Ira menarik napasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya secara pelan-pelan.
"Mas, makan ya! aku nggak mau disini sendirian merawat orang sakit!" seru Ira yang membalas tatapan kedua mata Ardi Jaya.
"Brakk...!"
"Aku bilang tidak, ya tidak...!"
Bentak Ardi jaya yang berdiri dari posisinya duduk seraya menggebrak meja makan di depannya.
"Baik, kalau kamu nggak mau makan ya sudah! mau sakit kek mau mati kek! aku nggak peduli!" seru Ira yang kemudian bangkit dari duduknya dan hendak membalikkan badannya.
Baru satu langkah perempuan itu melangkahkan kakinya, tiba-tiba tangan sebelah kanannya ada yang meraihnya.
Ira melihat ke arah tangannya dan kemudian membalikkan badannya, dan nampak wajah laki-laki dengan setengah wajah yang terkenal luka bakar menatapnya dengan tajam.
"Ada apa?" tanya Ira yang penasaran.
"Tetap disini dan suapi aku." jawab Ardi dengan raut wajah datar.
"Nah, begitu kek dari tadi!" seru Ira yang mengulas senyumnya.
Kemudian dia kembali duduk, dan demikian pula dengan Ardi Jaya. Perlahan-lahan Ira menyuapi Ardi Jaya, dan Ardi jaya berusaha mengunyah dan menelan makanan itu. Dan dalam beberapa menit makanan itu telah habis juga.
"Siapa nama kamu?" tanya Ardi Jaya yang pura-pura tak ingat, karena untuk memecah keheningan diantara mereka berdua.
"Ira Suwita tuan muda Ardi Jaya!" jawab Ira yang melangkahkan kaki membereskan piring dan gelas bekas makan mereka berdua.
"Iya, saya tahu cuma lupa nama panjang kamu saja!" seru Ardi Jaya yang mengelak.
"Hm...!" Ira hanya bisa mengulas senyumnya saja dan dia melangkahkan kaki menuju ke dapur untuk mencuci piring dan gelas itu.
Ardi Jaya mengulas senyum tipisnya, dan dia kemudian melangkahkan kaki menuju ke teras villa. Laki-laki itu sedang menikmati pemandangan di luar yang begitu indah.
"Huahaaheeem....!"
Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya dan membuat laki-laki yang baru saja makan itu, dilanda rasa kantuk yang luar biasa.
Ardi pun masuk kembali ke Villa dan bertemu dengan Ira yang selesai mencuci piring di ruang tamu.
"Ira, apa kamu bisa memijit?" tanya Ardi yang menatap wajah Ira.
"Bisa sih, sedikit-sedikit! memangnya kenapa?" tanya Ira yang penasaran.
"Sepertinya bahuku sedang pegal-pegal. Bisa kamu pijitin aku sebentar?" tanya Ardi seraya memegang bahunya.
"Iya tuan muda, terus memijitnya disini apa di kamar?" tanya Ira.
"Ya di kamarlah! memangnya kalau disini kamu mau mengangkat tubuhku sampai ke kamar! dasar gadis udik yang cerewet!" jawab Ardi dengan ketus yang kemudian melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya.
"Kau itu yang dasar orang aneh!" gerutu dalam hati Ira dengan mendengus kesal. Dengan langkah gontai mengikuti Ardi Jaya.
Tak berapa lama mereka telah sampai di dalam kamar dan Ardi sudah berada diatas tempat tidurnya.
Laki-laki itu sudah membuka pakaian bagian atasnya, sementara Ira mengambil minyak gosok dari dalam kopernya.
Ada rasa trauma pada Ira pada saat melihat badan suaminya yang setengah telanjang itu, dia teringat akan kejadian tadi pagi saat ada di kamar mandi.
"Nampaknya aku memang harus operasi plastik, dan aku harus pergi dari Villa keparat ini!" gumam dalam hati Ardi Jaya sembari berpikir.
"Tapi bagaimana aku bisa meninggalkan villa ini? sedangkan tempat ini sangat terpencil dan tak ada kendaraan yang lewat disekitar tempat ini. Jangankan kendaraan, orang yang lewat saja tak ada satu pun? Malah banyak binatang hutan yang tiap hari berkeliaran disini!" masih gumam dalam hati Ardi seraya menikmati pijatan di bahu laki-laki itu dari tangan Ira yang dengan lembut namun sangat terasa pijatannya bagi Ardi Jaya.
"Enak tidak mas, pijatan aku?" tanya Ira yang masih memijat bahu Suaminya.
"Hm, lumayanlah." jawab Ardi jaya tanpa menoleh ke arah istrinya.
"Ngomong-ngomong apa kamu masih takut sama wajah aku?" tanya Ardi yang penasaran.
"Tidak, aku sudah biasa melihatnya. Jadi sudah tak takut-takut lagi " jawab Ira yang terus memijit bahu Ardi yang kekar itu.
"Oh, dia tidak takut ya? baiklah kalau begitu, selama menunggu ada yang datang kemari, tampaknya aku harus bermain-main dengannya lebih dulu! he...he....!" gumam dalam hati Ardi Jaya dengan senyumnya yang menyeringai.
Rupanya hobby baru Ardi Jaya saat ini adalah menyiksa Ira. Dia seperti ada kepuasan melihat Ira berlinang air mata.
Tiba-tiba Ardi memegang tangan Ira yang masih berada dipundaknya itu. Kemudian dia membalikkan badannya menuju ke arah Ira.
Ira sangat terkejut dan perasaannya berkecamuk ditambah ada debaran di jantungnya yang serasa ingin melompat.
"Mm....mas mau apa?" tanya Ira yang ketakutan saat melihat gelagat suaminya.
"Kita sudah menikah, dan kamu bukankah ingin menjadi istri yang Solehah?" tanya Ardi yang menatap wajah Ira.
"I..iya, lantas kenapa?" tanya Ira yang terlihat gugup.
"Aku mau main sebentar, jadi layani aku dengan baik ya!" jawab Ardi Jaya yang mengulas senyum yang menakutkan bagi Ira.
"A...apa? maksudnya melayani apa? makan kan sudah tadi, dan mandi tadi juga sudah. Yang baru saja pijat juga sudah, lantas apa lagi?" tanya Ira yang begitu polosnya.
Ardi yang gemas dengan sikap Ira itu segera mendorong istrinya dalam posisi berbaring terlentang dan Ardi berada diatasnya.
Ira tersentak kaget dan pikirannya tentang kejadian tadi di kamar mandi, muncul begitu saja dan membuat dia meronta-ronta untuk supaya bebas dari cengkraman suaminya itu.
"Dengar baik-baik! sebagai seorang istri, mau tidak mau kamu harus mau melayaniku!" bentak Ardi Jaya yang menatap Ira dengan tajam.
"Lepaskan! kau ini memang aneh!" seru Ira yang membuat Ardi tambah kesal jika dirinya disebut orang aneh oleh istrinya itu.
"Apa? bilang sekali lagi!" bentak Ardi yang wajah setengah terkena luka bakar itu memerah dan nampak sangat menyeramkan.
Ira merasa ngeri dan memejamkan kedua matanya, tak sanggup melihat kengerian dihadapannya itu.
"Katanya kau benci sama aku? tapi kenapa kamu demen begituan sama aku? apakah itu bukannya orang aneh? hah!" seru Ira yang masih memejamkan kedua matanya.
"Oh, kamu mau tahu kenapa?" tanya Ardi Jaya dengan senyum meringisnya.
"Iya, seharusnya kamu itu jaga keperjakaan kamu untuk kekasih kamu itu! siapa namanya? Sapi ya?" ucap Ira yang membuka kedua matanya.
"Novi bukan Sapi!" seru Ardi Jaya yang meralat ucapan Ira.
"Iya.....iya si tukang nonton tivi itu." ucap Ira yang menahan ketawanya.
"Sekali lagi kamu berkata buruk tentang kekasihku, maka akan akan aku tambah lagi penyiksaanku padamu! dasar gadis udik yang cerewet!" seru Ardi Jaya yang begitu kesalnya.
"Lepas! kamu panggil aku gadis udik yang cerewet, kenapa aku nggak boleh panggil kamu orang aneh!" seru Ira seraya meronta-ronta.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Sangkar Emas Suami Buruk Rupa ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
... ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Putri Minwa
semangat terus thor
2023-07-26
0
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
Semangat ardi
2023-07-11
1
read
semangat 🔥
2023-06-14
4