KUE COKLAT

Saat bell istirahat berbunyi, Dika langsung dah tuh menghampiri Kasih, dia hanya ingin sekedar menanyakan tentang kondisi Kasih.

"Kas."

Kasih mendongak saat mendengar namanya dipanggil, dan matanya langsung bertemu dengan mata hitam legam milik Dika, seketika hal tersebut membuat jantung Kasih berdebar hebat, akhir-akhir ini, keberadaan Dika didekatnya tidak baik untuk kesehatan jantung Kasih, jantungnya jadi mudah kaget dan juga berdebar hebat.

"Ha...hai Dika." Kasih jadi gugup.

"Lo baik-baik saja."

"I...iya Dika, gue baik-baik saja kok."

"Ahh syukurlah, lega gue dengarnya, gue khawatir saat mengetahui kalau lo sakit."

"Dia ternyata beneran khawatir sama gue." Kasih tentu senang mengetahui akan fakta tersebut, "Apa ini sebuah pertanda ya kalau dia beneran suka sama gue." Kasih bener-bener berharap akan hal tersebut.

"Cuma penyakit bulanan biasa doank kok Dik, bukan sesuatu yang patut untuk dikhawatirin, tapi makasih ya karna elo khawatir sama gue."

"Iya Kas, sama-sama."

"Oh ya, Lo butuh sesuatu gak, ehh maksud gue, ada sesuatu yang ingin lo makan gak, biar gue beliin, lo mending duduk saja dikelas ya." ujar Dika penuh perhatian.

"Cie Dika, perhatian banget sieh sama Kasih." goda Ria yang membuat Dika jadi salting.

"Apaan sieh lo Ria." Kasih jadi malu-malu.

"Tidak usah Dika, gue gak mau ngerepotin elo, tapi terimakasih ya karna elo telah menawarkan." tolak Kasih halus.

"Ohh gitu ya." disini Dika terlihat agak kecewa sedikit, padahalkan dia sangat berharap kalau Kasih ingin apa gitu supaya dia bisa membelikannya untuk Kasih sebagai salah satu cara untuk mendapatkan hatinya Kasih, tanpa melakukan hal tersebut, Dika sebenarnya perlahan tapi pasti sudah mulai berhasil mendapatkan hati Kasih.

"Tapi Kas, kalau lo butuh apa-apa, kasih tahu gue, lo masih nyimpen nomer guekan."

"Iya Dik."

Dika tersenyum mengetahui akan hal tersebut.

"Dik, Kasih doank nieh yang ditanyain, gue gak gitu." canda Ria.

"Sorry Ri, emang lo mau apa, ntar sekalian gue beliin." Dika merasa tidak enak juga dengan Ria.

"Hehe." Ria nyengir, "Cuma bercanda kok gue Dik, duhh elo itu ya, jangan terlalu serius ametlah nanggepin sesuatu."

Dika tersenyum miring, dia kemudian pamit pergi, "Gue keluar duluan kalau gitu ya."

Kasih dan Ria kompakan mengangguk.

"Tuhkan benar." seru Ria saat Dika sudah tidak terlihat, "Dika itu perhatian banget sama elo Kas, beneran kayaknya tuh dia suka elo, elahh, kok gue ya yang baper."

"Jangan ngadi-ngadilah Ri, Dikakan emang baik gitu orangnya sama semua orang." Kasih berusaha membantah untuk mematahkan harapan dalam hatinya, dia hanya takut Dika hanya sekedar memberikan harapan palsu saja yang nantinya akan berpotensi membuat hatinya sakit dikemudian hari.

"Perasaan, ini untuk pertamakalinya lho gue lihat Dika baik sama orang, selama yang gue kenal, Dika itukan orangnya kulkas banget deh Kas, makanya sampai sekarang tuh anak tidak pernaj terdengar punya pacar meskipun banyak yang suka sama dia."

Kasih memang membenarkan apa yang dikatakan oleh Ria, Dika emang kulkas gitu orangnya, bahkan Kasih juga sangat tahu kalau Dika sering mengacuhkan cewek-cewek disekolahan yang berusaha menarik perhatiannya.

"Ya siapa tahu gitu dia punya pacar kali Ri dan Dika gak mau dipublikasikan."

"Ya gak mungkinlah Kas, kalau dia punya pacar, ngapain coba dia perhatian sama lo."

"Kan sebagai teman."

"Teman kelas yang jarang banget gitu ngomong, ya gak mungkinlah, gue jugakan teman kelasnya, tapi dia gak perhatian tuh sama gue saat gue sakit satu mingggu yang lalu, ini sieh fik kalau Dika emang beneran suka sama elo."

"Ahh tahu akhh Ri, jangan bahas itu lagi deh." putus Kasih, "Karna itu bisa membuat gue tambaj makin berharap saja sama Dika." tambahnya dalam hati.

"Benar juga lo, lebih baik gue merhatiin perut gue saja yang sudah meronta-ronta minta diisi." Ria mengelus perutnya dari balik kemeja putihnya.

"Lo mau ke kantin atau nunggu disini, ntar gue beliin apa yang lo inginkan." Ria menawarkan diri.

"Gue disini saja deh Ria, gak kuat gue kayaknya kalau harus ke kantin."

"Oke baiklah, lo tunggu ya Kas, gue akan segera kembali." setelah mengatakan hal tersebut, Ria pergi meninggalkan Kasih sendirian.

Setelah kepergian Ria, Romeo yang ternyata masih berada dikelas mendekati Kasih, dan duduk disamping gadis tersebut, Romeo datang tidak dengan tangan kosong tapi membawa sesuatu ditangannya.

"Masih sakit perutnya." tanyanya.

"Hmmm, gak sesakit tadi pagi sieh."

Romeo kemudian memberikan sebuah kotak taperware bening yang didalamnya berisi kue coklat, "Niehh makan, lo laparkan."

Kasih tidak serta merta mengambil kue yang disodorkan oleh Romeo, dia menatap Romeo, tatapan Kasih mengandung pertanyaan yang artinya kira-kira begini, 'Lo dapat kue itu darimana, lokan gak keluar sejak tadikan'

Romeo yang tahu makna dari pandangan Kasih tanpa membuka bibirnyapun menjawab, "Itu pemberian dari salah satu fans gue, beberapa hari ini ada saja yang ngirimin gue makanan, entah itu coklat, kue, dan apalah itu namanya."

"Beruntung ya elo dapat kiriman makanan, bisa untuk ngrit uang jajan elo."

"Tapi gue gak butuh sieh Kas dikirimin makanan tiap hari, toh guekan bukan orang yang gak mampu beli juga."

"Penggemar lo tahulah itu, tapi mereka itu ngirimin elo ini itu sebagai bentuk perhatian gitu lho, atau mungkin lebih tepatnya adalah untuk mengambil hati elo."

"Iya sieh lo benar, tapi gue gak tertarik tuh sama mereka."

"Kenapa, lo masih keingat sama mantan lo itu ya, siapa itu namanya Rom."

"Nayla."

"Iya sik Nayla itu, lo masih cinta ya sama mantan lo itu, makanya lo gak bisa membuka hati elo untuk yang baru."

"Ya gaklah, gue itu udah move on ya Kas, pantang banget gue menaruh rasa sama yang namanya pengkhianat."

"Dihh, lagak lo, padahal kemarin itu ya waktu sik Nayla nyamperin elo, kelihatan banget lho masih ada binar cinta dimata elo untuk sang mantan."

"Ihh gak ya, gue itu benar-benar sudah move on Kasih, move on." Romeo ngeles, kalau dibilang kalau dia sudah melupakan Nayla, tentu saja dia belum sepenuhnya bisa melupakan Nayla, biar bagaimanapun, Nayla pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya, wanita yang pernah memberikannya kebahagian sampai kemudian Nayla memilih untuk menghancurkannya dengan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

"Gak ngaku lagi."

"Lo mending makan gieh, nieh kue kelihatannya enak deh." Romoe memilih untuk memutus topik tentang sang mantan karna itu bukanlah hal yang penting yang harus mereka bahas.

Romeo kemudian membuka tutup taperware tersebut, maka terpampanglah sebuah kue coklat yang bisa membuat air liur menetes, Kasih bahkan menelan air liurnya sendiri karna tergiur dengan kue tersebut.

"Hmmm, aromanya saja enak banget." gumam Romeo, dia kemudian mengambil satu potong dan menyerahkannya pada Kasih, "Neih makan."

Kasih yang tergiur dengan kue tersebut tentu saja menerima pemberian tersebut dan langsung melahapnya, dan kue itu memang beneran enak sesuai dengan tampilannya.

Romeo mengambil satu lagi dan kemudian mengarahkannya ke mulutnya.

"Ehmmm, beneran enak ternyata."

"Tadi sieh diatas tutupnya ada pesan yang mengatakan, 'Jangan lupa dinikmati ya Romeo, ini gue yang bikin lho' mengingat enaknya kue ini, gue gak percaya kalau sik pengirim yang bikin sendiri, pasti tuh anak belinya ditoko kue, secara, gadis zaman sekarang jarang yang bisa masak, apalagi bikin kue." ujarnya meragukan pesan yang dikirim bersamaan dengan kue yang saat ini tengah dimakan.

"Lo itu, sudah dikirimin, ngata-ngatain lagi, bener-bener gak ada terimakasihnya ya." sahut Kasih ditengah kunyahannya.

"Lha, itu emang faktakan, lo sendiri, emang bisa masak."

"Ya bisalah."

"Masak apa."

"Masak aer dan mi instan, hehe." Kasih nyengir.

"Dihh, itukan bukan sesuatu yang patut untuk dibanggakan, ntar kalau lo udah nikah, masak tiap hari suami elo dicekcoki sama mi instan mulu."

"Ya kalau gue udah nikah nantinya, ya gue cari ARTlah, gitu aja kok repot."

"Kalau gue ya, gak bakalan mau sama wanita yang gak bisa masak kayak elo, rugi bandar donk, masak istri gak bisa nyenengin hati suami dengan masakannya, tiap hari harus dimasakin sama ART melulu."

Kasih tidak mau kalah dan menjawab, "Gue juga ogahlah ya punya suami kayak lo."

Lha nieh anak dua, masih saja bocil pembahasannya malah tentang nikah-nikahan lagi.

"Ehh, kok jadi ngaco gini sieh, duhh ini gara-gara elo nieh Rom."

Mereka berdua kemudian tertawa bersama tepat saat Ria kembali memasuki kelas, dia mengerutkan kening saat melihat Kasih dan Romoe tertawa dan terlihat akrab.

"Apa sieh yang mereka tertawakan, akrab banget deh." batinnya sembari melangkahkan kakinya mendekat.

"Ehh Ria, lo udah balik, sini-sini cepat." Kasih melambai-lambaikan tangannya untuk meminta Ria mempercepat langkahnya.

"Ini kue coklat pemberian dari penggemarnya Romeo, enak lho." Kasih mengarahkan jari telunjuknya pada kotak yang masih tersisa kue coklat yang masih tinggal setengahnya, "Lo cobain deh Ri." Kasih mengambil satu potong dan memberikannya sama Ria.

"Enakkan Ri." tanya Kasih saat dia melihat tuh kue masuk ke mulut Ria.

Ria mengangguk, "Iya enak Kas."

"Ehh Rom, sana gieh balik ke bangku elo, Ria mau duduk nieh." Kasih mengusir Romeo.

Belum sempat Romeo buka mulut, Ria lebih dulu menahannya, "Lo disini saja Rom, gak usah pergi." Ria kemudian menarik salah satu bangku ke arah mejanya dan duduk.

"Nahh ginikan enak."

Mereka bertiga kemudian ngobrol santai dan terlihat akrab, Romoe yang notabennya adalah murid baru memang sangat mudah untuk mengakrabkan diri.

"Senang ya Kas jadi Romeo, sering dapat kiriman makanan, yahh kita, mana ada yang pernah ngasih."

"Kalau kalian mau, kalian bisa mengambil setiap makanan yang dikirim oleh gadis-gadis yang menggemari gue, kalau lo lihat makanan dimeja gue, lo pada gak perlu sungkan, ambil saja." ujar Romeo bermurah hati.

"Gak deh." tolak Kasih, "Itukan buat elo dari penggemarnya elo, ntar kalau kita embat yang ngirim kecewa lagi, ya walaupun lo memang mau ngasih ke kita-kita nieh, tapi minimalnya lo makan sedikitlah."

"Hmmm." respon Romeo, karna memang intinya dia tidak pernah ingin dikirimi apapun karna dia memang berasal dari keluarga yang berkecukupan.

"Tadi lo bilang enak jadi gue, giliran gue mempersilahkan lo ngambil, lonya gak mau."

"Bukannya gak mau, tentu saja gue dan Ria mau banget, siapa sieh yang tidak suka dengan yang gratisan, hanya saja, lo minimalkan kek walaupun cuma sedikit agar tuh yang mengirim makanan untuk elo tidak kecewa."

"Hmmm." respon Romeo yang tidak mau memperpanjang masalah tersebut.

*****

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!