Jatuh Cinta Pada Bad Boy
Tantri baru saja membaringkan tubuhnya di atas ranjang, setelah mengerjakan home work dari guru Kimia nya. Seperti biasa, mata gadis itu sangat susah terlelap, karena banyak keinginan dalam hati yang belum terpenuhi. Gadis itu memiringkan tubuhnya ke kanan, dan mengambil guling untuk dipeluk sambil tidur. Tiba-tiba..
"Aku sudah tidak tahan lagi pa..., selalu sikapmu keras dan arogan seperti itu, jika aku meminta penjelasan darimu." terdengar teriakan Nyonya Monica, mama Tantri.
Merasa tidak asing dengan teriakan yang selalu meramaikan malam-malam di rumah seperti biasanya, Tantri berusaha mengabaikan, dan menutup telinga dengan menggunakan penyumbat telinga. Gadis itu sudah tidak mau tahu, apa yang terjadi antara papa dan mamanya, karena memang sudah sering terjadi hal seperti itu.
"Tutup mulutmu Monica.. kamu selalu mencurigaiku, padahal aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan kalian. Terutama kebutuhanmu dan juga kebutuhan Tantri. Dari mana uang untuk mencukupi semua kebutuhan foya-foyamu, kebutuhan sosialita dan gaya hidup hedonisme itu, jika aku tidak menghabiskan waktu di kantor, atau berkeliling melakukan kunjungan kerja.." terdengar Tuan Chandra Atmadja menjelaskan pada istrinya.
"Bullshit... jangan bohongi mama lagi pa... Sudah bosan, mama mendengar alasanmu yang selalu itu saja. Mama hanya ingin penjelasan, siapa perempuan yang berada di atas ranjangmu, jangan mengalihkan pembicaraan." kembali suara keras Nyonya Monica terdengar.
Selanjutnya, Tantri sudah tidak mau lagi mendengarkan pertengkaran itu. Gadis itu menambahkan bantal dan guling untuk menutupi telinga, agar suara pertengkaran kedua orang tuanya tidak masuk ke dalam telinga. Namun...
"Prang... bluamm..." tiba-tiba terdengar suara keras pecahan keramik, dan pintu dibanting.
Secara reflek, Tantri mengangkat tubuhnya dan berlari keluar dari dalam kamar. Di atas tangga, gadis itu melihat mamanya Nyonya Monica sedang menarik trolly bag, dan menuju ke arah pintu keluar.
"Mama... mau kemana, jangan tinggalkan Tantri mam..." gadis itu berteriak, mencoba menahan mamanya yang akan keluar meninggalkan rumah.
Namun bukannya menjawab, perempuan itu hanya menoleh sebentar ke arah putrinya, dan dengan cucuran air mata, Nyonya Monica mengangkat tangan ke atas, sebagai salam perpisahan dengan putrinya. Tantri tidak bisa berbuat apapun, selain hanya melihat punggung mamanya yang akan membuka pintu ke arah luar.,
"Ingat Monica... begitu kakimu keluar meninggalkan pintu, aku akan mendiamkanmu, dan tidak akan menganggapmu ada. Banyak kesempatan untuk membawa perempuan lain ke ranjangku, yang lebih muda dan lebih molek darimu." terdengar teriakan Tuan Chandra Atmadja,
Tetapi laki-laki itu tidak mengejar dan menahan istrinya, melainkan hanya berteriak di belakang. Tantri yang semula akan turun untuk mengejar mamanya, tertahan di atas tangga dan hanya bisa menangis meratapi kebahagiaan hidupnya. Dari lantai bawah, Bibi Surti asisten rumah tangga yang sudah lama mengabdi pada keluarga ini, hanya bisa menatap prihatin pada Tantri. Namun perempuan paruh baya itu hanya bisa berdiam diri, dan merasa takut akan dimarahi oleh majikan laki-lakinya, jika naik mendatangi Tantri.
Ketika Tuan Chandra Atmadja sudah kembali ke dalam kamarnya, barulah Bibi Surti perlahan naik dan mendatangi Tantri. Dengan pandangan prihatin, perempuan itu memeluk tubuh gadis itu, dan Tantri menangis dalam pelukan perempuan paruh baya itu.
"Sabar Non... mama hanya ingin mendinginkan suasana, besok pagi paling sudah akan kembali pulang ke rumah. Begitu juga dengan Tuan Chandra, papa Non masih emosi, belum bisa mengendalikan diri. Jadi mungkin papa Non berpikir, lebih baik Nyonya Monica pergi dulu, dan setelah mereka sama-sama dingin, baru akan menyelesaikan masalah mereka.." dengan suara pelan, Bibi Surti mencoba menenangkan perasaan Tantri.
"Iya Bi.., antar dan temani Tantri kembali ke kamar Bi.. Jangan pergi, sebelum aku bisa tertidur.." tidak ada yang bisa diucapkan lagi oleh gadis itu. Perlahan perempuan paruh baya itu, membawa Tantri kembali memasuki kamar tidurnya.
**********
Keesokan paginya..
Setelah bersiap dan mengenakan pakaian seragam, Tantri berjalan keluar menuruni tangga. Gadis itu langsung berjalan menuju ke ruang makan, dan terlihat papanya sedang sarapan pagi juga. Sama sekali tidak terlihat dalam wajah laki-laki itu, jika tadi malam telah terjadi perang mulut dengan istrinya, yang berakhir Nyonya Monica pergi meninggalkan rumah.
"Selamat pagi pa.." seperti biasa Tantri menyapa papanya.
"Mmmmpphh... pagi." sahut laki-laki paruh baya itu singkat,
Melihat ada nasi goreng dan telur ceplok buatan Bi Surti, Tantri segera menuangkan dua sendok nasi ke piringnya. Tanpa bicara lagi, gadis itu mulai menyendokkan beberapa suap nasi ke mulutnya. Tantri mengunyah perlahan, dan terlihat ada panggilan masuk ke ponsel papanya. Dari tempatnya duduk, wajah perempuan muda cantik terlihat oleh Tantri, dan gadis itu seketika menghentikan makan paginya.
"Siapa itu pa.. yang sedang melakukan panggilan pada papa..?? Apakah tidak sebaiknya, papa saat ini pergi mencari keberadaan mama, dan membawanya lagi untuk pulang ke rumah ini..?" dengan berani, Tantri bertanya pada laki-laki paruh baya itu.
"Apa katamu Tantri.. kamu masih anak kecil, tidak tahu apa yang menjadi urusan orang tua. Pergi meninggalkan rumah ini, adalah pilihan mamamu, untuk apa papa yang harus pusing mencarinya. Dan untuk siapa yang menelpon papa pagi ini, kamu tidak perlu tahu. Banyak relasi yang harus berhubungan dengan papa..." dengan tegas, tampak Tuan Chandra Atmadja memberi penjelasan pada putrinya.
"Tapi pa... papa dan mama adalah orang tua Tantri, dan juga suami istri. Tidak baik bertindak apatis seperti itu pa... pahamilah mama, dan juga Tantri.." seperti seorang yang kehilangan kesadaran, Tantri berani berteriak pada papanya.
Apalagi papanya terlihat me reject panggilan dari perempuan muda itu, dan sudah berdiri ingin meninggalkan putrinya sendiri.
"Tantri... jaga bicaramu. Kamu masih kecil, tidak tahu urusan suami istri. Yang penting, rekeningmu selalu papa isi bukan, dan berapa lagi yang kamu inginkan, sampai kamu berani menggertak papamu pagi ini. Bukan papa yang meminta mamamu untuk keluar dari rumah ini, tetapi mamamu sendiri yang memilih dan melakukannya. Dan sekarang, kamu berani menyalahkan hal itu pada papa..." suara keras tidak mau kalah, tampak mengimbangi suara Tantri.
Tatapan laki-laki, papa kandung Tantri itu tampak merah. Sama sekali tidak terlihat, ada kasih sayang pada pandangan mata itu pada putri kandungnya. Gadis itu merasa kaget, dan Tantri juga berdiri, serta berlari meninggalkan piring nasinya yang belum habis.
"Tunggu Tantri... jaga sikapmu. Atau papa akan memblokir semua aksesmu ke rekening, jika kamu berani membantah papa.." gadis itu sudah tidak mau menggubris lagi kata-kata papanya.
Tantri terus bergegas keluar, dan melihat pak Jaya sudah bersiap di depan mobil, tanpa bicara Tantri langsung masuk ke dalam mobil tersebut. Hanya air mata yang menemani gadis itu, sampai menuju ke sekolah.
***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
abdan syakura
Astaghfirullaah...
Istighfar, Papa Chandra...istighfar..
Jgn mnjd Kepala klrga yg menzholimi klrg sendiri ...
2023-06-15
1