Dari belakang kepala sekolah, terlihat Bu Rastrie mengikuti laki-laki itu. Seperti biasanya, perempuan itu selalu mengenakan pakaian yang sedikit terbuka. Paha mulus perempuan dewasa itu terpampang jelas, dan sering menjadi target gosip di antara siswa laki-laki di sekolah tersebut. Tampak Kepala Sekolah menoleh ke belakang, kemudian...
"Untuk apa kamu mengikutiku Rastrie... apa kamu akan membuka rahasia di antara kita. Kembali ke ruang kerjamu, aku yang akan menyelidiki tempat ini sendiri.. Jangan lupa, rapikan kembali pakaianmu..." belum saja perempuan itu sampai ke tempat kepala Sekolah, laki-laki itu sudah memberinya peringatan.
"Baik pak Setyo... saya akan kembali ke ruangan.." perempuan itu menarik roknya ke bawah, kemudian bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
Di tempat persembunyiannya, wajah Tantri sudah pucat pasi. Gadis itu sudah tidak bisa berpikir jernih, karena Kepala Sekolah pasti akan menemukan tempatnya bersembunyi. Muncul rasa jengkel pada Antok yang tampak terlihat santai, dan malah senyum-senyum sendiri melihat kegugupan Tantri. Satu langkah kaki kepala sekolah sudah akan masuk ke tempat dua anak muda itu bersembunyi, Namun...
"Klang... bruakk... meoooowwww...." tiba-tiba tepat di depan Kepala Sekolah, terjatuh seekor kucing ke bawah, dan menimpa kaki kepala sekolah tersebut. Kucing itu segera berlari kencang meninggalkan laki-laki paruh baya tersebut.
"Sialan... ternyata kamu kucing. Aku pikir ada siswa atau guru yang sengaja mengintipku. Hehh... buat panik saja.."
laki-laki paruh baya itu akhirnya menghentikan langkahnya.
Beberapa saat setelah mengambil nafas panjang, akhirnya laki-laki itu berjalan pergi meninggalkan tempat tersebut. Tantri bernafas lega, dan sampai tidak sadar ketika Antok menariknya keluar dari tempat persembunyian tersebut.
"Bersihkan punggungmu Tantri.., sangat kotor. Ada sawang yang mengotorinya,,," Tantri membalikkan badan ke belakang, dan menggunakan tangannya Antok membersihkan punggung gadis itu. Beberapa saat kemudian..
"Antok.. kita kembali ke kelas saja. Besok lagi, jika hanya untuk menangkap basah pak kepala sekolah, yang mungkin saja sedang ada affair dengan sesama guru, jangan sekali-sekali mengajakku. Sudah mengotori penglihatan, masih sport jantung melihat mereka.." sambil berjalan kaki untuk kembali ke kelas, Tantri memprotes tindakan Antok.
"Ha.. ha.. ha.., kamu harus lebih sering ikut denganku Tantri. Tadi aku tidak berencana mengajakmu ke sana, tetapi aku tidak melihat ada teman yang lain yang sudah datang. Baru kamu saja, ya sudahlah.., lebih baik aku membuka matamu tentang tabir kejadian aneh di sekolah ini..." sambil tertawa, Antok mengikuti Tantri dengan berjalan di belakangnya.
Baru saja mereka berjalan beberapa langkah, tiba-tiba Tantri kaget ketika melihat laki-laki muda yang tadi menggunakan skateboard tampak berjalan ke arahnya. Di tangan laki-laki itu tampak membawa sapu dan tempat sampah, dan mata laki-laki muda itu menatap tajam ke arahnya.
"Hehh... pagi pagi, sudah mojok di tempat yang sepi. Wasting time..." tiba-tiba saja laki-laki muda bernama Zorra itu bergumam, tepat ketika Tantri sampai di sebelahnya.
Tantri menghentikan langkah kakinya, dan menatap ke wajah Zorra yang tampak tersenyum sinis melihatnya. Dari belakang, Antok bergegas ke depan. Tanpa bertanya ataupun melakukan konfirmasi, tiba-tiba tangan Antok mencekal leher laki-laki muda itu.
"Apa katamu anak muda..., sekali lagi aku mendengar, kamu mengintimidasi, atau berpikir buruk tentang Tantri, aku akan mematahkan lehermu sekarang juga..." dengan kata-kata ancaman, Antok tampak menekan anak muda itu.
"Lepaskan tangan kotormu dari leherku, atau aku akan memberikan serangan balik kepadamu..." bukannya merasa takut, namun Zorra malah balik memberikan ancaman,
Antok terkesiap, dan dia cukup tahu bagaimana keahlian bela diri yang dimiliki laki-laki muda di depannya itu. Selain beberapa kali menjuarai olah raga skate board, Zorra juga dikenal sebagai pemegang Dan hitam taekwondo.
"Okaylah... karena aku tidak mau mencari masalah denganmu pagi ini, aku akan melepaskan dan membiarkanmu bebas. Ayuk Tantri... abaikan saja dia, kita kembali ke kelas...!" setelah mengukur jika kemampuannya tidak akan mampu melawan Zorra, Antok menggandeng tangan Tantri dan membawanya pergi meninggalkan anak muda itu.
Dari belakang, Zorra hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat dua anak muda itu. Laki-laki itu kemudian ikut pergi meninggalkan tempat tersebut.
***********
Tantri bergegas masuk ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi. Tanpa banyak bicara, Tantri segera mengambil tempat duduk di samping Selvie, dan karena sudah hafal dengan kebiasaan Tantri yang lebih sering tidur di kelas, gadis itu meminta agar Tantri duduk di dekat dinding kelas. Tidak lama kemudian, terlihat Bu Rastrie duduk di belakang meja. Melihat kebersamaan perempuan di depan, yang tadi tampak mencurigakan dengan Kepala Sekolah, Tantri merasa kehilangan respect pada perempuan itu.
"Siapkan tugas yang ibu berikan pada minggu lalu..!" tiba-tiba perempuan itu meminta siswa untuk mengeluarkan PR yang pernah diberikannya.
Suasana kelas seketika menjadi ribut, karena tidak ada satupun dari mereka yang sudah melakukan print out tugas tersebut. Karena tidak ada satupun siswa yang mengeluarkan apa yang diperintahkan, tatapan mata perempuan itu memindai ke seluruh siswa. Tetapi belum sampai perempuan itu marah, tiba-tiba..
"Maaf bu Rastrie... sepertinya ada perubahan kebiasaan kelas, yang belum diinformasikan kepada kami. Bukankah selama ini, kami para siswa sudah mengirimkan tugas secara online ke Google Classroom, dan tidak ada perintah untuk menyiapkan dalam hard file. Bagaimana bisa Ibu meminta kami untuk menyiapkannya..?"dengan suara lantang, Tantri mengeluarkan suara.
Mendengar protes dari Tantri, tidak diduga seluruh siswa di kelas bertepuk tangan. Tatapan mata perempuan di depan kelas itu semakin tajam, dan tidak diduga Bu Rastrie berjalan mendekat ke meja kursi yang diduduki Tantri dan Selvie.
"Apa yang kamu katakan tadi Tantri...? Apakah kamu tidak sadar dengan siapa kamu berbicara saat ini ..?" dengan nada sinis Bu Rastrie bertanya balik pada Tantri.
Namun bukannya takut dengan reaksi guru jadwal pagi itu, Tantri malah dengan berani untuk menatap perempuan itu. Teman-teman Tantri di kelas semua dalam keadaan diam, tidak ada yang berani untuk bertingkah, semua terdiam sambil menatap Tantri dengan pandangan prihatin,
"Saya hanya mengingatkan tentang konsistensi pada awal kontrak pelajaran ini dimulai Bu Rastrie. Apakah salah, jika siswa mengingatkan seorang guru yang melupakan isi dari kontrak tersebut. Ataukah karena bu rastrie sedang ada masalah, seperti karena ditegur Kepala Sekolah, sehingga menjadi mendadak lupa seperti ini.." dengan nada sarkasme, Tantri berbicara sambil menatap wajah guru kelasnya.
Mendengar kata-kata Tantri, guru perempuan itu menjadi merah mukanya menahan malu. Sesaat terlihat jelas, keterkejutan dan raut pucat pasi mendengar kata-kata itu. tetapi secepat kilat perempuan itu membalikkan badan dan kembali berjalan ke depan.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments