Tantri terkejut, dan memundurkan kakinya ke belakang. Deru suara motor membuat bising telinganya, dan enam motor dengan penumpang yang saling berboncengan terus berputar-putar di depannya. Gadis itu merasa lepas dari mulut singa, jatuh ke mulut harimau. Dan satupun orang yang ada di sekitar jalan Sudirman, tidak ada yang memiliki niat untuk memberinya pertolongan. Mereka malah menyingkir, dan seperti menghindar dari tempat itu.
"Tantri... untuk apa kamu berada disini malam-malam?" tiba-tiba terdengar suara Harry teman di sekolahnya.
Tantri tambah kaget, dan tiba-tiba saja pengendara motor di depannya membuka helm, dan barulah Tantri mengenali siapa yang ada di depannya.
"Harry... terima kasih. Kamu membuatku kaget.." Tantri bernafas lega, dan menjawab sapaan laki-laki muda itu.
Tiba-tiba Harry mengambil helm yang ada di bawah jok motor, kemudian memberikan pada Tantri Tanpa berpikir panjang, gadis itu menerima helm tersebut, kemudian mengenakan di kepalanya.
"Naiklah ke belakangku, tempat ini tidak cocok untukmu. Untuk sementara, ikut denganku dan teman-teman, aku berjanji akan memastikanmu dalam keadaan aman." Harry meminta Tantri untuk naik ke boncengan motornya.
Di bawah tatapan beberapa pengendara motor, yang ternyata teman-teman sekolahnya, Tantri segera naik ke boncengan Harry. Dan tidak lama kemudian, laki-laki itu membawa motornya pergi dari tempat itu. Ke lima motor lainnya, mengikuti di belakangnya. Jadilah, enam motor dengan penumpang saling berboncengan itu melakukan konvoi. Di atas kendaraan bermotor, meskipun udara dingin tampak menerpa Tantri, tetapi gadis itu merasa senang. Sepanjang perjalanan, yang dengan posisi duduknya, Tantri seharusnya duduk lebih condong ke depan dan berpegangan pada Harry. Namun tidak dengan gadis itu. Di atas boncengan, Tantri merentangkan kedua tangan ke kanan dan ke kiri, dan seakan menghirup kebebasan.
"Take care Tantri... kamu bisa terjatuh ke belakang. Angin malam tidak layak menyentuh kulitmu. Kita akan pergi ke base campku dulu. Kamu untuk sementara bisa beristirahat disana.." seperti memahami kegelisahan yang dirasakan gadis itu, Harry mengajak teman-temannya untuk pulang.
"Kita putar balik ke bundaran depan, dan langsung pulang menuju base camp.." menggunakan microphone kecil yang ada di dekat helm yang dikenakan, Harry mengajak teman-temannya untuk kembali.
"Okay.." tanpa banyak pertanyaan, ke lima motor lainnya meng oke kan ajaka Harry.
"Broom... broom... " suara deru motor membelah kegelapan malam.
Mereka berkendara dalam diam, dan beberapa motor atau mobil yang berpapasan dengan mereka, memilih untuk minggir menepi, dan memberi jalan pada kelompok anggota geng motor itu. Beberapa lama kemudian, akhirnya motor-motor itu masuk ke sebuah gang sempit, tetapi jarang ada rumah di sekitarnya. Tidak jauh dari tempat mereka berbelok, terlihat sebuah rumah di ujung gang, dan orang-orang itu segera masuk ke dalam halaman rumah tersebut.
"Aku bantu lepaskan helm yang kamu kenakan dulu Tantr.." begitu motor yang dikendarai Harry berhenti, laki-laki itu membantu Tantri untuk melepaskan helm di kepalanya.
Gadis itu diam saja, dan membiarkan laki-laki muda itu melakukannya. Tidak lama, akhirnya Harry mengajak Tantri untuk turun dari motor, dan membawanya masuk ke dalam.
"Kita masuk ke dalam dulu Tantri.. kamu bisa beristirahat di dalam base camp." Tantri hanya diam saja tidak memberikan tanggapan.
Namun gadis itu mengikuti laki-laki muda itu masuk ke dalam base camp, dan teman-teman anak motor lainnya masih berbincang di luar. Baru saja beberapa langkah Tantri menginjakkan kaki di dalam base camp, tiba-tiba terlihat di depannya, seorang gadis berhijab yang keluar menyambut kedatangan mereka,
"Kak Harry membawa teman perempuan ke tempat ini. Siapa kak, Susan bisa dikenalkan bukan...?" dengan senyuman tulus, gadis itu mendekat dan bertanya pada Harry.
"Hempphh... kenalan sendiri saja. Tantri, kamu aman disini, ikutlah Susan ke dalam, dan untuk sementara istirahatlah di kamar gadis itu." tanpa banyak kata, Harry memberikan arahan pada Tantri.
"Okay.. thank,s Harr, atas pertolonganmu malam ini. Susan.., kenalkan namaku Tantri. Dan malam ini, aku pasti akan merepotkanmu." Tantri segera mengenalkan diri pada gadis itu.
"Namaku Susan..., kita bisa menjadi teman baik mulai malam ini.." dengan terbuka, Susan menyambut baik pertemanan itu.
Kedua gadis itu kemudian masuk ke dalam kamar, dan Harry hanya duduk sambil memyalakan rokok yang ada di tangannya.
**********
Pantai Indah Kapuk Cluster VVIP
Sampai pagi datang, sama sekali tidak terlihat kekhawatiran di wajah Tuan Chandra Atmadja meskipun putrinya semalam tidak pulang. Laki-laki paruh baya itu malah menikmati sarapan pagi dengan perempuan muda yang dibawanya semalam, dan saat ini mereka berada di gazebo setelah berenang semenjak mereka bangun tidur.
"Tuan Chandra... Non Tantri semalam tidak pulang. Apakah Tuan mengetahui, ada dimana Non Tantri saat ini berada..?" karena tidak bisa menahan rasa ingin tahu dan prihatinnya, sambil mengantarkan hidangan ke gazebo, Bibi Surti bertanya pada papa Tantri.
"Surti... kamu harus paham jika saat ini Non Tantri sudah besar. Ratusan juta, bahkan mungkin milliaran rupiah ada di dalam rekeningnya. Gadis itu tidak akan sengsara tidur di pinggir jalan, bahkan menyewa Pant house malam ini untuk beristirahat satu bulan, Non Tantri akan mampu membayarnya.." bukan jawaban kepedulian yang keluar dari mulut Tuan Chandra, malah hardikan dengan suara keras yang didengar Bibi Surti.
"Sayang... jangan marah-marah terus di pagi hari. Jadi menghilangkan moodku untuk menikmati sarapan pagi.. Kamu juga perempuan tua.., seharusnya kamu itu tahu diri. Siapa posisimu di rumah ini, jangan membuat Tuan rumah menjadi kehilangan mood." perempuan yang berada di samping Tuan Chandra tampak berusaha menenangkan laki-laki itu, dan dengan sorot mata tajam memperingatkan asisten rumah tangga itu.
"Baik Non... bukan maksud saya seperti itu, hanya sekedar mengingatkan pada Tuan besar saja. Jika Non Tantri adalah putri kandung satu-satunya dalam keluarga ini, Seharusnya Non Tantri itu dijaga dan dilindungi, bukan malah dibiarkan pergi, dan sampai saat ini belum kembali." dengan berani, namun masih dengan sikap sopan, Bibi Surti memberikan tanggapan.
Tampak Tuan Chandra seperti berpikir sebentar, kemudian...
"Kembalilah ke tempatmu berada Surti. Aku punya cara untuk mengajar dan memantau putrilu sendiri. Pergilah...!" mungkin karena terpengaruh perempuan yang sedang bersamanya, tanpa sadar Tuan Chandra ikut mengusir Bibi Surti.
Dengan tatapan kesal, bibi Surti hanya melirik kedua orang yang tampak pongah itu dengan sudut matanya. Terlihat perempuan muda itu menyuapkan makanan ke mulut tuan Chandra, dan wajah laki-laki itu terlihat senang dan bahagia. Akhirnya dengan bersungut dalam hati, Bibi Surti bergegas meninggalkan tempat itu perlahan.
***********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
abdan syakura
Sing sabar ya, Bi Sur...
Huhhhh
Jika kamu tdk memiliki rasa malu maka berbuatlah sekehendakmu...
2023-06-17
1