Disuruh Bertanya, Malah Membantah

Saat sedang berjalan kembali ke kelas, ketua osis yang tadi pun menghampiri Afifa dan kawan-kawan.

"Mm ... kamu suka sama jus-nya?" tanyanya berhenti di hadapan Afifa.

"Suka! Tapi, gulanya agak banyakin, ya."

"Kalo aku sih, jangan terlalu banyak airnya. Cair banget jadinya."

Wendi dan Megi, kedua orang itulah yang menjawab pertanyaan darinya. Karena, memang mereka berdua yang meminum jus tadi hingga habis.

"Lah, kenapa kalian yang jawab?" tanya osis yang bingung sembari menunjuk ke arah mereka berdua.

"Karena, emang mereka yang minum," jawab Afifa menatap ke arahnya.

"Kenapa? Kamu gak suka sama buatan aku?"

"Bukan gak suka, hanya saja. Saya gak mau diberi-beri oleh orang lain, gak perlu. Kalau saya mau, saya bisa minta buatkan bibi di rumah, kok.

Makasih, ya dan saya harap menjauhlah dari saya. Liat, banyak yang sepertinya tidak suka kau dekat dengan saya," ujar Afifa dengan tegas, "saya permisi!"

Afifa jalan lebih dulu meninggalkan temannya ke dalam kelas, "Eh, tungguin woy!" pekik Kanaya menyusul Afifa.

"Makasih banyak, ya, buat jusnya."

"Terima kasih."

Megi dan Wendi juga ikut berlari menyusul Afifa yang sudah jauh dari mereka setelah berterima kasih untuk pemberian ketua osis tadi.

"Widih, keren banget kata-kata lu tadi Mega! Gue bangga sama lu!" puji Kanaya dan merangkul bahu Afifa.

"Emangnya saya bilang apa sampe kamu bangga segala?" tanya Afifa menatap ke arah Kanaya dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Ya, tadi. Itu perkataan yang amat dewasa, biasanyakan lu mana pernah mau bicara begitu," kata Kanaya dengan kaki mereka yang masuk ke dalam kelas.

'Apa aku kasih tau aja, ya, sama temen Mega kalo sebenarnya aku ini bukan Mega? Jadi ... Wendi juga bisa kasih jarak sama aku, kalo sebelumnya mereka deket banget sekarang bisa lebih jauh.

Jujur, aku risih jika harus berteman dengan lawan jenis seperti sekarang. Tapi, gak mungkin akan ada yang percaya.

Lagian, ini dunia Mega. Aku harus izin dulu sama dia sebelum berkata sesuatu pastinya apalagi hal yang mau aku katakan bukan hal yang mudah diterima oleh otak,' batin Afifa yang mulai tak nyaman dengan dunia Mega.

Ia kira, setelah bisa berdamai dengan keramaian. Ia akan merasa nyaman dan senang dengan dunia wanita yang super lincah ini.

Nyatanya? Tetap saja ia tak akan kuat apalagi memiliki fans seperti ketua osis tadi, terlalu ekstream sekali.

"Oh, iya, buka laptop lu dan buku dong. Ada beberapa jawaban yang belum gue catat," pinta Kanaya dan membuat Afifa membuka tasnya juga duduk di samping dirinya.

Ia membuka dan melihat rekaman, "Keren juga buatan Wendi, ya," kata Kanaya dan dibalas anggukan oleh Afifa.

Tak lama, Wendi dan Megi sampai di kelas berjalan ke arah meja Afifa, "Putar videonya dong, gue belum puas liatnya kemarin," ungkap Megi dengan napas yang belum beraturan.

"Kalian habis dikejar sama siapa?" tanya Afifa tetamat polos.

"Dih, kita ngejar lu Ogeb! Lagian langsung pergi gitu aja, kita, 'kan harus ucapkan terima kasih dulu buat tuh ketua osis," keluh Megi yang duduk di depan meja Afifa.

Video kembali di mulai, Afifa menatap dengan kekaguman karya mereka ini, 'Mega pinter banget bisa kepikiran konsep-konsepnya seperti ini,' batin Afifa terpukau dengan hasil tugas mereka.

Bahkan, beberapa murid yang ada di kelas melihat ke arah mereka. Mereka yang mungkin belum selesai tugasnya.

Tugas animasi full ini nantinya akan menjadi penentu apakah murid akan lulus atau tidak, selain ujian lainya tugas ini juga menjadi syarat penting untuk lulus dari sekolah ini.

Guru sengaja menyuruh lebih cepat agar akan ada waktu nantinya, setidaknya sebelum ujian UN akan dimulai maka semua murid harus mengumpul tugas ini.

"Selamat siang anak-anak!" salam guru yang baru saja masuk. Afifa dan teman-teman langsung mem-pause video juga kembali ke bangku masing-masing.

"Selamat siang, Bu!" salam murid yang ada di dalam kelas dengan penuh semangat.

"Oke, tanpa banyak basa-basi lagi. Silahkan yang sudah siap tugasnya untuk ke depan," titah guru setelah memasang infocus ke arah papan tulis.

Entah mengapa guru menyuruh menggunakan laptop sendiri, padahal biasanya tugas dikirim melalui email atau Whatsapp.

Wendi berdiri terlebih dahulu membuat semua orang menatap ke arahnya, "Ayo-ayo!" ajaknya dengan tangan. Terlihat wajahnya yang sepertinya sedang deg-degan.

Diikuti oleh Megi, Kanaya juga terakhir Afifa membawa laptop ke depan. Mereka tak lupa membawa buku catatan.

"Untuk apa membawa buku?" tanya guru saat mereka sudah berdiri dan akan maju ke depan.

"Untuk menerangkan konsep kami nanti Bu," jawab Wendi yang memang kebetulan berdiri di baris depan.

"Bukannya ini hasil real kalian sendiri? Lantas, buat apa melihat buku? Kalian bisa menjelaskan sendiri sebab yang mengerjakan adalah kalian," terang guru yang memang terbilang sangat tegas.

Mereka bertiga akhirnya kembali ke meja masing-masing terlebih dahulu untuk memasukkan bukunya.

Sedangkan Afifa maju sendiri dengan menelan saliva, untuk pertama kalinya ia melakukan hal semacam ini.

Tentu saja rasa takut dan khawatir bercampur menjadi satu pada dirinya, guru duduk di bangku sedangkan mereka berempat berdiri di samping papan tulis agar tidak menghalangi murid yang melihat.

Sebelumnya mereka sudah memberi kata pembukaan sebelum hasilnya ditunjukkan kepada teman semuanya.

Video yang berdurasi 19 menit lebih 45 detik itu akhirnya selesai dengan mereka berempat yang sudah berbeda posisi dari berdiri menjadi jongkok.

Kembali lagi berdiri saat video animasi telah selesai, "Jelaskan konsep cerita kalian secara langsung!" terang guru yang padahal di awal video sudah menceritakan sedikit tentang garis besar animasi ini.

Entah dorongan dari mana, kaki Afifa melangkah satu kali ke depan, "Bismillah," gumam Afifa menutup mata lalu membukanya dengan mantap.

Ia menjelaskan dengan lugas dan bahasa yang mudah dipahami meskipun beberapa kata sempat berbata-bata sebab dirinya bingung mengungkapkannya.

Segala pertanyaan guru dijawab oleh Afifa hingga semua mendapatkan anggukan seolah guru puas dengan jawaban.

"Sekian dan terima kasih," ucap Afifa saat sudah tak ada lagi yang ingin ditanyakan oleh guru padanya.

Ia kembali mundur satu langkah dan berdiri di samping Megi, "Mantep Mega!" puji Megi mengacungkan jempolnya.

"Jika ada yang ingin bertanya, silahkan bertanya pada mereka," titah guru menatap murid-nya.

Seseorang berdiri dari bangkunya membuat wajah Wendi menjadi kesal, "Minta pulang dari awan, nih, orang," gerutu Wendi dengan nada pelan.

"Iya, silahkan berikan pertanyaanmu sama mereka berempat," ujar guru melihat ada yang ingin bertanya.

"Mana mungkin ada di dunia ini cerita seperti barusan, itu semua hanya ada di dunia novel!" bantahnya yang malah bukan bertanya.

"Si Lapet, disuruh bertanya malah membantah," geram Wendi menatap tajam ke arah murid laki-laki itu.

"Pengen muntah darah, nih, orang keknya," kesal Kanaya mengepal tangannya.

"Info kuburan yang kosong," gumam Megi.

"Baik, silahkan jawab tim Mega," perintah guru sedangkan laki-laki tadi kembali duduk.

Afifa kembali menjawab sedangkan temannya berkomat-kamit memaki laki-laki tadi, tentu saja mereka kaget dengan keberanian Afifa.

"Terima kasih untukmu, meskipun sedikit berbeda dari perintah Ibu guru. Beliau menyuruh dirimu bertanya kepada kami, tapi pertanyaan-mu barusan seolah membantah kami.

Siapa bilang bahwa animasi kami tadi tidak mungkin ada di dunia ini? Ada, saat dirimu ingin merasakan kehidupan orang lain.

Dan berangan-angan hingga memaksa agar gayamu sama dengan orang yang kau ingini tersebut.

Secara tidak langsung, kamu sudah berpindah menjadi orang lain bukan dirimu sendiri. Misal, kamu orangnya kritis berpikir ingin menjadi orang yang lemot.

Tiba-tiba kamu lakuin hal apa saja dan akhirnya kamu menjadi lemot, tercapai apa yang kamu inginkan itu juga termasuk berpindahnya diri. Kamu berbeda dari dirimu yang seharusnya itu juga sudah masuk, kok, ke dalam konsep tugas kami. Terima kasih," terang Afifa menunduk sebentar lalu kembali ke barisannya.

Suara tepukan tangan memenuhi ruangan kelas, Afifa tersenyum bahagia dengan apa yang baru saja ia dapatkan--sebuah tepukan tangan.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!