APA KASIH DAN ROMEO PACARAN

Tidak lama kemudian, ibu Mira kembali memasuki ruang makan, tapi kali ini dia tidak sendiri, tapi dia bersama dengan anak laki-laki tampan yang memiliki senyum super manis yang mengalahkan manisnya gulali, siapa lagi anak laki-laki tampan itu kalau bukan Romeo.

"Anak itu lagi." desis Taran saat melihat siapa yang bersama ibunya.

"Ehh, ngapain sik Romeo pagi-pagi datang ke rumah gue sieh." heran Kasih dalam hati.

"Pagi Kasih, pagi bang Taran, pagi om." Romeo menyapa dengan ramah.

Taran sieh cuek, dia tidak membalas sapaan yang dilontarkan oleh Romeo.

"Pagi Romeo." Kasih membalas.

Sedangkan ayah Yahya yang sebelumnya belum pernah melihat Romeo meminta penjelasan sama istrinya lewat kode yang dia berikan kepada sang istri.

"Ohh, ini Romeo ayah, yang membelikan Kasih sepeda itu lho." ibu Mira memperkenalkan.

"Ohh kamu toh yang bernama Romeo."

"Pagi om, salam kenal." sapa Romeo sopan.

"Pagi juga Romeo." balas ayah Yahya.

"Ayok duduk Romeo." lisan ayah Yahya.

Ibu Mira kemudian meraih lengan Romeo dan membawanya untuk duduk disalah satu kursi kosong, "Ayok duduk Romeo, ikut sarapan bersama dengan kami."

"Tidak usah tante, saya tidak mau terus-terusan merepotkan tante."

Namun ibu Mira tidak mengindahkan penolakan Romeo, "Kan tante sudah bilang, tante tidak repot, dan Romeo, jangan pernah sungkan ya." ibu Mira kemudian mengambilkan piring untuk Romeo dan melayani anak laki-laki itu dengan baik, Romeo jadi merasa tidak enak karna ibu Mira itu terlalu baik kepadanya.

"Nahh, makan yang banyak ya Romeo."

"Terimakasih tante, maafkan kalau saya sering merepotkan."

"Jangan mengatakan hal itu lagi ya Romeo, ibu tidak suka."

Romeo mengangguk mengerti.

"Ibu baik banget dah sama nieh bocah, sampai-sampai anak kandung sendiri dianak tirikan sama dia." suara hati seorang Taran.

"Jadi Romeo, ada apa nieh pagi-pagi datang ke rumah sederhanan keluarga kami." ayah Yahya bertanya setelah menyeruput kopi hitamnya.

"Mau ngajak Kasih berangkat bareng om." jawab Romeo langsung pada intinya.

Jawaban Romeo tersebut sukses membuat semua yang ada dimeja makan tersebut memberikan perhatian mereka sepenuhnya kepada Romeo, kecuali Kasih, ketiga anggota keluarganya memiliki pemikiran yang sama yaitu mereka beranggapan kalau Romeo adalah pacarnya Kasih, terutama Taran yang sejak kemarin menduga-duga tentang hubungan sang adik dengan Romeo.

"Hehh, guekan bisa berangkat sendiri, ngapain dia pakai jemput segala." batin Kasih, "Dan ini pasti dah keluarga gue mikirnya kalau gue dan Romeo ada apa-apanya."

Merasa dirinya menjadi pusat perhatian, membuat Romeo berfikir kalau kata-katanya barusan membuat Kasih dan keluarganya tersinggung sehingga dia buru-buru meminta maaf, "Saya salah ya bu, ayah, saya benar-benar minta maaf."

"Tidak salah kok nak, tidak perlu meminta maaf begitu." timpal ibu Mira karna memang apanya yang salah dengan Romeo yang menjemput putrinya.

Ayah Yahya kemudian beralih menatap putri semata wayangnya dengan tatapan menuduh, pasalnya, ayah Yahya tidak mengizinkan putrinya untuk berpacaran karna takutnya akan berpengaruh sama sekolah Kasih.

"Tuhkann, papi pasti menyangka kalau gue dan Romeo pacaran." Kasih membenarkan praduganya.

"Begini lho Romeo." ayah Yahya kembali memberikan perhatiannya sama Romeo, "Kaliankan masih sekolah gitu, takutnya nanti hubungan kalian itu akan mempengaruhi pendidikan kalian, jadi..."

"Pi." potong Kasih cepat, "Kami tidak pacaran."

"Ohhh, pantas saja keluarga Kasih pada natap gue begitu, mereka fikir gue dan Kasih pacaran apa."

"Iya om, tante, kami tidak pacaran kok, saya menjemput Kasih murni karna kami adalah teman." Romeo meluruskan supaya disini tidak terjadi salah paham.

Sementara ayah Yahya terlihat lega mendengar klarifikasi dari putrinya dan Romeo, ibu Mira malah tampak kecewa, disini dia setuju banget kalau Kasih pacaran sama Romeo, karna nanti kalau mereka menikah, ibu Mira berharap cucunya akan cakep seperti Romeo, wanita itukan sejak dulu ingin memiliki keturunan yang goodloking.

"Bagus itu, fokus saja kalian berdua sama sekolah, jangan pacaran dulu, nanti ada waktunya untuk pacaran." ayah Yahya menceramahi.

"Iya om."

Setelah kesalahpahaman itu kelar, kini giliran Kasih yang berkata, "Lo ngapain jemput gue segala sieh Rom, guekan bisa berangkat sendiri."

Sebelum Romeo sempat membalas, ibu Mira mendahului, "Ehh anak ini bagaimana sieh, ya bagus donk Romeo datang menjemput kamu, kan kalau pakai motor lebih cepat sampainya, dan yang paling penting gak capek, iyakan ayah."

"Hmmm." hanya itu respon dari ayah Yahya.

"Iya Kasih, jadi gak apa-apakan kalau gue jemput lo."

"Iya gak apa-apa." jawab Kasih dilisan.

****

Saat akan berangkat, Taran memberi peringatan sama Romeo, "Ingat ya, hati-hati kamu bawa motornya, kalau sampai terjadi apa-apa sama adikku, aku akan mencarimu sampai ke ujung dunia sekalipun." sebagai seorang kakak yang menyayangi adiknya, wajar saja kalau Taran mengatakan hal tersebut.

Romeo bukannya takut dengan ancaman Taran, dia malah berkata dengan mantap, "Iya bang, tenang saja, Kasih aman kok bersama saya." janji Romoe dengan penuh tanggung jawab.

"Aku pegang janjimu.

Motor Romeo dan motor matic milik Taran berjalan beriringan, dua motor tersebut melaju berlawanan arah, motor Romeo melaju menuju sekolahnya, sedangkan motor Taran melaju menuju kampusnya.

Terjadi obrolan sepanjang perjalanan menuju sekolah antara kedua remaja itu.

"Romeo."

"Hmmm."

"Lain kali jangan jemput gue lagi."

"Kenapa emangnya."

"Ya gak ada, guekan bisa berangkat sendiri."

"Kalau gue mau jemput elo gimana."

"Ihh pokoknya jangan."

"Emangnya kenapa sieh, sebagai temankan gue ingin berbaik hati ngejemput lo."

"Ntar orang ngiranya kita itu pacaran lagi, lo lihat sendirikan tadi, keluarga gue saja nganggapnya kita itu pacaran."

"Ohh, jadi maksud lo, lo maunya kita pacaran gitu."

Kasih jadi kesel sendiri mendengar kata-kata Romeo yang tidak nyambung, "Dihh, apaan sieh lo, gak nyambung deh."

Romeo tertawa, "Haha, canda ferguso, gitu aja ngambek."

Kasih mendengus.

"Tapi kalau lo mau jadi pacar gue, gue akan...."

Dukk

Romeo menghentikan ucapannya saat bahunya dipukul dari belakang oleh Kasih, "Jangan ngaco lo ya."

"Duhh iya iya sorry, lo itu ya orangnya seriusan amet, gak bisa gitu diajak bercanda, ingat ya Kasih, hidup itu butuh hiburan, jangan serius mulu donk nanggapin segala sesuatu."

"Iya bawell." sungut Kasih, "Sekarang lo lebih baik fokus saja tuh ke jalan, ntar nabrak lagi."

"Baiklah, lagian gue juga sudah janji juga sama abang lo yang jutek itu untuk membawa lo sampai dengan selamat."

"Nah itu lo ingat, makanya sekarang berhenti ngoceh."

"Oke tuan putri, perintah dilaksanakan."

*****

Dika cs memang hobi banget deh nongkrong diparkiran sembari menunggu bell masuk, seperti yang saat ini keempat remaja laki-laki itu lakukan.

"Gimana kaki lo Gil." Dika bertanya tentang keadaan kaki Ogil yang kemarin cedera.

"Yahh sudah lumayanlah, tidak sesakit kemarin sieh."

"Kalau gue jadi elo ya Gil." Reza menimpali, "Gue gak akan masuk, tidur saja dikamar seharian sambil main game, surga banget deh itu." Reza benar-benar mengajarkan ajaran sesat.

"Gue gak kayak lo ya Za, guekan murid teladan, jadi ya, dalam kondisi dan situasi apapun akan tetap masuk sekolah."

Tepat saat itu, keempat remaja itu melihat motor Romeo yang melaju menuju parkiran, dan yang membuat mata Dika melebar adalah, gadis yang duduk diboncengan motornya Romeo.

"Hehh, bukannya gadis yang dibonceng oleh Romeo adalah Kasih." komen Ogil.

"Iya itu Kasih." Vino membenarkan.

Ketiga anak laki-laki itu kemudian menatap Dika.

"Dik, apa Romeo dan Kasih pacaran."

Kebanyakan orang selalu berfikiran kalau melihat laki-laki membonceng cewek sudah pasti difikiran mereka kalau tuh orang pacaran.

"Mana gue tahu, tapi sepertinya sieh gak, karna Romeo bilang dia dan Kasih hanya temenan doank." meskipun bilang begitu, Dika merasa kesal melihat Kasih bersama dengan Romeo, ya kesallah dia, bukan kesal lagi sieh, tapi lebih tepatnya sieh dia itu cemburu, cemburu karna diakan suka sama Kasih.

"Kok bisa ya mereka dekat begitu."

"Apa jangan-jangan Romeo suka kali ya sama Kasih, tuh anak terlihat mepet Kasih mulu deh."

Kembali mereka bertiga melirik ke arah Dika yang wajahnya memerah karna cemburu, apalagi saat mendengar ucapan ketiga sahabatnya itu.

"Dik, saran gue, lo harus bergerak cepat sebelum Romeo mendahului elo menyatakan perasaannya sama Kasih." Vino menyarankan, tentunya dia tidak ingin sahabatnya itu patah hati hanya karna Kasih jadian sama Romoe.

"Benar Dika, gue rasa ini sudah waktunya lo mulai menunjukkan rasa suka lo sama Kasih, masak lo kalah sama Romeo seih, padahalkan Romeo baru kemarin masuk, dia tidak hanya dekat dan bisa menjemput Kasih, tapi tuh anak juga sudah mengambil hati ibunya Kasih."

Dika tidak mau mengakui akan kekalahannya tersebut, tapi memang itulah kenyataannya, dirinya terlalu pengecut, hanya bisa mengagumi Kasih dan memendam perasaannya saja, sedangkan Romeo yang baru saja bertemu dengan Kasih bisa berboncengan dengan Kasih, hal itukan merupakan salah satu impiannya.

Cowok-cowok itu menutup mulut mereka saat Romeo memarkir motornya tepat didepan motor Dika, dan Kasih langsung turun dan menyapa keempat remaja tersebut.

"Hai semuanya." sapanya.

"Hai Kasih." balas Ogil sedangkan yang lainnya hanya mengangguk.

"Hai Dika." sapa Kasih secara khusus, gadis itu tersenyum pada Dika.

Senyum Kasih itu mampu mengembalikan mood Dika yang tadi sempat rusak.

"Hai Kasih." balas Dika juga tersenyum.

"Pagi semuanya." Romeo juga menyapa setelah dia melepaskan helmnya.

"Pagi Rom." balas yang lainnya.

"Gue duluan ya ke kelas." pamit Kasih yang diangguki oleh kelima anak laki-laki itu.

"Cerah nieh ya wajah lo Rom, lo sepertinya tengah berbahagia." Ogil mulai memancing pertanyaan.

"Masak sieh, perasaan gue biasa aja deh." emang Romoe tidak lagi merasa bahagia kok, suasana hatinya saat ini B aja.

"Jangan bohong deh lo Rom, lo lagi jatuh cintakan." Vino turut menimpali.

"Akhh sok tahu lo, lagian kalau gue jatuh cinta, jatuh cinta sama siapa."

"Ya Kasihlah." tembak Dika, saat mengatakan hal tersebut, suaranya terdengar sinis.

"Hahaha." Romeo malah tertawa mendengar kata-kata Dika.

Dika mengerutkan kening karna tidak mengerti penyebab Romeo tertawa, padahal menurutnya, kata-katanya barusan tidak ada yang lucu.

"Kenapa lo ketawa Rom."

"Habisnya lo lucu, masak lo bilang gue jatuh cinta sama Kasih, gue dan Kasih itu cuma temenan." padahal kemarin dia juga sudah bilang sama Dika kalau dan Kasih hanya temenan donk, dan sekarang malah Dika menuduhnya jatuh cinta sama Kasih, "Lagian juga ya, gue dan Kasih itu baru kenal, ya kali gue bisa jatuh cinta secepat itu sama Kasih."

"Tapi lo ada rencana." kejar Reza.

"Ya gak sieh, gue sudah nyaman berteman dengan Kasih."

Kata-kata Romeo itu sukses membuat Dika mendesah lega sekaligus merasa bersalah sama Romeo, karna dia sempat ada rasa marah sama Romeo karna beranggapan kalau Romeo menyukai gadis yang dia cintai.

"Lo tahu istilah tidak ada pertemanan yang murni antara cowok dan cewek gak Rom, salah satu diantara keduanya pasti ada yang menaruh rasa."

"Lo kenapa sieh Vin, lo suka ya sama Kasih." gara-gara kata-kata Vino barusan sehingga Romeo beranggapan kalau Vino suka sama Kasih, padahal yang sukakan Dika.

"Ya gaklah." bantah Vino cepat sembari menoleh pada Dika, orang yang suka sama Kasih yang sesungguhnya, "Kenapa lo bisa berfikir begitu."

"Ya habisnya setiap kata yang elo lontarkan kayak gak suka gitu gue berteman dengan Kasih."

"Gue tentu saja gak suka sama Kasih dan ya udahlah, kalau lo mau berteman dengan Kasih, ya berteman saja, iya gak Dik."

"Hmm." gumam Dika, yah sebenarnya sieh dia gak suka kalau gadis yang dia suka memiliki teman cowok, tapi emangnya dia siapanya Kasih pakai tidak suka segala, dia hanya laki-laki pengecut yang tidak berani mengungkapkan perasaannya.

"Kenapa lo pakai nanya Dika segala."

"Ya ingin saja."

Romeo hanya mengangguk-angguk tidak mengerti.

****

Hari ini saat pelajaran bahasa Indonesia, guru bahasa mereka yaitu pak Syamsudin memberikan anak-anak IX IPS 3 tugas berkelompok yang anggotanya adalah masing-masing dua orang.

"Semoga gue satu kelompok sama Romeo, semoga gue satu kelompok sama Romeo." pinta Ria dengan penuh harap, dia benar-benar ingin satu kelompok dengan Romeo supaya dia bisa lebih dekat dengan laki-laki yang dia sukai itu.

Kasih yang duduk didekat sahabatnya bisa mendengarkan keinginan Ria meskipun diucapkan dengan sebuah bisikan, dia hanya bisa menggeleng melihat tingkah sang sahabat, "Dasar Ria."

Ketika kita sangat berharap tentang sebuah keinginan, biasanya keinginan tersebut kebanyakan tidak akan terkabul, begitu juga dengan Ria, dia yang mati-matian ingin satu kelompok dengan Romeo harus menahan pil kekecewaan tatkala pak Udin tidak memasangkannya dengan laki-laki yang dia inginkan.

Bahu Ria merosot, Kasih tersenyum tipis dan menepuk-nepuk punggung sang sahabat, "Sabar lo, mungkin belum jodohnya saja."

"Hmm, padahal gue berharap banget sik Udin itu memasangkan gue dengan Romoe."

"Husss, jangan panggil guru begitu, gak sopan."

Sementara itu Kasih sendiri dipasangkan bersama dengan Dika, Dika rasanya senang bercampur deg-degan saat mengetahui kalau teman satu kelompoknya adalah Kasih, senang karna dia bisa memiki waktu berdua dengan Kasih saat mengerjakan tugas, deg-degan karna.

Mendengar siapa teman kelompoknya, Kasih langsung menoleh kebelakang ke arah dimana Dika duduk, bagi Kasih, siapapun teman kelompoknya dia sieh oke saja.

Kasih tersenyum tipis sama Dika untuk mengatakan kalau dia siap bekerjasama dengan Dika menyelsaikan tugas yang akan diberikan oleh pak Udin.

Dika balas tersenyum dengan hati yang berbunga-bunga, dengan satu kelompok, dia akan mempunyai kesempatan untuk mengobrol lebih banyak dengan Kasih.

"Akhirnya setelah sekian lama, Tuhan membukakan jalannya untuku supaya bisa lebih dekat dengan Kasih." ujarnya penuh syukur dalam hati."

****

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!