuruti keinginan kami, berarti kau bukanlah lagi putra kami, oleh sebab itu, aku! Utomo yang bukan siapa-siapamu ini akan mengambil semua fasilitas yang pernah aku berikan untukmu, bahkan kau juga sudah tidak di perkenankan lagi untuk tinggal di rumah ini!" Ancam Utomo lagi.

"Ma!? apa harus papa sampai berkata seperti itu pada putranya sendiri?" Kali ini Revan justru langsung mengadu pada mamanya, berharap mamanya akan berpihak padanya.

"Nak, apa yang papamu katakan ada benarnya, yang di sebut seorang anak pasti akan mau menuruti apa keinginan orang tuanya, lagi pula apa salahnya kalau kau menuruti keinginan kami kali ini saja," Ujar Mirna lembut, sembari membelai pipi putranya itu.

"Baik lah Pa, Ma," Ujar Revan akhirnya.

Mendengar itu nyali nya jadi menciut, bahkan mamanya tak memihaknya sedikitpun kali ini, tidak! bukan hanya mamanya seorang yang tak memihaknya, bahkan papanya yang biasanya juga sangat perduli padanya itu, juga sampai menunjukan sisi kerasnya seperti itu, hanya karena ingin agar dia mau menerima perjodohan ini.

Biarlah dia di jodohkan, yang penting dia tetap bisa menikmati semua kekayaan kedua orang tuanya. Karena, selama ini dia sudah kebiasaan hidup bermewah-mewahan, baginya yang paling terpenting untuk sekarang ini adalah kekayaan orang tuanya.

Sedangkan wanita, masih no dua di dalam hidupnya, dan lagi pula walaupun dia sudah menikah nantinya, dia tetap bisa memacari wanita manapun yang ia sukai. Dengan mengandalkan, ketampanan dan juga kekayaannnya, wanita manapun pasti bisa ia dapatkan.

"Nah itu baru anak papa!" Ucap Utomo senang.

"Malam nanti kita sekeluarga akan segera berkunjung ke rumah calon Istrimu!" Ujar Utomo lagi, memberitahu anaknya itu.

"What.. secepat itu pa?" Ujar Revan seraya terbelalak melihat ke arah papanya, karena terkejut dengan penuturan papanya itu.

"Tentu saja sayank, lebih cepat pernikahanmu dengan anaknya Om Sahid, maka akan semakin lebih baik," Ujar Mirna menimpali seraya tersenyum ke arah anaknya itu.

"Terserahlah!" Ujar Revan. Memilih untuk tidak cerewet lagi. Kedua orang tuanya pun sudah saling melemparkan kedipan matanya, karena berhasil membuat putranya itu menyetujuinya.

"Ya sudah pa, ma, Revan mau ke kamar dulu, Revan mau istirahat?" Ujar Revan pamit. Apa lagi dirinya baru saja pulang dari sekolah, namun kedua orang tuanya sudah memanggilnya untuk membicarakan perjodohan itu. Jadi, dia masih tampak kelelahan.

"Baiklah sayank, Mama dan Papa mencintaimu?" Teriak suami istri itu berbarengan. Saat melihat anaknya sudah menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya itu.

"Akh, kenapa hidup gue harus sial gini sih, emangnya ini jaman sity nurbaya apa, pake di jodoh-jodohin segala?" Batin Revan sebal. Sembari terus menekuk wajahnya karena masih belum bisa menerima perjodohan itu.

*****

"Apa, nikah muda!?" Ujar Alisa pada mamanya itu. Sejujurnya Alisa lah yang yang menjadi Audry saat di sekolah, dia sengaja berpenampilan seperti itu agar teman-temannya tak terlalu mengusiknya karena kecantikan dan juga ketenarannya itu.

"Iya sayank, dan kamu harus mau, karena mama benar-benar menginginkan seorang menantu secepatnya, takutnya mama nantinya akan meninggal terlebih dahulu, sebelum mama melihat wajah menantunya mama," Ujar Lena. Sembari memasang wajah menyedihkan.

"Apa harus mama meminta permintaan itu, sebelum kepergian mama?" Batin Alisa.

Dia tahu betul, kalau setahun terakhir ini mamanya mengidap penyakit jantung, bahkan beberapa bulan yang lalu mamanya sudah di vonis oleh sang dokter, bahwa hidupnya sudah tak akan lama lagi.

"Tapi ma, Alisa kan gak kenal sama sekali sama calonnya Alisa, setidaknya, Alisa mau pendekatan dulu sama dia ma, sebelum lanjut ke jenjang pernikahan, dan Satu minggu itu terlalu cepat ma, Alisa gak mau!" Ujar Alisa seraya membuangkan wajahnya ke arah lain.

"Sayank, sekarang kamu dengar mama baik-baik oke, calon suami kamu itu Tampan, Dan kalian berdua sangat serasi bila bersanding, jadi jangan banyak protes lagi ya?" Ujar Lena seraya memegang kedua pipi anaknya, agar wajah Alisa menatap ke arahnya.

"Tapi Ma, Alisa kan gak tau apa-apa tentang suami Alisa, gimana kalau nantinya Alisa malah dapat suami yang gak baik-baik, kan jaman sekarang udah kebanyakan, kalau laki-laki Tampan itu suka selingkuh, Alisa udah gak mau di sakitin untuk yang kedua kalinya lagi Mah?" Ujar Alisa seraya menundukan kepalanya. Perasaan sedih kembali berkecamuk di dadanya saat teringat akan kenangan menyakitkan itu.

"Mama yakin, kamu bakal bahagia setelah kamu mengenal calon suami kamu, jadi, jangan berfikiran yang tidak-tidak ya!" Ujar Lena lagi untuk menenangkan putrinya itu.

"Setidaknya demi kebahagiaan mama sayang, sebelum mama meninggalkan kalian," Ujar Lena memohon, air matanya sudah bergulir keluar saat mengatakan itu.

Alisa pun menjadi tak tega saat melihat Mamanya yang sudah memohon-mohon seperti itu. Lagi pula setidaknya dia harus bisa membahagiakan mamanya sebelum kepergiannya.

"Baiklah Ma, Alisa mau," Ujar Alisa akhirnya.

"Terimakasih sayang?" Ujar Lena bahagia seraya langsung meraih tubuh anaknya itu dan membawanya ke pelukannya. Alisa pun sempat menitikan air matanya saat teringat akan mamanya yang sudah tak lama lagi akan meninggalkannya itu.

"Jadi bagaimana, apakah anak kita sudah setuju untuk di jodohkan?" Ujar Sahid seraya terus melangkahkan kakinya ke arah anak dan istrinya itu. Karena baru saja pulang bekerja dari Kantornya, lalu duduk di Shofa ruang tamu yang ada di hadapan Anak dan istrinya itu.

"Tentu saja pa," Ujar Lena seraya tersenyum ke arah suaminya itu.

"Baguslah, kalau begitu kamu harus berdandan yang sangat cantik nanti malam sayang, untuk menyambut kedatangan Calon mertua dan juga suamimu itu!" Perintah Sahid pada anaknya itu.

" Hemm," Jawab Alisa sembari menganggukan kepalanya tanda mengerti. Lalu kembali menenggelamkan wajahnya di dada mamanya.

Sementara kedua orang tuanya hanya bisa saling melemparkan senyuman, satu sama lain, saat melihat tingkahnya itu.

Terpopuler

Comments

re

re

Ternyata menyamar

2021-08-26

1

Purwaningsih Subiyono

Purwaningsih Subiyono

wah kalau Revan ketiban durian runtuhlah klua Audry/ Alisa ketiban tangga kali ya..wkwkkkk

2021-08-25

2

Ika Sartika

Ika Sartika

Audrey /Alisa orang yang sama

2021-08-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!