"Apa? Kalian jadian?"
Quinn cepat-cepat menutup mulut Sherly yang memang tidak bisa di ajak kerja sama. "Bisakah kau pelankan suaramu? Jika kau teriak seperti itu, satu perusahaan akan mendengarnya!" bisik Quinn berharap Sherly mengerti dengan apa yang dia inginkan.
Sherly mengangguk cepat dengan tangan Quinn yang masih ada di depan mulutnya. Setelah Quinn melepas tangannya, dia mulai mengeluarkan suara.
"Kau yakin? Quinn, Jefry itu pria yang ...." Sherly bahkan sampai bergidik ketika membayangkan penampilan Jefry. "Sepertinya tidak perlu aku kabarkan. Kau sendiri bisa menilainya. Quinn, beberapa mantanmu adalah pria tampan yang berkelas. Bagaimana mungkin sekarang kau menjatuhkan harga dirimu? Kau dan Jefry tidak cocok. Aku tidak setuju. Sekarang juga cepat temui Jefry dan katakan padanya kalau kau ingin putus!" ketus Sherly dengan wajah kesal.
"Justru itu. Aku berpacaran dengan pria tampan sudah. Pria kaya juga sudah. Tapi mereka semua tidak ada yang setia. Paling lama pacaran juga hanya 3 bulan. Sherly, aku ingin sepertimu. Pacaran bertahun-tahun hingga akhirnya kalian bisa saling memahami sifat satu sama lain."
Ekspresi wajah Sherly berubah. Wanita itu bahkan tidak lagi memandang Quinn seperti biasa.
"Sebenarnya asmaraku juga tidak seperti yang kau bayangkan Quinn," ucap Sherly dengan wajah sedih.
Quinn cepat-cepat memegang tangan Sherly. "Ada apa? Apa ada masalah? Cepat ceritakan padaku."
Sherly memberanikan diri memandang wajah Quinn lagi. "Aku hamil dan pacarku tidak mau tanggung jawab." Kedua mata wanita itu berkaca-kaca sebagai pertanda kalau dia tidak sanggup untuk menjelaskan semua yang terjadi.
"Sherly ...." Quinn segera memeluk Sherly. Dia berharap bisa memberikan kekuatan kepada sahabatnya itu. "Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Sherly, anak di dalam rahimmu tidak salah apa-apa. Jadi jangan sampai kau melakukan kesalahan yang kedua kalinya."
"Aku frustrasi hingga terpeleset di kamar mandi. Aku keguguran kemarin. Itulah yang membuatku terlihat sibuk akhir-akhir ini. Aku hanya tidak sanggup bertemu denganmu. Aku malu, Quinn."
Quinn menghapus air mata di pipi Sherly. "Semua sudah terjadi. Setelah ini jangan lagi melakukan kesalahan yang sama. Kita sebagai wanita harus bisa jaga diri."
Sherly mengangguk. Wanita itu berusaha kembali tersenyum manis agar rekan yang lain tidak mencurigainya. "Aku kembali ke mejaku. Jika atasan datang dan kita masih mengobrol, bisa-bisa kita di pecat."
Quinn hanya mengangguk saja. Wanita itu memandang ke arah Sherly sejenak sebelum melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. "Ini berita buruk. Aku tidak menyangka kalau Sherly akan menghadapi masalah serumit ini. Oh ya, siapa pria tidak bertanggung jawab itu? Sepertinya aku harus memberinya pelajaran," batin Quinn dengan wajah menahan emosi.
...***...
"Lihatlah, bukankah itu indah?" tanya Quinn kegirangan. Jefry hanya mengangguk sambil tersenyum melihat burung merpati yang kini sedang berkumpul di hadapan mereka. Seorang nenek tua yang baru saja memberi makan juga melempar senyum ke arah mereka.
"Quinn, apa kau mau memberi makan burung merpati juga?"
Quinn menggeleng. "Aku takut."
Jefry mengernyitkan dahinya dengan tatapan tidak percaya. "Takut? Bukankah kau bisa segala hal? Kau ini wanita pemberani. Kenapa hanya perkara burung saja kau takut?"
Quinn diam sejenak sebelum memandang Jefry. "Sebenarnya aku takut sama burung sejak kecil. Itu kelemahanku. Aku hanya bisa memandang burung-burung itu dari kejauhan seperti ini. Tidak berani untuk mendekatinya langsung," jawab Quinn apa adanya.
"Ternyata wanita hebat sepertimu masih memiliki kelemahan. Tapi, tidak masalah. Aku akan menutupi kelemahanmu itu dengan kelebihanku!" ujar Jefry dengan penuh semangat.
"Bagaimana caranya?" tanya Quinn tidak percaya.
Jefry menggenggam tangan Quinn. Pria itu cukup berani karena mereka baru saja jadian selama 7 hari. Quinn sendiri merasa risih awalnya. Namun dia berusaha mempercayai Jefry. "Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan sih?" umpat Quinn di dalam hati.
"Quinn, pejamkan matamu," perintah Jefry.
"No! Kau pasti akan menjebakku!" tolak Quinn mentah-mentah.
"Aku mohon." Wajah Jefry yang terlihat sangat tulus membuat Quinn tidak tega untuk menolaknya. Pada akhirnya wanita itu menuruti permintaan Jefry untuk menutup mata. Jefry menarik tangan Quinn dan mengajaknya melangkah maju. Hingga pada akhirnya Jefry meletakkan makanan burung di telapak tangan Quinn dan memanggil burung-burung untuk datang.
"Jangan buka matamu Quinn." Satu burung berdiri di tangan Quinn dan mulai memakan makanan yang ada di telapak tangan Quinn. "Oke, sekarang waktunya. Buka matamu."
Quinn membuka matanya secara perlahan. Wanita itu kaget bukan main melihat seekor burung berdiri santai di tangannya. Dia hampir menjerit. Namun, ketika di pandang sekali lagi. Burung itu tidak seperti yang selama ini ia pikirkan.
"Ini luar biasa," puji Quinn dengan mata berkaca-kaca. Dia terharu karena pada akhirnya dia tidak takut sama burung lagi.
Jefry hanya tersenyum saja melihatnya. Pria itu merasa lega bisa membuat pacarnya bahagia.
Dipinggiran jalan, Dimitri meminta supirnya untuk berhenti. Supir yang ada di depan juga bingung kenapa Tuannya itu memintanya untuk memberhentikan mobil mereka.
"Siapa laki-laki itu? Apa itu pembantunya?" gumam Dimitri penuh tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Muse
Masa dibilang pembantu sih tega bgt...
2023-11-07
0
Nor Azlin
aku masih tidak percaya lagi sama su jefri ini kerana terlalu tiba2 aja takutnya dia itu ada motif nya tersendiri gitu ...Queen jaga2 & berhati2 lah musuh mempunyai berbagai bentuk & rupa jangan mudah percaya sama orang takutnya orang yang kamu anggap baik itu lah musuh mu nanti...lanjut kan thor
2023-08-14
0
Lyn
wahh Dmitri malah kira Jefri pembantunya, jgn bikng jga Jefri musuh dari papa Luca.
2023-08-02
1