Di rumah..
Tantri menikmati makan malam sendiri di rumah, karena mama dan papanya belum pulang ke rumah. Bi Surti tampak menemani gadis itu, dan sengaja menyajikan menu masakan yang disukai Tantri. Nasi timbel, ikan asin jambal, ayam kampung goreng, sayur asam tampak sedang dinikmati Tantri dalam kesendirian.
"Non Tantri... ini teh manis panasnya Non.. Makan yang banyak Non, pasti lapar kan karena sejak pulang sekolah, belum terisi apapun.." terlihat Bi Surti mengantarkan teh manis panas dalam segelas mug, dan meletakkannya di sebelah kanan piring berisi makanan yang sedang dinikmati Tantri.
"Terima kasih Bi untuk teh panasnya, tapi untuk makan malamnya sudah cukup. Tantri sudah kenyang Bi.." gadis itu langsung menyeruput teh manis tersebut.
Beberapa saat kemudian, gadis itu kembali meletakkan mug di atas meja. Tantri kembali melanjutkan makan malamnya. Beberapa saat menyelesaikan makan malamnya, tiba-tiba terdengar langkah kaki berjalan pelan di belakangnya. Secara reflek Tantri menoleh, dan gadis itu terkejut melihat mamanya muncul dan berjalan ke arahnya. Namun, karena sudah terbiasa kecewa dengan keadaan, Tantri bersikap apatis, dan diam.
"Tantri sayang... mama kangen padamu sayang..." perempuan paruh baya itu memeluk tubuh Tantri dari belakang.
Tantri tidak merespon dengan kata-kata, hanya mengangkat wajah dan menengok ke arah wajah mamanya sambil tersenyum kaku. Terlihat Nyonya Monica menciumi wajah putrinya, sampai Tantri menghentikan makan malamnya. Gadis itu meletakkan sendok di tangan kanannya, dan membiarkan mamanya terus mencium dan memeluk tubuhnya. Sampai akhirnya...
"Tantri.., dengarkan mama sayang.." Nyonya Monica melepaskan pelukan, kemudian duduk di samping gadis itu.
"Malam ini mama akan pergi lagi dari rumah ini sayang. Tapi mama belum bisa membawamu, tunggu beberapa saat lagi. Setelah mama bisa survive, mama akan memperjuangkan untuk membawamu Tantri putriku..." perempuan paruh baya itu melanjutkan kata-katanya, dan air mata tampak menetes dari sudut matanya.
Gadis itu terdiam tidak bisa bereaksi, pikirannya campur aduk. Antara ingin menahan agar mamanya tidak pergi dari rumah, tetapi begitu teringat papanya yang pernah datang membawa perempuan muda, membuat Tantri kembali terdiam. Nyonya Monica tidak berhenti, terus memeluk dan air mata sampai ikut membasahi wajah gadis itu. Dari sudut ruang makan, Bi Surti tidak bereaksi. Perempuan itu ikut tertunduk, seperti merasakan apa yang saat ini berkecamuk dalam pikiran putri majikannnya.
"Selamat tinggal sayang..., apapun keadaannya mama tidak akan pernah meninggalkanmu sayang. Selalu kirim kabar tentang keadaanmu pada mama sayang..." nyonya Monica kembali mencium kening Tantri, kemudian membalikkan badan dan meninggalkan Tantri yang masih diam terpaku di kursi meja makan.
Tidak ada setetespun air mata yang keluar dari sudut mata Tantri, hatinya seperti sudah membeku dan mati rasa. Begitu nyonya Monica keluar dari dalam rumah mereka, Bi Surti segera mendatangi Tantri. Perempuan paruh baya itu mengusap punggung putri majikannya beberapa kali ke bawah.
"Sabar Non Tantri... nyonya Monica pasti akan kembali ke rumah Non.. Jangan terlalu sedih dengan kepergian Nyonya Non.." seperti ikut merasakan kepedihan hati gadis itu, Bi Surti menghibur Tantri.
Setelah terdiam beberapa saat, tanpa bisa dibendung akhirnya mata gadis itu mengeluarkan air mata. Bahkan suara isak tangisnya terdengar, dan perempuan paruh baya yang sudah sejak gadis itu kecil ikut mengasuhnya, tampak trenyuh membantu mengisap air mata tersebut. Tiba-tiba Tantri berdiri...
"Bi Surti... aku baik-baik saja. Biarkan aku sendiri Bi, Tantri ingin menghirup angin malam untuk menghilangkan suntuk..."
Tantri tiba-tiba berjalan keluar dari dalam meja makan. Tanpa bicara lagi, Tantri segera masuk ke dalam kamar, kemudian mengambil jaket dan tas selempang, serta kunci motor Ducati nya.
*******
Tanpa tujuan, Tantri terus memutar gas motor Ducati menyusuri malam. Air mata berderai membasahi pipinya, namun gadis itu tidak mempedulikannya, dan terus mengendarai motor menerobos kegelapan malam. Tiba-tiba sorot mata Tantri melihat tulisan Puink Skatepark, dan gadis itu teringat dengan Zorra. Tanpa berpikir panjang, Tantri segera mengarahkan setang motornya menuju halaman parkir, dan menghentikan motornya di halaman parkir tempat latihan skate board itu.
"Lebih baik aku melihat orang berseluncur, dan mendengar musik keras untuk melupakan masalahku malam ini. Dari pada aku berkeliling tidak jelas, dan akhirnya menuju ke base camp," Tantri berbicara sendiri.
Gadis itu segera melepas helm di kepalanya, dan mengambil tissue untuk menghapus air mata yang masih saja terus mengalir keluar, Karena air mata belum juga berhenti, Tantri menengadahkan wajahnya ke atas beberapa saat, dan tidak lama kemudian air mata akhirnya berhenti keluar. Tantri kemudian kembali mengusap mata dengan tissue, dan kemudian turun dari atas motor.
"Wow... sangat ramai sekali sepertinya suasana di dalam. Degum suara musik sampai terdengar hingar bingar, sangat cocok dengan suasana hatiku yang sedang membutuhkan pelampiasan.." Tantri berbicara pada dirinya sendiri.
Beberapa saat kemudian, gadis itu melangkahkan kaki menuju ke arah pintu masuk. Banyak tatapan mata, ketika melihat gadis itu masuk ke dalam, namun Tantri mengabaikannya.
"Suingg.... sreett... brakk... Prok.., prok.., prokk.." terdengar suara skate board meluncur di papan yang ada di tengah tempat luncuran.
Di sisi lain, Tantri melihat ada laki-laki yang tengah melakukan gerakan Front Side, yaitu sedang melakukan trik menghadap ke depan, atau sesuai dengan arah kaki dan bahu. Di papan lainnya, Tantri juga melihat ada anak muda yang sedang dalam posisi Back Side. Tanpa sadar Tantri tersenyum kagum, dan sesaat kesedihan menghilang dari hati gadis itu.
"Mmmppphh... aku jadi ingin mencoba bermain skate board nih. Tapi kira-kira aku mampu ga ya.." melihat tidak hanya laki-laki saja yang bermain papan luncur itu, muncul keinginan dalam hati gadis itu.
Tantri sampai duduk di kursi kosong yang ada di pinggir area permainan tersebut. Ternyata banyak pemain yang sedang berlatih, dan juga banyak yang sudah profesional. Gadis itu terus menatap dengan pandangan kagum, dan sampai tanpa sadar ketika seorang anak muda sudah berdiri di samping kursi yang didudukinya. Anak muda itu tersenyum melihat Tantri yang penuh kagum menatap ke depan, sampai tidak menyadari ketika dia berdiri di sampingnya.
"Uhukk... uhuk..." tiba-tiba anak muda itu pura-pura terbatuk.
Gadis itu langsung menoleh ke samping, dan senyuman muncul di bibir Tantri ketika melihat siapa laki-laki yang berada di sisinya.
"Zorra*... is that you boy..*." gadis itu tidak menyangka jika akan bisa bertemu dengan Zorra. Tadi niatnya datang ke Puink Skate board\, hanya untuk menghilangkan suntuk. Namun malah bisa bertemu dengan anak muda itu\, dan Zorra tersenyum pula ketika mereka beradu pandang.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments