"Mari nak Ira, masuklah!" seru Pak Teja yang membawa koper Ardi Jaya, sementara Pak Wahyu memasukkan mobil yang dikendarainya ke dalam bagasi.
"Oh, iya pak!" seru Ira yang masih melihat suasana rumah besar itu. Karena baru kali ini dia menginjakkan kaki ke rumah besar itu, dikarenakan pada waktu pernikahan kemarin itu hanya diadakkan secara sederhana dan diadakan di kantor urusan Agama setempat. Dan setelah selesai acara pernikahan itu, dia dan Ardi langsung diantarkan ke villa yang terdapat di tepi hutan itu.
Ira melangkahkan kaki masuk bersama Ardi dan juga Pak Teja, dan mereka menuju ke kamar Ardi yang terletak di lantai dua, paling ujung dari deretan ruangan yang ada di lantai dua itu.
"Pak Teja, sampai disini saja. Biar kopernya saya yang bawa." kata Ira pada saat mereka sudah sampai didepan pintu kamar yang terlihat mewah itu.
"Iya, nak Ira. Permisi nak Ardi." kata pak Teja yang kemudian melangkahkan kaki meninggalkan Ardi dan juga Ira.
"Iya pak Teja." balas Ardi yang sesaat melihat laki-laki setengah baya itu melangkah menuju tangga.
Kemudian Ardi membuka pintu kamarnya dan dia masuk diikuti Ira yang menebarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan kamar yang besar dan terlihat klasik serta mewah itu.
Ada tempat tidur dengan ukuran king, lemari pakaian yang besar terbuat dari kayu jati dengan ukiran dari kota Jepara, demikian pula dengan meja riasnya yang terbuat dari kayu jati. Televisi yang berlayar lebar dilengkapi dengan Subwoofer yang terbaru dan sofa yang begitu mewah.
Di kamar tersebut juga terdapat kamar mandi yang dilengkapi dengan shower, bathtub, wastafel dan yang lainnya. Yang kesemuanya itu terlihat sangat mahal di mata Ira.
"Inilah kamarku, yang jadi kamar kita." kata Ardi yang memberitahu, seraya menatap ke arah istrinya.
"Iya mas, kalau begitu Ira mau memasukkan pakaian dalam lemari terlebih dahulu. Dan mas Ardi bisa membersihkan diri mas Ardi." kata Ira yang mengangkat kopernya ke depan almari yang terbuat dari kayu jati itu.
Sementara itu Ardi mengambil handuk dan baju gantinya, lalu masuk ke kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya.
Ira dengan hati-hati dan rapi meletakkan pakaiannya dan pakaian suaminya di lemari, sembari mengambil pakaian gantinya dan juga handuknya.
Sambil menunggu suaminya yang masih mandi, Ira meletakkan barang-barang lainnya di atas meja rias dan menatanya dengan rapi.Tak lupa juga menyiapkan perlengkapan sholat mereka berdua.
Ardi Jaya telah selesai mandi, setelah mengganti pakaiannya, dia berwudlu lalu keluar dari kamar mandi. Setelah itu ganti Ira yang masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, berikut berwudlu juga.
Ira keluar dari kamar mandi, dan mendapati Ardi sudah siap dengan perlengkapan sholatnya. Kemudian Ira melangkahkan kaki mengambil mukenanya, dan mereka sholat Isya' berjama'ah.
Beberapa menit kemudian mereka sudah selesai sholat Isya' dan bersama-sama keluar dari kamar, melangkahkan kaki menuju ke ruang makan.
Di ruang makan sudah ada mbok Surti, pak Teja dan juga Pak Wahyu yang menunggu Ardi dan juga Ira, untuk makan bersama.
"Pak Teja dan pak Wahyu ayo sekalian makan bersama kami disini!" ajak Ardi Jaya seraya menarik kursi untuk Ira, supaya istrinya bisa duduk.
"Kami makan di dapur saja Tuan!" balas Pak Teja yang hendak melangkahkan kaki menuju ke dapur.
"Sudah disini saja biar rame, lagi pula kan tak ada Tante disini!" seru Ardi Jaya yang mengulas senyumnya.
Tante yang di maksudkan oleh Ardi adalah ibu tirinya, wanita yang dinikahi oleh papanya saat dia berusia dua tahun. Dimana dia ketahuan hamil dan mengaku kalau papanya-lah yang menghamili sekretarisnya itu.
Mau tak mau mama kandung Ardi mengijinkan papanya menikah lagi. Dan sejak saat itulah mama kandung Ardi sering sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia pada saat Ardi masih berusia tiga tahun.
Ibu tiri Ardi itu sebelumnya adalah sekretaris pribadi papanya Ardi Jaya, yaitu Agung Jaya.
Selesai makan malam bersama, mereka berlima saling bercerita dan bercanda. Hingga tanpa terasa malam semakin larut, mereka membubarkan diri mereka dan melangkahkan kaki menuju ke kamar masing-masing.
Demikian pula dengan Ardi dan juga Ira yang keduanya melangkahkan kaki menuju ke kamar Ardi yang terletak di lantai atas dan yang paling sudut diantara ruangan yang lainnya.
Setelah membuka dan menutup pintu kamar tersebut, Ardi mengunci pintu kamarnya sementara Ira melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi, untuk menggosok giginya.
Kemudian Ardi Jaya juga melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi, dia mengikuti istrinya yang sedang menggosok gigi di depan wastafel itu.
Beberapa menit kemudian mereka telah selesai menggosok gigi dan kemudian keluar dari kamar mandi secara bergantian. Ardi melangkahkan kaki menuju ke tempat tidur setelah sebelumnya Ira sudah berada di atas tempat tidur terlebih dahulu.
Ira sedang merasakan kenyamanan tempat tidur itu, yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Walaupun tempat tidur di kata villa ditepi hutan itu juga empuk dan lembut, namun yang berada di kamar Ardi saat ini jauh lebih empuk dan sangat lembut.
"Ha...ha ..! kamu itu seperti anak.kecil saja!" seru Ardi yang mengulas tawa pada saat melihat tingkah Ira yang memantulkan badannya diatas tempat tidurnya.
"Mas, aku belum pernah merasakan tempat tidur yang empuk dan selembut ini! Ha...ha...ha...! sampai pusing aku..!'' seru Ira seraya memegang kepalanya.
"Hop...! sudah berhenti, pasti pusing ya akan hilang!" seru Ardi Jaya seraya memegang bahu Ira supaya berhenti memantulkan tubuhnya.
"Aduh...! ih benar sudah hilang pusingnya! he...he...!" seru Ira yang tertawa kecil.
"Kamu ini ya! seperti anak kecil saja!" seru Ardi Jaya yang gemas akan sikap istrinya yang kekanak-kanakan itu.
"Anak kecil yang sudah menikah! he...he....!" balas Ira yang terkekeh dan kemudian dia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur itu.
Ardi menarik selimut yang berada di bawah kakinya, kemudian mengatur AC ruangan kamarnya. Dan dengan sengaja dia buat lebih dingin.
"Eh, kenapa dibuat lebih dingin sih mas?" tanya Ira yang penasaran.
"Biar aku dapat pelukan hangat dari istriku! he...he...!" balas Ardi jaya seraya memposisikan dirinya berbaring sejajar dengan istri ya, dengan posisi menghadap istrinya.
"Ehm...! maunya tuh...!" seru Ira seraya menatap suaminya.
"Ira sayang!" panggil Ardi Jaya yang membelai rambut Ira yang dibiarkan terurai itu yang Ira angkat ke atas kepalanya.
"Tumben mas Ardi panggil Ira dengan kata sayang?" goda Ira seraya mengulas senyumnya.
"Apa nggak boleh?" tanya Ardi seraya mengernyitkan kedua alisnya.
"Boleh sih, boleh banget malah!" balas Ira seraya mengulas senyumnya.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Sangkar Emas Suami Buruk Rupa ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
... ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Julianso
Yuk semangat
2023-07-11
1