MENGERJAKAN TUGAS

Sebelum menaiki motornya menuju cafe tempat dimana dia dan Kasih janjian, terlebih dahulu Dika laporan sama teman-temannya digroup whatsap, diakan juga ingin diakui sama sahabat-sahabatnya kalau dia berhasil mengajak Kasih keluar, padahal mah keluar untuk ngerjain tugas doank bangga.

Dika : Woee, gue mau kencan nieh sama Kasih

Reza : Dihh, padahalkan elo cuma mau ngerjain tugas doank sama Kasih, bilangnya pakai mau kencan segala

Vino : Gue doain semoga lo sukses deh Dik, balik ngerjain tugas siapa tahu sudah berstatus sebagai pacar

Ogil : Gak yakin gue, sik Dikakan gak punya nyali dia

Vino : Etdahh sik sialan, diaminkan kek, ini lo malah bikin nyali sahabat elo ciut

Reza : Emang dasar sahabat lucnut elo

Vino : Tidak berprikesahabatan lo ya

Ogil : Etdahh, habis dah gue dibulyy

Dika : Intinya, gue minta doanya saja agar malam ini berjalan dengan lancar

Vino : Doa kami selalu menyertai elo bro

Reza : Kalau elo yakin Kasih adalah cinta sejati lo, kejarlah sampai dapat, jangan pantang mundur meskipun hujan batu sekalipun

Ogil : Gue gak bisa berkata-kata bro, intinya, lo harus dapatkan Kasih

Dika : Thanks atas dukungan elo semua

Setelah itu, barulah Dika menaiki motornya, dia benar-benar sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Kasih.

*****

"Abang gak perlu sampai segininya bang, Kasih bisa pergi sendiri, Kasih saja aku kunci motornya." sebelum naik ke boncengan motor sang kakak, Kasih masih berusaha untuk bernegosiasi, bukan apa-apa, hanya saja dia tidak mau dianggap gadis manja oleh Dika yang kemana-mana harus diantar sama kakaknya.

"Bawel banget sieh, tinggal duduk saja apa susahnya sieh."

Kasih mendengus, dan dengan wajah cembrut dia duduk diatas boncengan motor sang kakak.

"Lagiankan abang tidak ingin terjadi apa-apa sama kamu, mana udah malam begini lagi, kamukan cewek, cewek sangat rentan sekali menjadi korban kejahatan." ujar Taran menasehati adeknya.

"Akhh abang nieh, difikirnya aku anak TK apa sampai dikhawatirin begitu, meskipun ini sudah malam, aku berani kok pergi sendiri, dan aku bisa jaga diri sendiri." kata-kata yang hanya diucapkan oleh Kasih dalam hati, karna apapun yang dia katakan, pasti tidak akan mau didengar oleh abangnya itu.

"Kamu sudah siap berangkat."

"Hmmm."

Setelah dirasa adiknya sudah duduk dengan nyaman, Taran kemudian menjalankan motornya menuju tempat yang disebutkan oleh adiknya.

****

Saat melihat Kasih memasuki cafe, Dika terlihat sumringah, dia bahkan berdiri dan melambaikan tangan untuk menarik perhatian Kasih.

Kasih menghentikan pandangannya pada sosok laki-laki yang dia cari, Kasih tersenyum dan berjalan ke arah Dika dan diikuti oleh Taran.

Senyum Dika langsung menghilang dari bibirnya saat melihat seorang laki-laki yang berjalan bersama dengan Kasih, Dika jadi berfikir kalau laki-laki yang saat ini tengah bersama dengan Kasih adalah pacarnya Kasih.

"Apa itu pacarnya Kasih." gumamnya tidak lepas memperhatikan Taran sampai Kasih kini tiba didekatnya.

"Hai Dik, apa gue telat."

"Oh eh, hehe." Dika cengengesan, "Gak kok Kas, gue juga baru saja sampai."

"Ohh Syukurlah."

"Oh ya Dik, ini bang Taran kakak gue." Kasih memperkenalkan kakaknya.

"Ohh, kakaknya ternyata, syukurlah kalau begitu." Dika menghela lega.

Sedangkan Taran kini mulai memperhatikan Dika, Taran punya feling kalau Dika menyukai adiknya, Taran bisa tahu dari cara Dika menatap Kasih.

Ditatap begitu membuat Dika jadi salah tingkah, "Duhh, kok kakaknya Kasih kok natap gue kayak gitu ya, apa dia tahu kalau gue suka sama adeknya."

"Halo bang Taran, kenalkan saya Dika, teman kelasnya Kasih." Dika memperkenalkan dirinya secara resmi pada calon kakak iparnya, wahh, belum apa-apa sudah manggilnya kakak ipar neih, kayaknya Dika benar-benar serius dan sangat ingin mendapatkan Kasih dan menjadikan Kasih sebagai istrinya.

"Biasa aja, gak usah formal gitu."

"Ahh iya bang maaf."

"Gak usah minta maaf juga, kamukan gak salah." Taran mengintimidasi, dan hal tersebut membuat Dika terlihat tidak nyaman.

Kasih yang melihat kakaknya yang menatap Dika dengan tatapan menyelidik merasa tidak enak, "Bang, jangan tatap Dika seperti itu bisakan, kayak Dika berniat jahat sama Kasih saja."

"Hmmm." respon Taran dan memutus tatapannya terhadap Dika begitu mendengar kata-kata adiknya.

"Sorry ya Dik, bang Taran khawatir kalau gue pergi sendiri, makanya dia nganterin gue."

"Gue ngerti kok Kas, mana ada seorang kakak yang membiarkan adek perempuannya pergi malam-malam begini sendirian, lagian ini memang salah gue ngajakin elo ngerjain tugasnya malam-malam begini."

"Kamu tidak punya niat terselubungkan." Taran menyuarakan kata hatinya.

"Bang." sahut Kasih, dia benar-benar tidak enak sama Dika, karna belum apa-apa kakaknya itu sudah menaruh curiga sama Dika.

"Iya iya sorry Kasih, abangkan cuma khawatir."

"Maafkan bang Taran ya Dik." sumpah deh Kasih benar-benar merasa tidak enak karna sikap kakaknya itu.

"Gak apa-apa kok Kas, wajar saja bang Taran berfikiran begitu, lainkali kalau kita satu kelompok lagi, gue pastikan kita akan ngerjainnya siang hari."

"Inikan bukan kemauan lo Dik, lokan memang tidak bisa siang hari karna elo harus berlatih basket supaya menang saat nanti melawan team basket SMA TUNAS BANGSA."

"Iya." lisannya Dika, dalam hati dia merasa tidak enak juga sama Kasih karna dia telah berbohong hanya supaya dia bisa mengerjakan tugas dimalam yang syahdu ini bersama dengan Kasih, dan ternyata malah rencananya itu harus gagal karna kakaknya Kasih ikut, tadinya dia fikir dia bisa berduaan dengan Kasih, memang ya, kalau niat jahat selalu ada saja cara Tuhan untuk menggagalkannya.

"Sampai kapan mau berbasa-basi begitu, gak berniat ngerjain tugasnya tuh, ntar keburu tengah malam dan cafenya keburu tutup." Taran memperingatkan.

"Ahh iya, sebaiknya kita kerjakan sekarang saja Kas."

"Iya." angguk Kasih.

Namun sebelum itu, Kasih menatap abangnya yang sudah duduk disalah satu kursi di meja tersebut.

"Kenapa lihatin abang begitu."

"Bang, bisa gak abang cari tempat duduk yang lain ya, aku dan Dika mau konsentrasi nieh ngerjain tugasnya."

"Ya kalian kalau mau ngerjain tugas ya kerjain saja, memangnya kalau aku disini itu akan ngeganggu kalian apa." jawab Taran santai, "Lagiakan ya, kalau abang disini, kalau kalian butuh bantuan, abangkan bisa bantu."

"Kami bisa ngerjain sendiri dan tidak butuh bantuan abang ya, dan sekarang mending abang sana deh duduk dikursi yang tersedia."

"Kamu kok ngebet banget sieh Kas ngusir abang kayak gini, apa salanya coba kalau abang tetap berada disini." Taran kukuh tidak mau berdiri, "Atau jangan-jangan beneran ya kalian mau pacaran, ngerjain tugas itu hanya kedok yang kalian pakai." nah lho, mulai lagi dah sik Taran menyebut-nyebut hal tersebut.

"Amin, semoga saja gue bisa beneran pacaran dengan adek lo bang." Dika mengaminkan dalam hati, karna ucapan adalah doakan.

"Apaan sieh abang ini, makin ngelantur saja deh, lebih baik sana gieh pergi bang cari tempat duduk yang lain supaya aku dan Dika fokus ngerjain tugasnya dan supaya cepat selesai."

"Baiklah, baiklah." akhirnya Taran menyerah juga karna sejak tadi adiknya ngeyel terus, "Abang pindah kalau begitu, dan kalian, cepat selesaikan tugas kalian." ujarnya sebelum berlalu.

Dika bersyukur dalam hati karna Kasih mengusir kakaknya, karna jujur saja, kalau Taran berada didekat mereka apalagi matanya itu lho, tidak lepas menatap dirinya terus menerus tentu saja membuat Dika tidak nyaman dan jadi gugup.

*****

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!