Tepat pukul enam pagi, Alena terbangun karena terganggu oleh bunyi ponselnya.
Wanita itu perlahan membuka matanya yang lengket oleh air mata.
Setiap kali mengingat apa yang sudah terjadi pada dirinya, Alena menangis lagi.
Tubuh sakitnya, tidak sebanding dengan rasa sesal dihatinya. Ia menyesal menyetujui permintaan Andrian menikah dengan Kevin.
Bila sudah seperti ini, ia sulit untuk kembali dengan Satria. Bahkan mungkin tidak bisa kembali dengannya.
Alena perlahan bangkit dari ranjang, membalut tubuhnya menggunakan selimut, lalu melangkah perlahan.
Bagian intinya yang perih membuat Alena kesulitan untuk berjalan.
Wanita itu menghampiri tasnya yang tergeletak didekat ranjang Alena.
Diambilah tas tersebut olehnya, kemudian merogoh isi didalamnya untuk mengeluarkan ponsel tersebut.
Dilihat Alena layar ponsel itu menampilkan nama Satria disana.
Satria menghubungi Alena karena mereka sudah membuat janji bertemu ditaman, untuk olah raga bersama disana karena hari ini hari minggu.
Alena menggelengkan kepalanya, ia tidak bisa menerima telepon dari Satria.
Hingga akhirnya dua panggilan telepon dari Satria terlewatkan.
"Ini balasan aku yang menghianati kamu mas," lirih Alena.
Semua yang terjadi ini diluar ekspektasinya. Meluluhkan Kevin tidak semudah yang ia bayangkan.
Justru ia yang terperangkap dalam rencananya sendiri.
Dengan masih mengenakan selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya, Alena segera keluar dari kamar Kevin.
Diluar kamar itu, ia berpapasan dengan Andrian yang baru keluar juga dari kamarnyanya.
Alena menatap mertuanya dengan mata sendunya, lalu berlalu dari hadapan Andrian dengan tertatih.
"Al," panggil Andrian pada Alena, tapi tidak dihiraukan oleh wanita itu.
Andrian bisa mengerti apa yang baru saja dialami oleh Alena.
Pria itu hanya mampu menatap nanar pada Alena yang masuk kedalam kamar.
"Maaf Al, saya tidak bermaksud menempatkan dirimu diposisi seperti ini," gumam Andrian.
Ia jadi tidak enak pada Alena.
Jelas-jelas dia sendiri yang meyakinkan Alena agar mau menikah dengan Kevin tanpa harus memutuskan kekasihnya.
Tapi Andrian juga yang tidak bisa menjamin Alena dari hal seperti ini.
Bila sudah seperti ini, jelas cepat atau lambat Alena pasti akan putus dengan kekasihnya.
Ditempat berbeda, Satria yang tidak mendapat jawaban dari panggilan teleponnya pada Alena, segera mendatangi rumah Alena.
Meski ia percaya pada kekasinya, tapi tetap saja Alena patut dicurigai.
Tidak bisanya Alena mengabaikan panggilan teleponnya.
Satria memarkirkan mobilnya diluar pagar rumah Alena.
Ia berjalan kaki melewati halaman rumah Alena.
Dilihat oleh Satria disana, ada motor matic miliknya kekasihnya.
Motornya ada dirumah, berarti orangnya juga ada dirumah, pikir Satria.
Setibanya didepan pintu rumah, pria itu segera mengetuk pintu tersebut.
Tok tok tok
"Iya sebentar," jawab seseorang dari dalam rumah.
Tidak lama kemudian pintu rumah tersebut dibuka oleh Elena.
Deg.
Elena terkejut mendapati kekasih saudara kembarnya berdiri didepan rumah.
"Siapa El?" tanya Mayang sembari menghampiri Elena yang masih terkejut dengan kedatangan Satria.
"Ehh, nak Satria. Kapan datangnya?," tanya Mayang.
"Kemarin Bu" jawab Satria ikut memanggi ibu, karena Mayang yang memintanya.
Mayang pikir itu hal yang wajar, bila meminta Satria memanggilnya ibu, karena Satria adalah teman dari putranya yang sudah ia anggap sebagai anak juga.
"Masuk nak," ajak Mayang mempersilahkan Satria masuk kedalam rumah.
"Iya Bu," jawab Satria.
Pria itu masuk kedalam rumah melewati Elena yang masih berdiri diambang pintu.
Satria kemudian duduk disofa ruang tamu itu, ditemani oleh Mayang yang duduk disofa lainnya.
"Ada apa nak Satria datang pagi-pagi kerumah?," tanya Mayang.
"Alena ada Bu?," tanya Satria.
Mayang mengerutkan keningnya, merasa heran dengan pertanyaan Satria. Dalam benaknya, kenapa Satria menanyakan Alena.
Tapi ia tidak mau berburuk sangka. Ia lebih memilih memberitahu dimana Alena berada.
"Alena sekarang tinggal dirumah su_" ucap Mayang terpotong, karena Elena lebih dulu bicara.
"Alena sekarang tinggal dirumahnya sendiri, mas Satria," ucap Elena.
Makin mengkerutlah kening Mayang setelah mendengar ucapan putrinya.
Tadi ia hendak mengatatakan Alena sekarang tinggal dirumah suaminya, bukan tinggal dirumah sendiri.
"Sejak kapan Alena punya rumah?," tanya Satria lagi.
'Mampus' gumam Elena didalam hati. Ia merutuki dirinya bisa-bisanya ia ikut-ikutan Alena berbohong.
"El, sejak kapan Alena punya rumah?" tanya Satria lagi.
Elena tidak langsung menjawab. Ia masih diam karena bingung mau menjawab apa.
Hingga akhirnya Mayang yang bersuara.
"Memangnya ada perlu apa ya, nak Satria mencari Alena?," tanya Mayang.
Mendapat pertanyaan seperti itu, kini giliran Satria yang terdiam.
Ia bingung hendak menjawab apa.
"Tidak ada perlu apa-apa sih Bu, hanya saja saya cuma melihat Elena, sedangkan Alenanya tidak ada. Ini saya ada sedikit oleh-oleh untuk kalian dari luar kota," ucap Satria pada akhirnya ia tidak mengutarakan maksud tujuan yang sebenarnya datang kerumah itu.
Mayang segera menerima paper bag yang diberikan Satria padanya. Tidak lupa juga Mayang mengucapkan terimakasih pada sahabat anaknya itu.
Satria dikenal Mayang sebagai sahabat Reyhan, bukan kekasih dari Alena, putrinya yang kini sudah menikah.
Setelah memberikan oleh-oleh itu, Satria segera berpamitan pada Mayang.
Ia akan ketaman, berolah raga seorang diri.
Setelah kepergian Satria, Mayang segera mengintrogasi Elena yang memotong pembicaraannya tadi.
"Kamu kenapa motong omongan ibu, El?," tanya Mayang.
"Ehh. Hehe, memang itukan yang mau ibu bilang sama mas Satria," jawab Elena sembari menyengir untuk menutupi kesalahannya.
"Bukan. Tadi ibu mau bilang, kalau Alena pindah kerumah suaminya, tapi kamu justru bilang kerumah sendiri," ucap Mayang.
"Ya maaf Bu, aku kira ibu mau bilang seperti yang aku bilang," ucap Elena.
"Sudahlah, lagian Satrianya juga sudah pergi," ucap Mayang.
Wanita itu kemudian berlalu pergi kedapur, membuka isi paper bag yang diberikan oleh Satria.
Dilihatnya didalam paper bag itu ada kue kesukaannya.
"Wahh, bika ambon" ucap Mayang dengan mata berbinar melihat kue itu.
"Udah ganteng, baik, mapan lagi. Calon mantu idaman," gumam Mayang.
Dirumah Andrian, tepatnya dikamar Alena.
Wanita itu mengguyur tubuhnya dibawah kucuran air shower.
Menjongkokan tubuhnya, masih menangisi penyesalannya.
Ia saja tidak bisa memaafkan dirinya yang menghianati Satria, lalu apa Satria bersedia memaafkan dirinya.
Alena tidak yakin dengan itu.
Cukup lama ia mengguyur tubuhnya hingga merasa tubuhnya menggigil, akhirnya Alena mematikan keran shower itu.
Mengambil handuk dan mengenakanya, kemudian keluar dari kamar mandi untuk berpakaian.
Tidak lama kemudian pintu kamar Alena diketuk oleh Bi Asih.
Pelayan itu diminta Andrian memanggil Alena untuk sarapan. Tapi Alena tidak menyahutinya.
Setelah selesai berpakaian, wanita itu segera membaringkan tubuhnya diranjang dan menutupi tubuhnya hingga leher lalu memejamkan matanya.
Meski mata terpejam tapi Alena tidak bisa terlelap.
"Al," panggil Andrian dari luar tapi tidak diherani oleh Alena.
Wanita itu masih memejamkan matanya meski tidak sedang terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
HRSNYA JGN DITUTUPI, ELENA JUGA BGITU, INGAT KELAK LO JDI PLAMPIASAN DENDAM SATRIA..
2023-09-18
0