"Kas, beneran ini lo bisa balik sendiri." tanya Ria saat mata pelajaran berakhir, Ria khawatir dengan Kasih.
"Iya gue bisa balik sendiri kok Ri, masih sakit sieh perut gue, tapi sakitnya sudah dalam tahap B, jadi bisalah gue bawa sepeda sendiri."
"Gue antar saja ya Kas, gue takut ntar lo kenapa-napa dijalan." khawatir Ria, Ria yang merupakan anak orang kaya yang selalu diantar jemput oleh sopir tentu saja tidak akan keberatan untuk meminta sopir pribadinya untuk mengantarkan Kasih terlebih dahulu ke rumahnya meskipun rumah mereka berbeda arah.
"Beneran gak apa-apa gue Ria, bisa bangetlah gue balik sendiri." Kasih meyakinkan.
"Beneran gak apa-apa."
"Iya bawel."
Tidak serta merta saja Ria membiarkan sang sahabat tercinta pergi begitu saja, sebelum benar-benar keluar dari kelas, Ria berkata, "Tapi kalau elo kenapa-napa dijalan, langsung telpon gue ya, gue akan meminta sopir gue untuk langsung berbalik arah."
"Lo tenang saja, elo adalah orang pertama yang bakalan gue hubungin."
Barulah Ria merasa tenang saat mendengar kata-kata Kasih barusan, "Oke kalau gitu Kasih sahabat gue tercinta, gue duluan kalau begitu, sopir gue udah nunggu gue tuh didepan."
"Oke."
*****
Dika juga belum beranjak dari tempat duduknya, dia sebenarnya menunggu suasana kelas sepi dulu, dia berniat untuk mengantar Kasih pulang, oleh karna itu dia menunggu anak-anak yang lainnya pada balik duluan, dan begitu tinggal mereka berdua, tanpa membuang waktu, Dika langsung bergegas mendekati Kasih yang sudah berdiri, gadis itu sudah bersiap untuk keluar.
"Kasihh." panggilnya pelan, karna suasana kelas tengah sepi-sepinya sehingga Kasih dengan sangat jelas mendengar panggilan tersebut.
Deg
Deg
Mulai deh tuh jantung Kasih debarannya begitu kencang, dia fikir Dika sudah pulang.
"Mampus gue, gimana nieh, cuma tinggal gue berdua doank dengan Dika, duuh, grogi banget gue, gue harus apa nieh." Kasih membatin, dia jadi panik sendiri dah.
"Kasih." panggil Dika lagi karna panggilan pertamanya tidak mendapat respon.
"Aduhh, andai saja gue bisa aprate kayak harmoine granger agar gue bisa langsung pergi disaat seperti ini."
Dan dengan pelan Kasih berbalik menghadap Dika, dalam hati Kasih berkata, "Bersikap biasa saja Kasih, jangan sampai elo kelihatan gugupnya didepan Dika, intinya, lo jangan sampai malu-maluin diri elo sendiri ya Kasih."
Meskipun sudah mewanti-wanti dirinya supaya tidak gugup, tapi tetap saja Kasih grogi, apalagi saat matanya bertemu dengan netra Dika, netra yang menatapnya dengan begitu lembut yang membuat Kasih rasanya meleleh, tapi untungnya dia masih bisa berdiri dengan tegak, Kasih yang tadinya berniat mengeluarkan senyum manisnya malah tersenyum kaku.
"Iya Dik, kenapa ya." suara Kasih bahkan mencicit.
"Gue anter ya."
"Apa, Dika mau nganter gue." Kasih kok senang ya mendengar hal tersebut, mau bangetlah dia antarkan oleh Dika, tapi dia harus pura-pura jual mahallah.
"Gak usah Dika, tapi terimakasih atas tawarannya." dalam hati Kasih sangat berharap kalau Dika memaksanya.
"Lokan lagi sakit Kas, gue khawatir kalau membiarkan elo balik sendiri, gue antar saja ya."
"Yess, gue dipaksa." Kasih tertawa senang dalam hati.
"Mmm, tapi sepeda gue gimana Dik."
"Dititipin dulu ya sama penjaga sekolah, gue yakin pak Amin akan menjaganya, besok biar gue yang jemput elo pagi-pagi."
"Baiklah kalau elo memaksa." lisannya, padahal mah dalam hati Kasih senengnya luar biasa.
"Apa Dika beneran suka sama gue gak ya." ujarnya dalam hati, "Dika, kalau lo suka sama gue, ayok katakan secara langsung, jangan biarkan gue menebak-nebak kayak gini donk."
Sama halnya dengan Kasih yang begitu sangat senang dalam hati karna diajak pulang bareng oleh Dika, Dika juga tentu saja merasakan hal yang sama seperti yang saat ini tengah dirasakan oleh Kasih, dia sangat senang sampai ke ubun-ubun, padahal tadi saat mendekati Kasih dan meminta Kasih untuk pulang bersamanya, cowok itu begitu grogi, tapi untungnya dia berhasil mengkondisikan dirinya sehingga dia tidak tampak seperti orang yang bodoh saat didepan Kasih.
"Yesss, akhirnya." Dika bersorak senang dalam hati, "Setelah sekian lama, akhirnya gue bisa pulang bareng juga dengan Kasih, terimakasih Tuhan karna engkau telah melancarkan urusan hambamu ini."
*****
Suasana disekolah masih belum sepi saat mereka tiba diparkiran, beberapa siswa masih pada nongkrong di parkiran, termasuk yang masih berada disana adalah Romeo, Reza, Vino dan juga Ogil, dan ketiga cowok tersebut kecuali Romeo tentu saja tersenyum penuh arti saat melihat Dika bersama dengan Kasih yang berjalan beriringan.
"Ekhem ekhem." ketiga sahabat Dika itu tiba-tiba saja pada berdehem sembari tidak lepas menatap ke arah Dika dan Kasih dengan pandangan jail.
"Sialan anak-anak itu, pasti deh nanti mereka bakalan ngeledek gue habis-habisan." batin Dika.
Sedangkan Kasih merasa malu, dia hanya bisa menunduk.
"Udah berhasil nieh ceritanya digaet Dik." komen Ogil jail.
"Wahh, kayaknya ada yang lagi berbunga-bunga ini ya." sambung Reza.
Vino juga tidak mau kalah menimpli, "Jangan lupa traktirannya ya Dika, bahagiakan harus dibagi-bagi, ingat lho ya orang-orang yang berdiri dibelakang elo saat lo tengah berjuang menaklukkan sik doi."
"Dika, itu apa sieh maksud teman-teman elo." Kasih bertanya tidak mengerti.
"Gak usah lo fikirin Kas, mereka cuma iseng doank kok."
Kasih mengangguk mengerti, "Gitu ya."
"Ayok naik Kas."
"Ahh iya."
"Wahh bener-bener ya lo Dik, saat bersama doi kita jadi dicuekin gini." Vino makin gencar menggoda.
"Iya, kita kok kayak sendal putus ya, setelah gak berguna, dihanyutin begitu saja ke got."
Sementara Romeo hanya diam, tidak berkomentar sama sekali, dia hanya berusaha mencerna setiap apa yang dikatakan oleh ketiga cowok tersebut.
"Jangan dengarkan mereka Kas."
Kasih yang sudah duduk dengan nyaman diboncengan motor Dika hanya mengangguk.
"Kalau lo takut, lo bisa pegangan kok Kas."
Kasih menuruti ucapan Dika, dia berpegangan pada jaket bagian belakang yang dikenakan oleh Dika, "Udah Dik." beritahunya.
"Maksud gue, lo pegangannya dipinggang gue Kasih, bukan dijaket gue." kata-kata yang hanya diucapkan oleh Dika dalam hati, karna Kasih bukan pacarnya, jadi Dika tidak bisa berbuat lebih untuk saat ini.
"Bisa jalan sekarang Kas."
Kasih reflek mengangguk, namun saat sadar kalau Dika tidak melihat anggukannya, Kasih memberi jawaban secara lisan, "Iya Dik."
Setelah mendapatkan kepastian dari Kasih, barulah Dika menjalankan motornya pelan, dia tidak bersusah-susah menyapa sahabatnya saat motornya melewati keempat remaja cowok tersebut, malah Kasih yang berkata, "Duluan ya semuanya."
"Iya Kasih." ketiga cowok tersebut menjawab kompak dibarengi dengan senyum penuh arti.
Pandangan keempat remaja tersebut mengiringi kepergian motor Dika sampai tubuh Dika dan Kasih sudah tidak terlihat dipandangan mereka.
"Apa Dika suka sama Kasih." lisan Romeo setelah tadi dia hanya diam saja.
Ketiga sahabat Dika itu kompakan mengangguk untuk menjawab pertanyaan Romeo.
Ogil berkata, "Tuh anak sudah lama suka sama Kasih, sayangnya sampai sekarang dia belum berani menyatakan perasaannya."
"Kenapa emangnya." kepo Romeo, dia tidak menyangka kalau Dika menyukai, kata yang lebih tepat adalah mencintai Kasih.
"Ya karna apa lagi, takut ditolaklah dia, cemen memang sik Dika itu." ledek Ogil.
Romeo hanya mangut-mangut setelah mendengar penjelasan Ogil, apakah dia cemburu, jawabannya tentu saja tidak, diakan memang murni tidak memiliki rasa apa-apa sama Kasih, dia dan Kasih hanya sebatas teman doank.
"Makanya dia sempat jelous sama elo." timpal Reza.
"Ehhh." Romeo terlihat bingung dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Reza barusan, "Maksudnya gimana, kenapa bisa Dika jeoluse sama gue." Romeo menyuarakan ketidakmengertiannya.
Vino yang memberitahu, "Ya karna elo bisa dekat dengan Kasih, sudah pernah main ke rumahnya Kasih dan berkenalan dengan keluarganya Kasih padahal elo baru kenal sama Kasih, tuh anak jadi berfikir kalau elo itu suka sama Kasih." Vino membeberkan unek-unek yang pernah ditumpahkan oleh Dika.
"Hahaha." mendengar apa yang dikatakan oleh Vino membuat Romeo tertawa ngakak, "Astaga, masak Dika jeoulase sama gue gara-gara hal itu sieh." Romeo masih tertawa sambil memegang perutnya.
"Emangnya hubungan elo dengan Kasih...."
"Gue dan Kasih cuma temenan doank kok, kan gue sudah pernah bilang sebelumnya." potong Romeo.
Ketiga remaja itu mengangguk percaya.
"Dika Dika." Romeo menggelengkan kepalanya, "Aneh-aneh saja dia itu, masak dia cemburu sama gue sieh."
"Syukurlah bro kalau lo gak ada rasa sama Kasih, soalnya kalau elo sampai suka, Dika pasti insecure tuh dengan ketampanan elo, dia pasti nyerah duluan untuk mendapatkan Kasih." ujar Ogil yang membuat Romeo kembali tertawa.
"Astaga, lo ada-ada saja Gil, gue gak setampan itu kok, lebih tampan Dika juga kemana-mana." Romeo merendah.
"Lo bisa saja kalau merendah Rom, orang lo lebih tampan kok dari Dika."
"Duhh, jangan bahas masalah tampan-tampanan deh, kayak cewek saja." tandas Romeo.
"Ngomong-ngomong Rom, lokan jadi idola baru nieh disekolah sejak kemunculan elo." lisan Vino, "Dari sekian banyak gadis yang menyukai elo, ada gak gitu yang klik dihati elo." kepo Vino.
"Sejauh ini seih belum ada."
"Masak sieh." imbuh Reza, "Padahal cewek-cewek disekolah kita cantik-cantik semua lho."
"Iya sieh gue akuin cewek-cewek disekolah kita cantik-cantik semua, hanya saja untuk saat ini memang gue gak ada niatan untuk pacaran, makanya tidak ada yang nyangkut dihati gue."
"Dihh, lo banyak yang ngejar tapi lo sia-siain, lha gue, ingin banget pacaran tapi gak ada yang mau." saat mengatakan hak tersebut, wajah Ogil terlihat nelangsa, memang sieh wajah Ogil dibawah rata-rata, sehingga hal tersebut menyebabkannya susah untuk mendapatkan pacar.
Dan sontak saja, keluh kesah Ogil tersebut membuatnya ditertawakan oleh ketiga temannya.
"Ahh jahat lo pada, malah pada ngetawain gue lagi."
"Makanya Gil, kalau ingin disukai, glowing dulu tuh muka."
"Gue kagak punya duit untuk beli skincare anjirrr."
Dan kembali ketiga remja cowok itu mentertawakan Ogil yang terlihat nelangsa.
****&
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments