Tantri membuka matanya perlahan, dan gadis itu terkejut menyadari posisi keberadaannya saat ini. Namun setelah beranjak duduk, dan mengingat apa yang terjadi pada dirinya tadi malam, akhirnya Tantri baru menyadari ada dimana dirinya. Perlahan gadis itu beranjak turun dari atas ranjang, dan ketika akan keluar dari dalam kamar, tiba-tiba pintu terbuka dari luar. Terlihat Susan tersenyum melihatnya sudah terbangun.
"Bagaimana istirahatmu kak Tantri... aku tidak enak mau membangunkanmu tadi malam? Kamu terlihat capai, sehingga aku sengaja membiarkanmu. Cuci atau mandilah terlebih dahulu, kemudian kamu bisa bergabung dengan teman-teman di luar. Mereka ssedang menikmati kopi dan sarapan pagi.." dengan ramah, Susan memberi sapaan pada Tantri.
"Terima kasih Susan, kamu sudah terlalu ramah menyambutku. Apakah Harry masih berada di tempat ini, aku ingin bertemu dengannya beberapa saat..?" mengingat jika Harry yang membawanya kesini, Tantri tanpa ragu menanyakannya.
"Kak Harry ada di luar kak Tantri... " tanpa Tantri suruh, Susan melipat selimut yang tadi digunakan oleh Tantri.
Sedangkan Tantri segera bergegas turun dari atas ranjang, kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Karena tidak membawa perlengkapan mandi, Tantri hanya membersihkan muka dan menyikat giginya. Tidak lama kemudian, gadis itu keluar, dan tampak beberapa anak muda melihat ke arah Tantri sambil tersenyum.
"Selamat pagi Tantri... bagaimana istirahatmu. Kenalkan pada teman-temanku yang lain, dan anggap saja base camp ini seperti rumahmu sendiri." Harry berdiri menyambut kedatangan Tantri.
"Hey .. selamat pagi, maaf ya, aku mengganggu ketenangan kalian.." dengan ramah, Tantri menyapa enam orang yang duduk di atas box itu.
"Hey juga.. tidak kok, kami malah senang bisa mendapatkan anggota baru untuk kelompok kita. Anggap saja tempat sendiri Tantri.." salah satu laki-laki yang bernama Antok menjawab salam Tantri.
Tiba-tiba Harry mendekat kemudian laki-laki itu memegang satu sisi bahu gadis itu. Laki-laki itu memberi isyarat untuk mengajaknya bicara, dan tanpa menjawab Tantri mengiyakan. Gadis itu mengikuti langkah kaki Harry, dan mereka berjalan keluar. Di kursi kayu panjang, Harry mengajak Tantri duduk. Mereka terdiam beberapa saat, kemudian..
"Tantri.. mungkin yang aku akan tanyakan akan menyangkut ranah privacymu, Jika kamu berkenan, kamu jawablah, namun jika tidak, abaikan saja pertanyaanku. Anggap saja tidak ada pertanyaan.." tiba-tiba Harry memulai pembicaraan,
Tampak Tantri mengambil nafas panjang sebentar, dan...
"Tanyakan Harry... karena aku mungkin butuh orang untuk aku ajak bicara. Kepalaku mau pecah, tidak ada teman untuk mendengarkan keluh kesahku, dan juga berbagi." Tantri akhirnya memberikan tanggapan.
"Okay, aku to the point saja Tantr. Ada apa denganmu, tidak mungkin bukan jika kedua orang tuamu akan mengijinkanmu keluar malam-malam sendiri. Apalagi kamu tidak siap, dan juga tidak menyiapkan diri untuk berada di lingkungan malam seperti itu.." ternyata laki-laki itu bertanya tentang kejadian semalam.
Gadis itu terhenyak, dan bingung bagaimana akan menyampaikan apa yang mendasari, sampai dirinya berada di jalanan seperti semalam. Sesaat setelah berpikir, akhirnya...
"Sorry Harr... aku baru kalut dan galau semalam. Ternyata berada di luar rumah, menjadikan pikiranku tenang, dan aku merasa tidak sendiri. Namun aku lupa mempersiapkan diri, untuk berjaga-jaga dalam kondisi apapun." perlahan Tantri menceritakan apa yang terjadi.
Tanpa ragu, gadis itu menceritakan apa yang mendasarinya untuk keluar rumah. Bahkan tanpa ragu, Tantri juga menceritakan perihal keretakan dalam hubungan keluarganya pada laki-laki itu. Harry terdiam, dan tidak menyela sampai gadis itu berhenti berbicara.
"Hemppphh... sorry Tantr.. aku no comment dengan masalahmu. Karena akupun juga mengalami hal yang sama, dan base camp ini terbuka untuk kamu datang, serta bergabung dalam komunitas kami.." ternyata Harry tidak banyak berkomentar atas apa yang disampaikan gadis itu. Tetapi dengan tangan terbuka, Harry menyambut kedatangan Tantri, untuk bergabung dengan komunitas motor mereka.
***********
Beberapa hari sesudahnya....
Setelah bergabung dengan komunitas anak-anak motor, Tantri bisa melupakan kejadian buruk dalam keluarganya. Gadis itu menjadi tidak peduli dengan apa yang terjadi, dan dengan tabungan yang dimiliki, Tantri memberi motor Ducati sendiri, dan digunakannya untuk berkonvoi bersama dengan anak-anak geng motor. Semua anggota geng motor itu sebagian besar teman-teman di sekolahnya. Namun selama ini, karena terlalu sibuk dengan urusan sendiri, Tantri tidak pernah mempedulikan mereka.
"Tantri... kita akan touring ke Bandung, untuk mendatangi teman lama. Kamu join bukan...?" tiba-tiba Antok bertanya pada gadis itu. Padahal baru saja Tantri mendudukkan pantatnya di kursi bekas box penyimpanan peralatan listrik itu.
"Sepertinya menarik tuh, aku join dong. Lagian aku sudah lumayan mahir untuk membawa motor sendiri, aku pasti akan mengikuti di belakang kalian.." sahut Tantri dengan confident.
"Okay Tantr... noted.." sahut Antok tersenyum senang.
"Kamu boleh ikut Tantr.. tetapi tidak boleh membawa motor sendiri. Kamu harus ikut tetapi berboncengan denganku, perjalanan kita jauh, dan kamu belum terbiasa.." tiba-tiba tanpa Antok dan Tantri sadari, terdengar suara Harry ikut menyahut pembicaraan mereka.
Tantri menoleh ke belakang, dan tampak Harry berjalan ke arahnya. Di tangan laki-laki itu tampak memegang satu gelas besar berisi es teh. Tanpa ragu, gadis itu mengambil gelas di tangan Harry dan langung menyeruputnya langsung. Beberapa saat kemudian..
"Aku ikut bagaimana baiknya saja Harr.., yang penting aku bisa bergabung dengan kalian. Karena beberapa hari di base camp ini, kalian belum pernah membawaku ikut konvoi secara langsung." setelah kembali menyerahkan gelas pada Harry, tidak ada pilihan lain bagi gadis itu untuk mengiyakan.
"Good job.., kita toss dulu Tantr.." Antok mengangkat tangan ke atas, dan menepukkan telapak tangannya ke telapak tangan gadis itu.
"Toss..." tidak mau kalah, Harry ikut mengangkat tangan ke atas, kemudian ketiga anak muda itu menepukkan tangan ke atas.
Dari dalam ruangan, Susan tersenyum. Gadis itu ikut merasa senang, karena mendapatkan teman perempuan di base camp itu. Selama ini, Susan selalu menjadi perempuan satu-satunya, dan dengan kedatangan Tantri yang bahkan sering menginap di base camp, gadis itu menjadi memiliki teman. Susan adalah anak jalanan yang sudah yatim piatu, dan ketika dalam perjalanannya diganggu oleh anak-anak punk, geng motor yang dipimpin Harry memberinya pertolongan. Anak-anak motor itu membawa Susan ke base camp, dan menampung perempuan itu.
"Susan..., kemarilah, bergabunglah dengan kami Susan..!" melihat kedatangan Susan, Tantri memanggil gadis itu.
"Baik kak..." tanpa disuruh lagi, Susan segera mendekat pada ke tiga anak muda itu.
"Toss... Kami club motor bukan gank motor. We are bikers Indonesia. Saat raungan mesin berbunyi. Itulah tanda kehidupanmu dimulai." ke empat anak muda itu mengucapkan kata-kata yang menunjukkan jati diri, dan eksistensi mereka dengan kompak.
Setelah melakukan hal itu, dalam hati Tantri merasa senang dan bahagia. Kerja sama, solidaritas, setia kawan selalu menjadi motto dan jiwa yang menjiwai semangat anak-anak muda itu.
**************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
abdan syakura
Kak Sapta...
Apa bedanya Club' motor dgn Genk Motor??
2023-06-17
1