Di kelas...
Pikiran tentang papanya yang tadi berciuman dengan seorang perempuan di depan matanya, tidak bisa hilang dari pikiran Tantri. Kecewa, sedih, gundah.., tidak tahu apa yang mendeskripsikan keadaannya saat ini. Tantri yang biasa pro aktif di kelas Mr. Ronald, siang ini terlihat diam. Bahkan ketika guru favoritnya sedang menjelaskan, Tantri malah tidur, menggeletakkan kepala di atas meja.
"Tantri.. how about you... Are you okay..?" tanpa disadari gadis itu, ternyata Mr. Ronald sudah berdiri di sampingnya, dan bertanya padanya.
"Mmmppphh... I.m okay Mr. Ronald.. Hanya saja, agak kurang bersemangat siang ini. Bisakan Tantri minta ijin untuk off dulu dalam discussion hari ini.." dengan sopan Tantri minta ijin sama gurunya.
Mr. Ronald terkejut karena apa yang dikatakan Tantri, diluar kebiasaan gadis itu. Tetapi karena Tantri termasuk siswa berprestasi, dan selalu mendapatkan nilai Excellent dalam setiap kuis, soal, maupun hasil ujian, laki-laki itu tidak mempermasalahkannya.
"Okay... istirahatlah, nanti aku akan memberimu tugas tambahan. Tapi ingat, jaga sikapmu, dan jangan buat keonaran di kelas.." guru Kimia meninggalkan Tantri, dan berjalan ke depan.
Tanpa menjawab, Tantri menjatuhkan kepalanya di atas meja. Dan tidak lama kemudian, gadis itu berusaha untuk memejamkan matanya.
*******
Sore harinya...
Bi Surti menyambut kedatangan Tantri di depan pintu dengan senyuman. Perempuan itu membantu memnbawakan tas sekolah, dan mengantarkannya ke kamar gadis itu.
"Bibi... apakah papa sudah ada pulang ke rumah Bi..?" sambil berjalan menaiki tangga, Tantri bertanya pada perempuan paruh baya itu.
"Belum Non... mungkin masih terjebak macet non, atau mungkin ada tugas di luar dinas. Non mau Bibi masakkan apa untuk makan malam.." perempuan itu menjawab,
"Hemppphh... apa saja Bi.. Untuk sekarang, aku akan mandi dulu Bi.., siapkan teh tarik panas ya Bi. Letakkan di atas meja.." begitu sampai di dalam kamar, Tantri segera berjalan masuk ke kamar mandi.
"Baik Non... segera Bibi siapkan.." perempuan paruh baya itu segera keluar dari dalam kamar Tantri, dan langsung berjalan menuju ke dapur.
Sedangkan Tantri segera berendam air hangat di bath up yang ada di kamarnya. Gadis itu melamun, tidak bisa melupakan apa yang dilihatnya tadi siang. Bayangan papanya dengan perempuan muda, tidak bisa hilang dari bayangannya. Berkali-kali Tantri menggosok wajah dengan menggunakan kedua tangannya, namun lagi-lagi wajah papa dan perempuan itu tidak mau hilang.
"Nanti jika papa sudah sampai rumah, aku akan bertanya langsung pada papa. Siapakah perempuan muda itu, dan apakah papa tidak menganggap keberadaan mama?" pertanyaan berkelebat dalam benak gadis itu,
"Mama juga, tidak sadar apa, jika mama sudah memiliki putri dan sudah gadis. Pergi dari rumah, tanpa sedikitpun mempedulikanku, apakah memang keberadaanku di rumah ini, tidak ada yang menganggapnya. Atau mungkin, lebih baik aku keluar juga dari rumah ini.." pertanyaan demi pertanyaan, tidak bisa hilang dari pikiran gadis itu.
"Tok.. tok.. tok..., Non.., Non Tantri. Minumannya sudah Bibi letakkan di atas meja Non.., Dan tuan Chandra juga baru saja masuk ke dalam rumah.." tiba-tiba terdengar Bi Surti mengetuk pintu kamar mandi.
"Ya Bi.. aku segera keluar." gadis menjawab panggilan dari perempuan paruh baya itu, dan tidak lama kemudian Tantri menarik handuk untuk mengeringkan tubunya.
Tidak lama kemudian, Tantri sudah berjalan keluar dari dalam kamar mandi, dan sudah berganti pakaian di ward drobe yang terkoneksi dengan bath room. Melihat asap mengepul dari minuman di atas meja, Tantri segera menghampiri, dan meminumnya perlahan,
"Aku tidak mungkin akan mengajak bicara papa saat ini. Mungkin pada saat makan malam, aku bisa bertanya pada papa, siapa perempuan itu sebenarnya." untungnya akal sehat masih dikuasai Tantri, sehingga gadis itu bisa memilih waktu yang tepat untuk berbicara dengan papanya.
**********
Pukul 18.30 wib, Tantri keluar dari dalam kamar, untuk mengajak makan malam papanya. Namun baru saja gadis itu sampai di anak tangga paling atas, pandangan Tantri bertumbuk dengan tatapan gadis yang sedang menggelendot mesra di tubuh papanya. Kedua orang itu seperti tidak tahu malu, di ruang tamu dimana asisten rumah tangga bisa melihat, mereka berperilaku intim.
"Papa... apa-apaan ini...?" tidak bisa mengendalikan diri, dari lantai atas, Tantri berteriak pada papanya.
Tuan Chandra Atmadja terkejut, dan menoleh ke belakang. Terlihat putrinya Tantri berjalan menuruni anak tangga satu persatu.
"Apa yang kamu tanyakan Tantri, apakah ada yang salah dengan papa...?" mendengar papanya bertanya balik, seketika emosi Tantri memuncak. Apalagi melihat perempuan yang masih menggelendot di bahu papanya, seperti tidak tahu malu, malah menyeringai seperti mengejeknya.
"Tidakkah papa memiliki rasa malu pa..., papa ini masih memiliki istri yaitu mama, dan seorang putri yaitu Tantri. Tapi dengan tidak punya rasa malu, papa dan perempuan ****** itu bermesraan di ruang tamu. Apakah papa ini sudah terbuai dengan rayuan perempuan ****** itu.." karena emosi, Tantri sudah tidak bisa mengendalikan kata-katanya.
Gadis itu sudah turun ke lantai bawah, dan menunjuk ke wajah perempuan yang duduk di samping papanya. Tiba-tiba Tuan Chandra berdiri, dan mengayunkan tangan ke rahang Tantri.
"Plak... jaga bicaramu Tantri. Apakah papa pernah mengajarimu berbicara kasar di hadapan tamu...?? Dan apakah yang papa lakukan itu salah di matamu. Tanya sendiri pada mamamu, apa yang dilakukannya di luaran sana.." dengan tidak kalah kerasnya, tuan Chandra berteriak. Mata laki-laki itu memerah, menahan marah pada Tantri, putrinya sendiri.
Mendapatkan tamparan keras seperti itu, Tantri berbalik badan dan berlari menaiki tangga, untuk menuju ke kamarnya. Air mata mengalir deras dari sudut mata Tantri, karena baru kali ini papanya berani menampar, di depan perempuan yang tidak dikenalnya.
"Sepertinya sudah tidak ada artinya suaraku di depan papa.. Lebih baik, aku pergi dari rumah ini untuk sementara waktu..." ucap gadis itu sambil menangis.
Sesampainya di kamar, Tantri menarik tas back pack, kemudian mengisinya dengan satu pasang baju, dompet, charger, gadget dan perlengkapan pribadinya. Dengan cucuran air mata, Tantri kembali berlari keluar melewati papa dan teman perempuannya di ruang tamu. Tantri terus berlari menuju ke jalan yang ada di depan rumahnya..
"Non... Non Tantri mau pergi kemana malam-malam begini Non.. Ini sudah malam Non... yang sabar.." Bibi Surti tampak berusaha menahan kepergian Tantri.
Namun Tantri sudah tidak mau mendengar suara siapapun. Dan untungnya, di depan gadis itu lewat taksi Blue Bird dalam keadaan kosong. Tantri langsung naik ke dalam mobil tersebiut, dan meminta sopir untuk membawanya pergi.
"Diantarkan kemana Non.." dalam perjalanan, sopir bertanya pada Tantri.
"Antarkan ke Sudirman saja pak..., turunkan saya di depan Starbuck.." berpikir jika Jalan Sudirman, merupakan jalanan yang tidak pernah mati, tiba-tiba muncul ide untuk nongkrong semalaman di jalan itu.
"Baik Non..."
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments