MURID BARU

"Aduh, aduhhhh duhhh." sejak tadi Kasih terus saja mengaduh saat sik cowok membersihkan lututnya dengan alkohol.

Hal tersebut membuat sik cowok berkomentar, "Elahh lo jadi cewek kok lebay amet sieh, budek nieh kuping gue kalau kerjaan lo mengaduh mulu, malah suara elo cempreng amet lagi kayak suara keledai." ledeknya.

Saat ini, dua remaja tersebut tengah berada diruang UKS, pagi itu UKS tengah sepi-sepinya, tidak ada yang berjaga, bahkan dokter sekolahpun belum datang, dan sik cowok yang telah menyerempet Kasih merasa bertanggung jawab sehingga dia mengobati lutut Kasih yang terluka, tapi sik Kasih sejak tadi terus saja mengaduh sehingga sik cowok kesal juga.

"Gimana gak ngaduh, perih bangetlah itu lutut gue, lo kalau ngobatin yang pelan donk."

"Ini udah pelan banget lagi, dan lagian ya memang perih dikitlah, namanya juga luka, dan perih dikit doank masak gak bisa lo tahan sieh."

Kata-kata cowok itu membuat Kasih bungkam dan sekarang dia mencoba untuk menaharan rasa perih dilututunya tanpa mengaduh.

Dan selama beberapa saat, sik cowok selesai mengobati luka Kasih setelah menempelkan kapas.

"Nahh, sudah kelar." ujarnya berdiri dan membawa kotak p3k untuk dikembalikan ke tempat dimana dia mengambilnya.

"Lo bisa pergi sendiri ke kelas elokan, gue mau ke ruang kepala sekolah soalnya."

"Lo murid baru ya." Kasih bertanya, pertanyaan yang sejak tadi ingin dia tanyakan.

"Hmmm." sik cowok hanya bergumam.

"Lo bisa sendirikan ke kelas lo." sik cowok mengulangi pertanyaannya.

"Iya bisa gue."

"Oke, gue duluan kalau gitu, sebagai murid baru, ada beberapa hal yang harus gue selsaikan dengan kepala sekolah." setelah mengatakan hal tersebut, sik cowok langsung pergi meninggalkan Kasih yang berusaha turun dari bankar yang cukup tinggi.

"Heiii." panggil Kasih, namun terlambat karna sik murid baru yang tidak diketahui namanya itu sepertinya sudah cukup jauh melangkah.

"Duhhh, dia malah langsung pergi begitu saja lagi, bantuin gue turun kek dulu, ini tinggi banget lagi."

Kasih melompat dan alhasil itu membuat dia kembali merasakan sakit dilututnya, "Awhhh, sial, sakit amet dah kaki gue."

*****

Dengan langkah tertatih-tatih Kasih berjalan menuju kelasnya yang terletak dilantai dua SMA PERTIWI, bel masuk sudah berdering sejak 1 menit yang lalu.

Kasih mendesah lega karna saat dia tiba dikelasnya, guru yang mengajar dijam pelajaran pertama belum masuk.

Ria sahabatnya sekaligus teman sebangkunya melambaikan tangannya saat melihat kedatangan sang sahabat, dia sejak tadi mengechat Kasih sayangnya chatnya tidak dibaca sama sekali, dia fikir Kasih tidak akan masuk sekolah, dan Ria khawatir saat melihat sahabatnya itu berjalan dengan terpincang-pincang, melihat hal itu, Ria berlari menyongsong kedatangan Kasih.

"Hai Ria." sapa Kasih begitu sahabatnya itu sudah didekatnya.

Ria bukannya membalas sapaan Kasih, namun dia bertanya kenapa Kasih jalannya terpincang-pincang begitu, "Lo kenapa jalan pincang begitu, apa yang terjadi hah."

"Lo gak lihat lutut gue."

Ria langsung mengarahkan matanya pada lutut sahabatnya yang ditempeli kapas, kemudian setelah itu dia kembali menoleh ke arah Kasih, "Apa yang terjadi."

Kasih melanjutkan perjalanannya menuju bangkunya, kakinya bertambah sakit kalau kelamaan berdiri, dia berniat menjawab pertanyaan Ria begitu sudah duduk dibangkunya, melihat sahabatnya yang kesusahan, Ria membantu Kasih dengan memegang lengannya dan membantu Kasih duduk.

"Jadi, apa yang terjadi Kas." tanya Ria tidak sabaran.

"Gue diserempet motor."

"Hehhh, kok bisa."

"Tuh pengendara motor ngebut banget, kayak dia yang punya jalan saja."

"Terus, terus Kas." kepo Ria, dia ingin Kasih menceritakan kronologi kejadiannya secara lengkap.

Jadilah Kasih bercerita tentang apa yang dia alami, dia tidak menceritakan kalau yang menabraknya adalah anak SMA PERTIWI.

"Syukurlah sik penabrak mau bertanggung jawab, gak langsung lari ninggalin elo gitu aja."

Kedatangan pak Taofik, guru matimatika mereka membuat suasana kelas yang tadinya carut marut dan ribut pada berlari menuju tempat duduk masing-masing, seketika suasana menjadi hening saat salah satu guru paling kiler dan ditakuti oleh hampir semua siswa dan siswi SMA PERTIWI kini berdiri didepan kelas, dan pak Taofik tidak sendiri, dia datang bersama seorang anak laki-laki bertubuh jangkung dengan tubuh atletis berwajah tampan berdiri disampingnya, sontak keberadaan anak laki-laki itu memancing kekepoan dibenak semua penghuni kelas IPS 3, terutama anak-anak cewek kecuali Kasih yang tentunya yang sudah mengenal anak laki-laki yang saat ini berdiri dengan penuh percaya diri disamping pak Taofik, ingin rasanya anak-anak cewek dikelas itu menjerit histeris saat melihat anak laki-laki tampan tersebut, sayangnya, jeritan mereka terpaksa harus diredam mengingat pak Taofik yang berada didepan, coba kalau pak Rapi yang berdiri didepan kelas mereka, sudah bisa dipastikan deh mereka bakalan pada memfungsikan bibir mereka untuk mengagumi keindahan yang maha kuasa yang saat ini tepat berada didepan mereka itu, dan anak-anak cewek harus puas karna hanya bisa mengagumi hanya dalam hati saja.

"Hehh, dari semua kelas XI, ternyata tuh anak terdampar dikelas gue." batin Kasih tidak menyangka kalau dia akan satu kelas dengan anak yang telah menyerempetnya.

Sik cowok tersenyum tipis begitu matanya melihat Kasih duduk disalah satu bangku dikelas yang saat akan ini akan menjadi kelasnya juga.

"Siapa ya dia Kas, tampan sekali." puji Ria berupa sebuah bisikan.

"Siapa lagi, ya anak pindahanlah."

"Aduhh, mulai hari ini kayaknya gue bakalan rajin tiap hari masuk sekolah kalau ada cowok tampannya kayak gini." Ria memandang tuh cowok dengan pandangan mupeng.

"Ishh, lo itu ya, masak rajinnya hanya karna gara-gara itu cowok sieh, kasihan banget dah om dan tante yang capek-capek nyariin uang untuk biayain lo untuk sekolah."

"Duhh Kasih, bisa tidak untuk saat ini biarkan gue mengagumi keindahan Tuhan yang berdiri didepan itu, jangan bawa-bawa mama papa gue deh, bikin gue bersalah saja."

Melihat mata-mata ingin tahu dari murid-murid dikelas tersebut membuat pak Taofik bersuara, "Hmm, saya tahu kalian pasti penasaran dengan siapa yang berdiri disamping saya saat ini, dia adalah murid pindahan dari Bandung, dan dia akan menjadi teman sekelas kalian mulai sekarang."

"Owwww." beberapa anak ber oh ria, tapi hanya sebatas itu doank.

"Silahkan perkenalkan dirimu." lanjut pak Taofik.

Anak lak-laki itu mengangguk, dia kemudian mulai memperkenalkan dirinya, "Hai semuanya, salam kenal, perkenalkan nama gue Romeo Christian Atmaja, panggil saja gue Romeo, dan gue berharap kalian bisa menerima gue dikelas ini, terimakasih." sebuah perkenalan yang singkat.

"Salam kenal juga Romeo." koor anak-anak dikelas tersebut.

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin mereka tanyakan, sayangnya mereka tidak berani melakukannya karna pak Taofik, pak Taofik paling tidak suka kalau jam mengajarnya diganggu oleh hal-hal yang tidak penting begitu, mengingat akan hal itu sehingga tidak ada satupun dari siswa dikelas itu yang mengacungkan tangan untuk bertanya.

"Ohh, Romeo toh namanya, pantas tampan." suara hati Kasih.

"Kas, namanya Romeo, nama sama wajahnya benar-benar sesuai ya." Ria kembali berbisik ditelinga Kasih.

"Iya, lo gak perlu ngasih tahu gue kali, guekan dengar sendiri tadi."

"Baiklah, kamu bisa duduk dibangku kosong yang ada di pojok sana." pak Taofik menunjuk salah satu meja kosong yang tidak ada penghuninya.

"Baik pak." laki-laki remaja bernama Romeo itu berjalan menuju bangku yang ditunjuk oleh pak Taofik, namun sebelum dia tiba dibangku tersebut, Romeo melawati meja yang ditempati oleh Kasih dan itu membuatnya berhenti sejenak hanya sekedar untuk menyapa.

"Hai, gak nyangka ya kalau kita satu kelas." lisan Romeo.

Kasih hanya menanggapi dengan senyum tipis, setelah memberikan sapaan, Romeo kembali melanjutkan perjalanannya menuju bangku yang ditunjukkan oleh pak Taofik barusan.

Dan apa yang dilakukan oleh Romeo barusan tidak luput dari perhatian anak-anak dikelas tersebut terutama anak-anak cewek yang pada kepo deh apa hubungan Kasih dan Remeo.

"Hehh, kok sik Romeo itu nyapa lo sieh, elo kenal emangnya." Ria bertanya mewakili teman-temannya yang lain yang pada kepo.

"Dia itu yang nabrak gue."

"Hehh, yang benar saja lo."

"Ya benarlah, masak gue bohong sieh."

"Elahhh, kalau penabraknya setampan itu sieh gue juga mau donk ditabrak."

"Jangan ngaco deh lo Ria."

"Itu yang dibelakang, apa yang kalian gosipkan." pak Taofik menatap tajam Kasih dan Ria yang membuat kedua remaja itu langsung menempelkan bibir atas dan bawahnya.

"Kalau kalian masih mau bergosip dikelas saya, sebaiknya kalian keluar, saya tidak butuh siswa yang tidak menghargai saya."

"Maafkan kami pak." Kasih dan Ria kompakan meminta maaf dan untungnya pak Taofik tidak memperpanjang akan hal tersebut sehingga kedua gadis remaja itu bisa mengikuti pelajaran dengan tenang.

*****

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!