Ibu Mira tampak kebingungan, dia memandang putrinya dan Romeo bergantian.
Kasih buru-buru memberi penjelasan, "Mmm, maksudnya gini lho mami, Kasih dan Romeo ini memang teman, tapi bukan teman yang sebenarnya." nah lho, penjelasan Kasih makin membuat ibunya makin tambah bingung saja, sepertinya Kasih memang tidak berbakat jadi sales.
"Kalian berteman, tapi bukan teman yang sesungguhnya itu apa artinya."
"Gini lho tante maksudnya Kasih, kita itu teman satu kelas, tapi gak akrab karna saya murid baru dan baru hari ini masuk." nah kalau penjelasan Romeo baru jelas.
"Ohh teman sekelas tapi gak akrab gitu."
"Iya tante."
"Karna kamu adalah teman kelas anak saya meskipun tidak akrab, bagaimana kalau kamu mampir." ibu Mira menawarkan.
"Mmmm, apa tidak merepotkan tante."
"Ohh tentu saja tidak..mmm siapa nama kamu nak."
"Romeo tante."
"Ohh iya Romeo, kamu itu tampan sekali lho Romeo, wajahmu itu sangat mendeskrupsikan namamu ." ibu Mira memuji yang membuat Romeo jadi tersenyum malu-malu.
Kasih yang tidak setuju dengan ide sang ibu berusaha untuk membatalkan niat tersebut, "Mi, mungkin Romeo harus segera pulang, mungkin ada hal yang harus dia kerjakan."
"Benar itu Romeo." ibu Mira mengkonfirmasi.
"Tidak tante, saya saat ini tidak dalam keadaan terburu-buru kok." bantah Romeo telak.
"Ihh nieh anak kenapa gak pulang saja sieh dia, malah mau lagi nerima tawaran emak gue." kesal Kasih dalam hati.
"Tuh kamu dengar Kasih, Romeonya lagi tidak ada kegiatan, jadi yuk masuk nak, tante udah masak lho, kamu makan siang disini ya."
Romeo terlihat malu-malu tapi mau, "Mmm, apa tidak merepotkan tante."
"Duhh, kan tante sudah bilang barusan, kamu itu tidak ngerepotin lho Romeo, tante malah senang lho, ayok ayok masuk." ibu Mira bahkan merangkul lengan Romeo dan membawanya masuk ke dalam rumahnya.
Kasih hanya mendesah melihat kelakuan ibunya, "Ihh ibu nieh, kan gak perlu segitunya juga kali." Kasih kemudian juga ikut masuk ke rumahnya.
****
Taran baru pulang kuliah, dia agak heran saat melihat sebuah motor mahal dan pastinya keren terparkir didepan rumahnya.
"Motornya siapa nieh." bertanya-tanya pada diri sendiri, "Gak mungkin pacar Kasihkan."
Dan karna tidak tahan penasaran dan daripada bertanya-tanya pada diri sendiri, Taranpun masuk untuk melihat siapakah tamu tersebut, dari depan dia bisa mendengar suara ibunya dan suara seorang laki-laki tengah berbincang diruang makan.
"Jangan bilang kalau yang punya motor itu adalah selingkuhannya ibu." Taran jadi suudzon sama ibunya sendiri, "Yang benar saja ibu selingkuh, udah keriput disana-sini lagi, dan kalau iya beneran ibu selingkuh, masak iya motor selingkuhannya sekeren itu, selain keren, tuh motorkan mahal, hanya orang kaya yang mampu membelinya, masak iya ada orang kaya yang mau sama ibu, orang kaya gak mungkin seleranya seperti ibu yang wajahnya B aja, apalagi sekarang ibu sudah tua." makin menjadi-jadi tuh praduga Taran.
Taran tidak langusung masuk ke ruang makan, dia sedikit melongokkan kepalanya untuk mengintip sedikit, dan dia bisa melihat ibunya tengah tersenyum sama anak berseragam SMA sambil menepuk-nepuk lengan tuh anak.
"Astagfirullah, yang benar saja sik ibu, udah selingkuh, selingkuhnya sama berondong lagi."
Saat dia akan masuk dan mengegep ibunya, punggungnya ditepuk dari belakang yang membuat Taran otomatis berbalik.
"Kasih."
"Abang ngapain sieh pakai ngintip-ngintip segala, dirumah sendiri kok kayak maling."
"Itu ibu sama siapa."
"Itu Romeo teman kelas aku."
"Pacar kamu."
"Aku bilangnya teman ya abang, bukan pacar."
"Biasanyakan anak remaja zaman sekarang, bilangnya teman sama keluarganya, ehh tahunya pacar."
"Apaan sieh abang, gak jelas banget deh ngomongnya, orang itu beneran teman sekelas Kasih kok." Kasih kemudian melewati Taran masuk ke ruang makan, dan Taran juga ikut mengikuti adiknya.
Taran bisa melihat adiknya berjalan dengan terpincang-pincang, itu tentunya membuat Taran bertanya, "Kaki kamu kenapa."
"Kecelakaan." Kasih menjawab sambil lalu.
"Ehh Taran putraku, calon dokterku, sudah pulang kamu nak." ibu Mira benar-benar mengatakan kalimat tersebut dengan bangga, ya iyalah bangga, salah satu anaknya adalah calon dokter.
Taran tidak melepas tatapannya sama laki-laki yang duduk disamping ibunya itu yang saat ini tengah menyuap makanan ke mulutnya.
Taran mengambil tempat duduk disamping adiknya, sementara Taran masih memperhatikan laki-laki yang kini tepat berada didepannya, sedangkan Kasih mengambil nasi dan lauk pauk.
Mengerti arti dari pandangan putra sulungnya itu, ibu Mira memperkenalkan, "Ini Romeo Taran, dia teman adikmu, dia juga yang membelikan adikmu sepeda baru, dan Romeo, itu Taran, putra sulung ibu yang juga sekaligus calon dokter, hebatkan."
Romeo menoleh ke arah Taran yang merupakan kakaknya Kasih, seperti yang dia lakukan sama ibu Mira saat pertama bertemu, Romeo juga mengangguk sebagai sebuah kesopanan kepada Taran, "Halo kak, perkenalkan saya Romeo."
Namun bukannya membalas sapaan Romeo, Taran malah kepo dengan kenapa bisa teman adiknya itu sampai membelikan Kasih sepeda, Taran jadi berfikir anatra laki-laki tersebut dengan sang adik ada sebuah hububgan spesial namun tidak mau diungkapkan, karna kalau tidak, kenapa bisa Taran membelikan Kasih sepeda.
"Dia membelikan Kasih sepeda baru." tunjuk Taran pada Romeo, "Kenapa dia membelikan sepeda baru."
"Itu untuk mengganti sepedaku yang rusak abang." Kasih yang menyahut.
Taran terlihat bingung, kemudian ibu Mira mengambil alih menceritakan kejadian yang dialami oleh Kasih.
"Apa, kamu disrempet sama dia, itu sebabnya jalan kamu jadi terpincang-pincang begitu."
Kasih mengangguk untuk membenarkan.
"Kenapa kamu malah diam saja, kenapa tidak bawa perkara ini ke kantor polisi, bodoh sekali, mau-maunya hanya disogok dengan sepeda." wah, Taran sepertinya tidak begitu saja menerima ini semua dengan lapang dada, tidak seperti ibunya dan juga Kasih yang tidak terlalu memperdulikan akan hal tersebut.
"Mmm, saya benar-benar minta maaf atas kejadian itu bang, saya benar-benar tidak sengaja." Romeo meminta maaf secara khusus pada Taran karna kakak Kasih itu terlihat marah.
"Terus kamu fikir dengan minta maaf semuanya selesai begitu saja, tetap saja semua ini harus dibawa ke kantor polisi, agar kamu tidak seenaknya dalam berkendara, jangan mentang-mentang motor kamu keren jadi kamu fikir itu jalan adalah milik kamu." lha ini sik Taran ngadi-ngadi deh, orang semuanya sudah diselsaikan secara kekeluargaan dia malah ngotot ingin membawa hal ini ke kantor polisi, ya maklum sieh sebenarnya, sebagai seorang kakak yang menyayangi adiknya, wajar saja kalau Taran mengkhawatirkan adiknya dan ingin membawa hal ini kepolisi.
"Kamu ini apa-apan sih Taran, orang adik kamu tidak kenapa-napa kok, lagian untungnya Romeo mau bertanggung jawab dengan mengganti sepeda adikmu dan mengantarkan adikmu pulang, dia tidak meninggalkan adikmu begitu saja di jalanan." timpal ibu Mira.
"Iya bang, hal begini tidak usah diperpanjanglah, lagian cuma luka kecil doank kok." kasih menyambung, "Kan kasihan Romeonya kalau perkara begini sampai dibawa ke kantor polisi segala."
Taran sieh masih belum terima, apalagi sik penabrak sampai dikasih makan segala oleh emaknya, tapi dia bisa apa kalau ibunya dan juga orang yang ditabrak dalam hal ini adalah Kasih sudah memaafkan Romeo, jadi dia hanya menghembuskan nafas berat.
"Maaf ya nak Romeo kalau Taran membuat nak Romoe menjadi tidak nyaman."
"Ohh, tidak apa-apa kok tante." malahan justru Romeolah yang merasa tidak enak mengingat dia sudah menabrak Kasih dan sekarang ibunya baik banget lagi pakai ngasih dia makan segala, hal ini membuat Romeo terharu mengingat dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ibu sejak ibunya memilih untuk meninggalkannya sejak dia masih duduk dikelas 4 SD, sekarang Romeo tinggal dengan ayahnya saja, laki-laki yang gila kerja sehingga tidak pernah memperhatikan Romeo apalagi memberikan kasih sayang kepada putra tunggalnya tersebut, Romoe hanya dilimpahi oleh materi dan materi, tapi bukan itu yang diharapkan oleh Romeo, dia tidak butuh kemewahan dan uang yang tiap bulan masuk ke rekeningnya, sebagai seorang anak, dia juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari papanya, sayangnya laki-laki yang berstatus sebagai papanya itu lebih sayang pekerjaannya daripada dirinya.
"Ayok makan lagi nak, makan yang banyak ya agar kamu sehat, apa mau tambah lagi nasinya hemm." ibu Mira benar-benar perhatian deh sama Romeo, mungkin karna sejak dulu dia ingin punya keturunan yang cakep, tapi kedua anaknya malah memiliki wajah yang B aja, ya wajar sajalah, orang cetakannya saja begitu, ya anaknya juga ya begitulah.
"Terimakasih tante." Romeo tidak menolak, meskipun makanan yang dihidangkan oleh ibu Mira memang sederhana, tapi makanan itu terasa nikmat, mungkin karna ibu Mira memasaknya dengan perasaan kali.
"Masakan tante enak sekali." Romeo memuji, bukan hanya sekedar basa-basi, tapi masakan itu memang enak beneran, kalau disuruh memilih antara masakan restoran bintang lima dengan masakan ibunya Kasih, tentunya Romeo akan memilih masakan ibunya Kasih.
Mendapat pujian begitu membuat ibu Mira jadi tersanjung, pasalnya, sejak 10 tahun terakhir ini, baik suaminya dan juga anak-anaknya tidak pernah ada yang memuji masakannnya.
Perhatian dari ibu Mira yang tidak pernah dia dapatkan dari mamanya membuat mata Romeo berkaca-kaca, bahkan sebulir kristal bening merembas dari sudut matanya, Romeo buru-buru menghapusnya, dia tidak ingin Kasih dan keluarganya tahu kalau dia menangis.
"Jangan sungkan nak Romeo, kamu bisa datang tiap hari ke rumah tante, tante akan masak untuk kamu."
Sementara Taran dan Kasih saling melempar pandangan satu sama lain karna tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh ibu mereka.
"Ishh, mami ini apa-apaan sieh, padahal baru saja ketemu sama Romeo, sudah dianggap seperti anaknya sendiri." batin Kasih.
"Sekali lagi terimakasih tante, tante baik sekali."
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments