Puink Skatepark
Riuh tepuk tangan dan jerit kekaguman di park, tempat latihan skateboard anak-anak muda. Terlihat satu anak muda bernama Zorra, tengah melihat seorang anak muda lainnya sedang berlatih. Tatapan mata anak muda itu tampak jeli, dan meskipun para anggota lainnya tampak kagum atas permainan salah satu anak muda, namun tidak bagi Zorra. Begitu anak muda yang tengah bermain skateboard itu selesai, Zorra segera berjalan mendekat, menghampiri anak muda itu.
"Prok.. prok.. prok... good job Eric.. Tapi kamu masih sketchy. Ketika dirimu nge-Grind, hampir jatuh pas di atas rail atau ledge, tapi pendaratan yang kamu lakukan sempurna. Kamu harus make trik, sehingga bisa On lock lain waktu. Syukur-syukur bisa mencapai Landing Bolts." meskipun permainan anak muda bernama Eric, masih jauh dari kata okay, namun tampak Zorra tidak mau melemahkan semangat anak muda itu.
Meskipun ada evaluasi dari permainan terakhir yang Eric lakukan, namun Zorra masih memberikan pujian, dan juga semangat serta advice agar Eric terus berlatih. Pembawaan seperti itu, yang membuat nama Zorra di antara para komunitas skateboarder menjadi famous. Memiliki penampilan dan wajah good looking, serta tutur bahasa yang bagus, dan tidak merendahkan lawan bicara, menjadi keunggulan anak muda itu.
"Bener tuh Er... sama dengan gue, Ketika tadi gue Kickflip, ternyata juga masih sketchy. Kita memang harus lebih banyak berlatih..." teman Eric ikut berkomentar, kedua anak muda itu terus berbincang, dan saling memberikan masukan untuk kesempurnaan permainan mereka. Tiba-tiba...
"Prakk... swing..." tiba-tiba tanpa Eric dan temannya sadari, terlihat Zorra sudah berada di atas papan luncurnya, dan laki-laki itu dengan mudah melakukan Kickflip. Bahkan tanpa ancang-ancang, dengan mudah Zorra mengangkat dan membawa terbang skate di atas kedua kakinya ke atas rel besi yang ada di atas.
"Wowww.... betul-betul landing bolts.., excellent..." tepuk tangan meriah membahana di dalam skatepark, ketika dengan mulus dan excellent, Zorra meluncur dan membawa papan luncurnya kembali ke tempat semula.
Anak muda itu seakan bermain mengikuti flow, dan passion. Terlihat tidak ada tekanan, ketika Zorra bermain dan meluncur di atas arena berlatih skateboard. Tampak tatap kekaguman dari para anak muda yang berada di tempat itu, mereka bertepuk tangan, memberi apresiasi pada Zorra. Tanpa ada raut wajah sombong, Zorra kembali meluncur dan menuju ke tempatnya berada pertama kali.
"Kita udahan dulu yukk... aku masih harus menyelesaikan banyak tugasku di apartemen. Atau kalian lanjut sendiri ya latihan kalian, besok sore kita bisa menyambungnya lagi." setelah melihat jam tangan di pergelangan tangan, Zorra akhirnya berpamitan.
"Okay Zorra... take care." kedua anak muda itu menepukkan telapak tangan mereka ke tangan Zorra.
Setelah berpamitan, Zorra kembali menjatuhkan skateboard di atas lantai, dan tidak lama kemudian, laki-laki itu langsung meluncur keluar skatepark. Menjadi seorang skateboarder, Zorra jarang menggunakan alat transportasi untuk kemana-mana, terutama untuk jarak perjalanan di bawah dua kilometer. Anak muda itu sudah terlatih menggunakan skateboard, dan tanpa ragu serta malu, melintas di jalanan yang dilaluinya.
Sambil berseluncur di sepanjang jalan, Zorra menatap ke atas. Matahari sudah hampir tenggelam, namun suasana masih terlihat terang, karena beberapa lampu jalanan sudah mulai dinyalakan. Dalam kesendirian, Zorra tidak ragu meluncur menggunakan skateboardnya, sendiri membelah keramaian jalanan ibu kota.
*************
Seperti yang telah direncanakan, Tantri dan Harry, serta enam motor yang berkendara bersamanya melakukan konvoi Jakarta Bandung. Tidak tahu, bagaimana caranya Harry meminta ijin dan negoisasi, dengan arogannya rombongan yang membawa mereka melintasi jalanan tol, dengan menggunakan motor Ducati. Tatapan sinis dari pengendara mobil yang ditujukan pada mereka, diabaikan oleh anak-anak club motor tersebut.
"Harry.. kita akan keluar melalui pintu tol mana.." dari belakang, Antok dan Devan berteriak pada Harry. Posisi saat ini mereka masih keluar dari gerbang tol Cikampek.
"Kita exit tol melalui Gerbang Tol Pasteur saja. Dari pintu tol, kita akan melewati markas anak-anak motor Jokxin.., kita akan buat perhitungan pada mereka. Berkali-kali kita sudah ingatkan pada mereka, untuk tidak memancing keributan di jalanan, namun anak-anak geng motor itu malah mengganggu para pedagang yang nota bene UMKM di kawasan Cihampelas. Kita harus beri peringatan pada mereka.." Harry mengurangi kecepatan motor mereka, dan memberikan tanggapan atas pertanyaan Antok.
Tantri yang belum mengetahui dengan jelas, bagaimana dan apa aktivitas club motor yang diikutinya itu, hanya diam, dan mempelajarinya. Dari apa yang dilihatnya sehari-hari, Tantri masih bisa memaklumi aktivitas mereka, dan tidak memprotes apa yang teman-temannya lakukan.
"Okay... kita percepat laju kendaraan saja Harr... Di belakang, anak-anak mau ngopi dulu. Kita tinggal tentukan mau ngopi di rest area, atau menunggu keluar pintu tol Pasteur terlebih dahulu." Antok langsung menanggapi.
"Sampaikan pada anggota lainnya, kita berhenti di di rest area yang paling dekat dengan kota Bandung, tepatnya KM 72 A di jalur Tol Cipularang. Ingat, jangan mencoba untuk menjauh dan melarikan diri dari rombongan. Kita tidak tahu bagaimana kekuatan kelompok geng motor yang akan kita datangi. Sebelum kita lakukan kekerasan, kita akan coba untuk berbicara baik-baik dengan mereka." Harry memberi peringatan.
"Yess... noted.." Antok segera mengurangi kecepatan motor yang dikendarainya. Melalui microphone di bawah helm, itu Antok menyampaikan pesan Harry pada anggota lainnya.
Tidak lama kemudian, tujuh motor itu berjalan beriringan, dan ketika pintu masuk ke rest area sudah terlihat di depan mereka, satu persatu motor itu memasuki rest area tersebut. Tidak banyaknya orang yang mampu memiliki Ducati, menimbulkan perhatian dari orang-orang di rest area, ketika Harry dan rombongan masuk ke dalam. Tatapan kekaguman, juga tatapan sinis dari orang-orang tampak memindai mereka. Namun Harry dan teman-teman tampak mengabaikan pandangan itu. Dengan acuh, ke delapan anak muda itu memarkir motor, kemudian masuk ke dalam restaurant.
"Kamu mau pesan makanan apa Tantr... biar sekalian aku pesankan.." Antok tampak bertanya pada Tantri.
"Kebetulan aku masih kenyang Antok... jika ada sandwich saja, dan black coffee.." untuk menghindari rasa kantuk menyergap, Tantri memesan satu cangkir kopi.
"Aku Pop Mie saja Antok... dan minuman sama dengan yang dipesan Tantri." Harry ikut menyahut.
"Okay Boss.." Antok segera mengantarkan menu yang anak-anak motor itu pesan.
Melihat Antok mengeluarkan dompet dari saku celananya, Tantri berdiri. Namun Harry dengan cepat memegang tangan gadis itu, dan memintanya untuk duduk kembali.
"Mau kemana kamu Tantri... abaikan yang dilakukan Antok. Pengeluaran sehari-hari kita tidak keluar dari kantong anak itu sendiri, meskipun dia yang membayarnya. Kita punya uang cash, untuk menghidupi kebutuhan kita sehari-hari.." belum sampai gadis itu bertanya, dengan segera Harry menjelaskan.
"Hemmpphh... okaylah.." akhirnya Tantri kembali duduk.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments