Sopir taksi beberapa kali menengok ke arah Tantri yang terus menangis di kursi belakang melalui kaca depan. Namun sopir tersebut membiarkan, dan tidak mengganggu fokus gadis itu. Beberapa saat perjalanan, akhirnya sopir menghentikan mobil tepat di depan Starbucks.
"Non.. tujuan sudah sampai Non.. Di depan adalah outlet Starbuck.." dengan sopan, sopir memberi tahu Tantri.
"Baik pak.. terima kasih." gadis itu segera menghapus air mata dengan menggunakan tissue, kemudian melakukan scan barcode untuk pembayaran ongkos taksinya.
Tidak lama kemudian, akhirnya Tantri membuka pintu dan keluar dari dalam taksi. Gadis itu mengamati jalanan sekitar, tempatnya berdiri saat ini. Seperti dugaannya, ternyata banyak sekali anak-anak muda berkumpul, hanya sekedar nongkrong ataupun cuci mata. Mengingat jika perutnya masih kosong, gadis itu berjalan masuk ke dalam Starbucks untuk mengisi perut terlebih dahulu.
"Caramel Macchiato dan burn cheese, masing-masing satu.. Take away.." di depan cashier, Tantri memesan minuman dan makanan untuk mengisi perutnya.
"Baik kak... Rp. 146.800,.." dengan sopan, cashier memberikan tanggapan.
Tantri langsung melakukan scanning barcode QRIS untuk transaksi pembayaran, dan gadis itu duduk sambil menunggu minuman pesanannya. Dari tempatnya duduk, terlihat anak-anak muda di luar Starbucks semakin ramai. Beberapa ada yang berjalan lenggak lenggok seperti berjalan di catwalk, dan beberapa lainnya menyoraki sambil bertepuk tangan. Melihat pemandangan itu, tanpa sadar Tantri tersenyum, dan sejenak melupakan kegundahan hatinya.
"Pesanan atas nama kak Tantri.." tiba-tiba nama gadis itu dipanggil.
Tantri segera bergegas, dan mengambil pesanan di meja saji, kemudian bergegas keluar dari dalam cafe. Melihat ada tempat kosong tepat di pinggir jalan, Tantri segera menuju ke tempat tersebut, kemudian langsung duduk di atas trotoar. Gadis itu duduk berselonjor ke depan, sambil menikmati minuman melihat ke arah keramaian. Tanpa gadis itu sadari, ternyata kedatangannya di tempat itu menarik perhatian beberapa anak punk yang duduk di tempat yang tidak jauh darinya. Beberapa orang itu tampak berbisik, sambil terus memperhatikan Tantri. Namun gadis itu sama sekali tidak menyadarinya.
"Hempphh... ternyata malam ini, aku betul-betul bisa fresh, sedikit melupakan kegalauanku. Sepertinya lebih enak dan lebih tenang hidup di jalanan seperti ini, daripada berada di dalam rumah, yang jauh dari kata damai.." melihat banyaknya kaum muda yang saling beratraksi dengan free style mereka, tidak tahu sebabnya, Tantri merasa terhibur.
"Dan tampaknya jalanan ini semakin malam semakin ramai, aku bisa mencoba menghabiskan malam ini di jalanan ini saja, tidak perlu aku booking room di hotel. Banyak temannya.." melihat semakin banyak gerombolan anak muda, laki-laki dan perempuan yang datang, dan bergerombol di depannya, Tantri merasa senang.
Gadis itu merasa senasib dengan orang-orang itu, dan tidak lagi merasa kesepian. Tatapan Tantri terus menembus ke depan, melihat lalu lalang kendaraan yang lewat di depannya. Tanpa sadar, minuman dan makanan yang dibelinya dari Starbucks sudah habis. Dan ironisnya, Tantri seperti terlupakan. Karena terlalu asyik memperhatikan kendaraan yang lewat, jarum jam sudah memasuki pukul 24.15 wib, dan beberapa orang sudah mulai menyingkir dari tempat tersebut. Namun.. sedikitpun Tantri tidak sadar. tiba-tiba...
"Hey gadis... sepertinya kamu salah deh malam ini.. Ini bukan tempatmu untuk berada disini, karena ada charge untuk orang baru.." seorang perempuan dengan tatto penuh di wajah, dan ada pircing di hidungnya, berkata dengan sinis pada Tantri.
Tantri terkejut, dan mengedarkan pandangan ke sekliling. Belum hilang keterkejutan gadis itu, lima anak punk tiba-tiba sudah mengelilinginya dengan tatapan menghina.
"Siapa kalian.., aku tidak mengganggu kebebasan kalian, kenapa kalian malah menggangguku. Dan setahuku jalanan ini bebas, siapapun bisa berada di tempat ini untuk tujuan masing-masing. Kenapa kalian malah berniat memerasku.." dengan berani, Tantri memberikan tanggapan.
"Weitss... tajam juga ternyata mulutmu. Kita langsung aksi saja, jika tidak mau memberikan charge pada kita, tampaknya back pack di punggung gadis itu, bisa sebagai gantinya.." terdengar salah satu dari mereka berceletuk.
"Ha.. ha.. ha.., ide brilliant. Hey gadis... kamu dengar bukan perkataan temanku. Aku jadi berubah pikiran, kamu tinggalkan back pack di punggungmu, maka kamu bebas untuk menginap di tempat ini.." dengan tidak tahu malu, perempuan bertatto dan pircing itu malah semakin berani memeras Tantri.
Tantri memicingkan matanya, dan melihat di sekitarnya sudah mulai sepi, gadis itu menjadi agak ragu dan gelisah. Keasyikan melihat lalu lintas kendaraan, sampai melupakannya jika malam semakin larut, dan beberapa orang sudah mulai meninggalkan tempat tersebut.
"Sialan.. apa yang harus aku lakukan. Bisa jadi, ketika aku memberi mereka beberapa lembar uang, mereka malah akan merampas tas punggungku. Bagaimana aku mencari cara untuk menghindar dari mereka, dan beberapa orang yang melihat situasi ini, malah mengalihkan perhatian, pura-pura tidak tahu.." Tantri semakin galau, karena berpikir untuk menyelamatkan dirinya.
Melihat tatapan sadis anak-anak punk itu, Tantri berdiri dan mencoba untuk mengamankan tas punggungnya. Gadis itu berusaha untuk mencari celah, bagaimana bisa melarikan diri untuk mendatangi petugas security yang ada di Starbucks. Untungnya, cafe itu buka 24 jam, jadi masih ada petugas yang menunggunya.
"Apakah kamu pikir, mudah untuk meninggalkan tempat ini, tanpa memberikan apa yang kami minta. Lihatlah... apa ada yang berani memberimu pertolongan gadis..." tatapan liar dari salah satu anak punk, tampak memindai apa yang dikenakan oleh Tantri.
"Aku bisa saja berteriak, meminta bantuan orang-orang, dan mereka akan ramai-ramai untuk mengeroyokmu.." Tantri mencoba untuk mengancam mereka balik.
"Ha.. ha.. ha.., lakukanlah ja**lang.. Apakah kamu berpikir mereka memiliki kepedulian terhadapmu...?" lima anak punk itu malah tertawa terbahak-bahak.
Tantri semakin gelisah, dalam hati dirinya menyalahkan diri sendiri, karena terlalu larut dalam kesedihan, dan lupa melindungi dirinya sendiri. Lima orang itu semakin mendekat ke arahnya, dan tangan salah satu dari anak punk itu terulur, untuk menarik tas yang ada di punggung Tantri. Tapi.. tiba-tiba..,
"Broom... broom... tet.. tet..." suara klakson dan suara mesin beberapa motor tiba-tiba menuju ke tempat Tantri berdiri. Anak-anak motor itu menghalau anak-anak punk, dan mengacaukan gerombolan anak-anak punk tersebut. Dengan mesin motor yang menyala, anak-anak motor itu mengarahkan ban dan setang motor ke anak-anak punk, dan membuat mereka kacau berlarian.
Lampu motor yang menyala tampak menyilaukan mata, dan Tantri sampai mengangkat tangan untuk menutup sinar lampu yang mengenai matanya. Tapi tidak lama, ada sepeda motor yang mendekat kepadanya, dan tiba-tiba berhenti di depan gadis itu.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments