Quinn keluar kamar dengan mata yang masih ngantuk. Baru seminggu ada di pulau tapi rasanya seperti setahun. Quinn kangen rutinitasnya di kota. Wanita itu juga sudah tidak sabar untuk memberi tahu kedua orang tuanya kalau dia baik-baik saja.
"Kenapa para pembunuh tidak juga muncul? Apa mereka tahu kalau aku ada di sini jadi mereka takut?" batin Quinn sembari melangkah ke pintu. Pagi ini Quinn tidak melihat Tante Su. Wanita itu berusaha mencari ke pinggiran pantai karena biasanya Tante Su selalu ada di sana untuk mencari ikan bersama Eli.
Quinn menginjak pasir pantai sambil sesekali menendang pasir itu. Wanita itu tertawa ceria. Sederhana tapi cukup membuatnya bahagia. Langkah Quinn langsung terhenti ketika dia melihat sebuah kapal berhenti di tengah laut. Kapal yang cukup besar menurut Quinn. Beberapa boot kini menuju ke pulau tempatnya berada.
"Apa mereka para pembunuh?" batin Quinn. Wanita itu langsung bersembunyi untuk memastikannya. Namun dia tidak jadi khawatir ketika melihat Tante Su dan warga lain juga ada di pinggiran pantai. Mereka semua seperti sedang menyambut tamu yang baru saja datang.
"Apa itu pria yang selama ini mereka panggil sebagai Tuan Besar? Memangnya seperti apa sih dia. Kenapa semua selalu memuji kebaikannya?" Quinn memperhatikan satu persatu boot yang kini sangat dekat dengan pantai. Kedua matanya membulat lebar ketika melihat Dimitri turun dari salah satu boot yang baru saja mendarat itu. "Dia? Kenapa harus dia lagi?"
Quinn terus saja memperhatikan rombongan yang baru tiba. "Pantas saja Eli memujinya. Sebenarnya dia tampan, hanya sedikit menyebalkan saja," ujar Quinn pelan.
Quinn masih belum tahu kalau Dimitrilah yang sudah menculiknya waktu itu. Namun, ketika Quinn melihat beberapa anak buah Dimitri yang kini mendampinginya. Wanita itu jadi tahu kalau sebenarnya Dimitrilah dalang dari penculikannya di kapal.
"Sial! Ternyata dia! Aku benar-benar sial setiap kali bertemu pria. Kemarin di sakiti sekarang di culik." Quinn duduk di atas pasir sambil berpikir. "Dia tidak boleh tahu kalau aku ada di pulau ini. Bisa-bisa dia akan menculikku lagi nanti. Sebaiknya sekarang aku segera pulang saja. Tante Su pasti akan curiga jika aku menghilang seperti ini."
Quinn segera berlari menuju ke rumah. Dimitri sempat memandang ke arah Quinn. Namun hanya punggungnya saja yang terlihat. Pakaian yang dikenakan oleh Quinn membuat Dimitri berpikir kalau wanita itu adalah penduduk asli di pulau tersebut.
"Tuan, selamat datang kembali. Saya senang bisa melihat anda dalam keadaan sehat," ucap Tante Su dengan senyuman.
"Bagaimana keadaan pulau? Apa aman?" Dimitri memasukkan tangannya ke saku sebelum melangkah.
"Aman, Tuan. Oh iya, apa anda mau makan? Kami akan memasakkan menu kesukaan anda, Tuan. Dan berapa lama anda menginap kali ini?"
Dimitri diam sejenak. Pria itu seperti sedang mempertimbangkan keputusannya. "Secepatnya saya harus pergi. Saya juga sedang mencari seseorang," jawab Dimitri. "Quinn, sudah satu minggu tetapi anak buahku tidak juga berhasil menemukanmu. Apa kau masih hidup? Atau jangan-jangan kau sudah ... Aku benar-benar bodoh. Seharusnya aku tidak membawamu berlayar waktu itu. Sekarang aku justru kehilanganmu." Dimitri membatin sambil melangkah menuju ke rumah yang memang selalu menjadi tempat istirahatnya. Rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah Tante Su.
"Tuan, selamat beristirahat." Tante Su berpamitan sebelum pergi. Wanita paruh baya itu menatap Joa yang memang selalu saja memasang wajah kejam. "Anak ini, kenapa ekspresinya dari tahun ke tahun tidak pernah berubah," ucap Tante Su yang hanya berani di dalam hati saja.
...***...
Quinn melangkah ke sana ke mari dengan hati yang gelisah. Dia masih tidak menyangka kalau akhirnya akan berada satu pulau dengan pria yang ia benci. Di tambah lagi kini tempat tinggalnya juga berdampingan. Jika tidak mencari cara, secepatnya identitas Quinn akan ketahuan.
"Nona, kenapa anda berdiri di sini?" Tante Su terlihat bingung ketika Quinn berdiri di dapur seperti sedang bersembunyi.
"Saya tidak mau bertemu dengan pria. Tante, tolong saya." Quinn melangkah mendekati Tante Su lalu memegang tangannya. "Apa ada kain untuk menutupi wajah dan rambut saya? Saya sudah cukup trauma Tante. Tolong dia jangan sampai tahu kalau saya ada di sini. Saya takut."
"Maksud anda Tuan Dimitri?" Tante Su kembali memperjelasnya.
"Namanya Dimitri?" batin Quinn. "Ya, dia. Saya tidak mau dia tahu saya ada di sini. Saya takut. Apa anda bisa membantu saya?"
"Tentu saja, Nona. Itu hal yang mudah. Tetapi anda harus tahu, kalau Tuan Dimitri tidak suka didekati oleh wanita. Itu sebabnya kami selalu melarang para remaja putri untuk mendekati Tuan Dimitri selama beliau ada di sini. Jadi, anda tenang saja," ucap Tante Su dengan penuh keyakinan.
"Dia benar-benar pria bermuka dua. Jelas-jelas kemarin dia memaksaku untuk perkenalan. Saat Aku menolaknya, justru Ia memutuskan untuk menculikku dan membawaku ke kapal. Dia ini playboy. Kenapa mereka tidak sadar sih!" umpat Quinn di dalam hati.
"Nona, apa maksud anda seperti ini? Kain ini bisa untuk menutupi rambut dan wajah anda. Seperti cadar. Apa anda tahu cadar?" Tante Su muncul dengan kain berwarna hitam di tangannya.
Quinn melirik kain itu sebelum menerimanya. "Terima kasih Tante. Memang ini yang aku cari." Quinn segera mencobanya. Tentu saja dibantu oleh Tante Su agar bisa terlihat rapi.
"Nona, anda cantik sekali meskipun yang terlihat hanya mata anda," puji Tante Su dengan mata berkaca-kaca.
"Tante, maaf sebelumnya. Ada yang ingin aku tanyakan. Tapi aku harap Tante tidak tersinggung." Quinn membuka lagi kain itu dan menatap ke arah Tante Su dengan serius.
"Katakan saja, Nona. Saya pasti akan menjawab semua pertanyaan anda." Tante Su mengukir senyum manis.
"Saya lihat di kamar itu ada banyak sekali barang wanita. Anda pernah bilang itu kamar putri anda. Lalu, dimana dia sekarang?" Nada bicara Quinn sangat hati-hati. Dia benar-benar takut jika sampai menyinggung perasaan Tante Su.
Tante Su duduk di kursi yang ada di meja makan. Wanita itu memandang ke depan dengan wajah sedih. "Dia salah satu korbannya, Nona. Saya kehilangan dia malam itu. Saya pikir dia masih bersemangat di tempat yang saya tentukan. Ternyata dia keluar dari tempat itu dan mengejar anak kucingnya yang lepas. Hingga akhirnya dia tertangkap. Mereka memperlakukannya dengan sangat keji." Tante Su mengepal kuat tangannya sendiri. Wanita itu seperti sedang menahan air mata agar tidak sampai menetes.
Quinn cepat-cepat mendekati Tante Su lalu mengusap punggungnya. Wanita itu langsung merasa bersalah karena sudah membuka luka yang sudah sekian lama di lupain oleh Tante Su. "Maafkan aku," ucap Quinn dengan wajah bersalahnya.
"Anda tidak salah, Nona. Sudah sepantasnya anda bertanya seperti itu. Jika jadi anda, saya juga akan melakukan hal yang sama." Tante Su berusaha tersenyum manis.
"Kalau begitu saya mau istirahat dulu Nona. Sebaiknya jangan sampai kain ini terlupakan. Bukankah anda tidak mau wajah anda dilihat oleh Tuan Dimitri ?"
Quinn mengangguk. Wanita itu segera mengambil kain penutup wajah tersebut sambil memandang punggung Tante Su. "Tante Su, saya pasti akan membalas perbuatan mereka. Saya janji!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
🅰️Rion bee 🐝
mungkin di pulau itu ada harta yg tersembunyi atau disembunyikan🤔 makanya dimitri sering berkunjung kesitu..
2023-06-10
2
Atun Atun
jangan jangan musuh Dimitri ya yg membunuh. mungkin yg di cari Dimitri cip atau kunci kekayaan.
kan Dimitri mafia juga.
semoga cpt cpt terlacak sama ayah luca
2023-06-10
0