"Kamu disini dulu, aku mau ganti pakaian sebentar!" seru nyonya Karla yang kemudian bangkit dari duduknya.
"Iya ma." jawab Ira yang kemudian menutup botol minyak urutnya, dan dia tetap berada di atas karpet sambil melihat ponselnya, untuk sekedar mendapat informasi tentang suaminya pada saat ini.
"Tak ada kabar dari mas Ardi, semoga dia selamat sampai tujuannya. Aamiin Ya Robbal alaamiin." ucap doa dalam hati Ira, kemudian dia membuka beberapa chat dari ayahnya dan segera membalas chat-chat tersebut.
Tak berapa lama nyonya Karla keluar dari kamarnya dan sudah mengenakan pakaian santainya.
"Mama, saya balik ke kamar ya." pinta Ira seraya bangkit dari posisi duduknya di atas karpet.
"Okey, lagi pula sudah tak ada kerjaan buat kamu!" balas seru Nyonya Karla yang melangkahkan kaki menuju ke tempat riasnya.
"Huff...!" Ira mendengus kesal, tapi dia tutupi kekesalannya itu dengan menggerutu dalam hatinya.
"Kenapa tidak dari tadi? malah disuruh menunggu nggak jelas seperti ini!"
Ira melangkahkan kakinya keluar dari kamar besar dan mewah itu dan terus melangkah menuju ke dapur, dimana mbok Surti sudah selesai memasak.
"Mbok Surti, ini minyak urutnya." ucap Ira pada saat sudah sampai di dapur.
"Oh, letakkan saja di atas lemari es. Maaf ya nak Ira, saya sedang repot!" balas Mbok Surti yang sedang memindahkan sayuran dari panci ke tempat sayur yang lebih pantas untuk diletakkan diatas meja.
"Saya bantu ya mbok!" seru Ira yang kemudian melangkahkan kaki menuju ke wastafel, untuk mencuci tangannya.
"Ah, biar saya saja nak! nanti saya dimarahi sama tuan dan nyonya!" seru mbok Surti yang berniat mencegah Ira untuk membantunya.
"Sudah nggak apa-apa kok, tenang saja mbok! lagi pula aku bosen kalau nggak ada mas Ardi di rumah besar ini!" bisik Ira sembari mengulas senyumnya.
Mbok Surti menarik napasnya dan membuangnya secara pelan-pelan.
"Terserah nak Ira sajalah! kalau dimarahin tuan dan nyonya jangan bawa-bawa mbok Surti ya! he...he...!'' balas mbok Surti seraya tersenyum terkekeh pada Ira.
"Iya mbok, bereslah! he...he...!" balas Ira yang juga mengulas senyumnya, kemudian dia ikut bersama mbok Surti memindahkan makanan ke meja ruang makan.
Setelah itu mereka berbagi tugas, Ira membuat minuman sementara mbok Surti mengelap piring dan sendok yang kemudian dia letakkan di meja makan dan dengan posisi di depan kursi yang masing-masing satu piring.
Tak berapa lama terdengar suara pintu depan rumah ada yang mengetuknya, mbok Surti dan Ira saling pandang karenanya.
"Tokk...tokk....tokk....!"
"Siapa mbok? kok siang-siang ada tamu?" tanya Ira yang penasaran.
"Saya juga belum tahu nak, biar saya lihat lebih dulu!" seru Mbok Surti yang bergegas melangkahkan kaki menuju ke ruang tamu, kemudian menuju ke pintu utama rumah besar dan mewah itu.
"Klek...klek...ceklek...!"
"Assalamu'alaikum....!" ucap salam seorang laki-laki setengah baya yang tentu saja mbok Surti sangat mengenalnya.
"Wa'alaikumsalam...! eh, tuan Agung, tumben sudah pulang?" jawab sekaligus tanya Mbok Surti yang kemudian membuka pintu secara lebar-lebar.
"Iya mbok, aku mau keluar kota sore ini juga." jawab Tuan Agung seraya masuk ke rumah dan melangkahkan kaki ke ruang tamu diikuti oleh mbok Surti. Sementara pak Wahyu, setelah memarkirkan mobil milik majikannya, dia melangkahkan kaki menuju ke taman. Dimana Pak Tejo sedang membuat tempat untuk menanam tanaman yang sudah layak di tempatkan di sekitar rumah.
"Assalamu'alaikum....!" ucap salam pak Wahyu yang sudah berada di taman dan disamping pak Tejo.
"Wa'alaikumsalam...! eh, pak Wahyu!" balas Pak Tejo yang menghentikan aktifitasnya.
"Istirahat dulu, ayo kita makan siang di dapur!" ajak Pak Wahyu.
"Iya, tapi saya mau mandi dulu! lihat kotor semuanya! he..he...!" seru Pak Tejo seraya menunjukkan kondisi tubuhnya.
"Saya juga begitu pak! habis kena debu knalpot dan keringat di jalanan. He...he...!" balas Pak Wahyu yang tertawa terkekeh kemudian pak Tejo bangkit dari jongkoknya. Kemudian keduanya melangkahkan kaki menuju ke kran yang ada di taman, untuk mencuci tangan dan kaki mereka masing-masing.
Sementara itu tuan Agung melangkahkan kaki menuju ke kamarnya, dimana nyonya Karla sudah berjalan menuruni tangga.
"Pa, tumben papa sudah pulang?" tanya nyonya karlabyang sangat terkejut karena melihat suaminya yang hendak naik tangga dan berpapasan dengannya.
"Iya, papa mau keluar kota selama dua hari, karena ad pembukaan perusahaan baru. Jadi sore ini papa harus segera pergi, karena besok pagi acara peresmiannya segera dibuka!" jelas Tuan Agung yang menunggu istrinya untuk turun.
"Kalau begitu saya akan siapkan pakaian dan keperluan papa!" seru Nyonya Karla yang menawarkan diri.
"Sudah tidak apa-apa, aku sendiri juga bisa!" seru tuan Agung yang terus melangkahkan kaki menaiki tangga dan terus melangkahkan tanpa menoleh ke arah istrinya lagi.
Nyonya Karla hanya bisa menghela napasnya, kemudian dia melangkahkan kaki menuju ke ruang makan.
Sesampainya di ruang makan, nyonya Karla melihat makanan sudah tersaji.
"Selamat siang nyonya!" sapa Mbok Surti pada saat melihat nyonya Karla yang melangkahkan kaki menuju ke kursinya.
"Hm...!"
Nyonya Karla hanya berdehem dan mengulas senyumnya saja.
Setelah duduk, nyonya Karla mengotak-atik ponselnya dan nampak dia serius sekali, karena kedatangan Ira tak dia sadari dan juga tak segera membalas sapaan Ira.
"Selamat siap ma!" ucap sapa Ira yang tak mendapat respon, dan dia hanya menggulung senyumnya saja serta menarik napasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya secara pelan-pelan.
Istri Ardi kemudian duduk di kursi biasanya dan tetap sabar menunggu papa mertuanya datang setelah membersihkan dirinya dikamarnya, seperti yang dikatakan mbok Surti tadi setelah membukakan pintu utama rumah itu.
Mbok Surti sibuk menuangkan minuman yang tadi dibuat oleh Ira, dan kemudian meletakkannya di meja yang ditempati majikannya satu persatu.
Beberapa menit kemudian tuan Agung Jaya masuk ke ruang makan dan dia menghela napasnya pada saat melihat istrinya yang sibuk dengan ponselnya. Karena itulah dia memberi isyarat pada Ira dan pembantunya untuk diam pada saat mereka hendak menyapanya.
Tuan Agung jaya diam-diam melangkahkan kaki menghampiri istrinya dan dengan sengaja melihat chat isi istrinya. Laki-laki itu mengernyitkan kedua alisnya dan tersenyum tipis, seolah menguatkan hatinya.
Ira dan mbok Surti saling pandang dan penuh tanda tanya. Tapi mereka hanya bisa diam dan memperhatikan dengan seksama apa yang akan dilakukan oleh tuan Agung Jaya selanjutnya.
"Hm....hm....!"
Tuan Agung Jaya berdehem, seketika itu juga nyonya Karla sangat terkejut dan kebingungan. Dengan segera dia mematikan ponselnya dan dengan gugup berdiri untuk menyapa suaminya.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Sangkar Emas Suami Buruk Rupa ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Julianso
up....
2023-07-11
1
Yu Lee
Lanjut....
2023-07-09
1