Begitu sampai dirumah, Kevin segera masuk kedalam kamar.
Ia rebahkan tubuhnya diranjang, dengan pandangan menatap bingkai foto besar didinding kamarnya.
Foto itu terdiri dari Diana mamahnya Kevin berada disisi kanannya, lalu Andrian papahnya Kevin berada disisi kirinya, dan dirinya yang berada ditengah-tengah mereka.
Foto itu adalah foto satu-satunya yang masih terpajang didinding rumah ini.
Foto saat dirinya lulus dari SMP, enam tahun lalu.
Semua foto yang berisi gambar Diana sudah Andrian simpan digudang.
Bahkan Foto-foto saat Kevin bayi yang bersama Diana juga disimpannya digudang.
Kevin masih berharap orang tuanya bisa bersama lagi, tapi harapannya seketika pupus, saat ia mendapat kabar mamahnya akan menikah lagi.
Diana baru saja menikah tiga bulan yang lalu. Meski Kevin diundang, namun pria itu tidak sudi untuk datang.
Ia bahkan tidak pernah lagi bertemu dengan mamahnya, hingga saat ini dan membuat dirinya semakin hancur,
Diana berulang kali menghubungi Kevin, namun pria itu mengabaikannya.
Meski sudah menikah, sebisa mungkin Diana tidak mengabaikan Kevin.
Tapi Kevin yang terlanjur kecewa memilih mengabaikan Diana, sehingga membuat dirinya semakin hancur.
Pria itu kemudian mendudukan tubuhnya ditepi ranjang lalu membuka laci nakas.
Dikeluarkanlah sesuatu dari dalam sana 'bong', sebuah alat penghisap 'sabu'. Barang haram yang sudah menghancurkan kehidupan banyak orang.
Digunakanlah alat itu untuk menghisap barang haram tersebut.
Tok. Tok. Tok.
"Kevin" panggil Alena dari luar kamar.
Meski mendengar panggilan itu, tapi Kevin enggan untuk menjawabnya.
Ia sedang merasakan sensasi barang haram tersebut.
Sebenarnya Andrian sudah mengetahui bila Kevin mengkonsumsi barang haram itu.
Ia sudah mencegahnya, bahkan pernah membuang barang-barang itu, tapi tetap saja tidak berhasil.
Andrian sudah kehabisan akal untuk memperbaiki Kevin yang sudah hancur itu.
Hingga ia melihat guru baru disekolah miliknya. Seseorang yang sabar tapi tegas. Seseorang yang ia yakini bisa merubah Kevin.
Hal itulah yang membuat Andrian memaksa Kevin agar mau menikah dengan Alena.
Andrian bahkan tidak segan-segan melaporkan Kevin kepolisi, bila pria itu tidak mau menikah dengan Alena.
"Kalian semua jahat sama gue"
"Kalian egois"
"Kalian nggak pernah mikirin perasaan gue"
Ucap Kevin yang kacau, pria itu bahkan menangis.
Sungguh, perceraian orang tuanya sangat menyakitkan untuknya.
Ia seolah-olah sedang berhadapan dengan kedua orang tuanya.
Ia utarakan semua yang ada dihatinya.
Kevin bahkan menyakiti dirinya sendiri, ia memukul-mukul dinding kamar hingga tangannya hancur.
Merasa kelelahan, akhirnya Kevin tertidur dilantai dengan kondisi kamar yang sama hancur dengan dirinya.
"Buka pintunya, Kevin," panggil Alena lagi dari luar.
Ketukan pintu dan panggilan Alena dari luar, sama sekali tidak didengar lagi oleh Kevin.
Alena yang berada diluar kamar Kevin hanya mampu menggelengkan kepalanya.
"Belum dibukain pintu ya non?," tanya Bi Asih yang sedang mengepel lantai disekitar Alena.
"Iya Bi. Kira-kira dia lagi ngapain ya Bi didalam?," tanya Alena.
"Kalau itu bibi juga nggak tahu non," jawab Bi Asih.
"Apa bibi nggak pernah masuk kekamarnya?," tanya Alena.
"Sudah sebulan kami para pelayan nggak boleh masuk kekamar den Kevin non, bahkan tuan Andrian juga tidak boleh. Hanya sekali tuan Andrian masuk kedalam kamar Den Kevin dan tidak lama kemudian justru terdengar keributan setelah tuan masuk kedalam," ucap Bi Asih.
Alen menganggukan kepalanya.
Berarti bukan dirinya saja yang tidak dibukakan pintu, tapi semua orang juga, pikirnya.
Alena kembali kekamarnya yang berada disebelah kamar Kevin.
Ia pikirkan lagi cara agar bisa membuat pintu kamar Kevin dibuka.
Ia ingin tahu, ada apa didalam kamar itu.
Lama ia mondar-mandir seperti setrika sembari memikirkan cara membuat pintu kamar Kevin dibuka, hingga akhirnya munculah ide.
"Reparasi kunci. Iya, aku harus mendatangi reparasi kunci, agar bisa membuka kamar Kevin," gumam Alena, ia bahkan menganggukan kepalanya tanda setuju dengan idenya sendiri.
Ia bergegas mengambil tasnya dan hendak pergi, namun ia urungkan.
Alena teringat bila dirinya datang kerumah Andrian tidak membawa motor. Bila ia harus pulang dulu, maka ia akan kemalaman.
Ia akan mendatangi reparasi kunci besok pagi.
"Semoga nanti malam Kevin mau bukain pintu," gumam Alena.
Wanita itu meletakan kembali tasnya, dan kemudian keluar dari kamar.
Alena membantu para pelayan menyiapkan makan malam.
Sesekali juga Alena bertanya tentang Kevin pada para pelayan tersebut.
"Oohh, jadi papah pernah menyewa beberapa guru yang bisa ngajarin Kevin," ucap Alena.
"Iya non, tapi tidak ada satupun yang tahan dengan sikap den Kevin. Den Kevin bahkan tidak segan-segan bersikap kasar pada guru-guru itu," ucap salah satu pelayan disana.
Alena menganggukan kepalanya, sedikit banyaknya ia sudah tahu sikap kasar Kevin.
Tidak lama kemudian, ia selesai dengan acara memasaknya.
Tadinya ia hanya ingin membantu pelayan untuk memasak makan malam, tapi ia berfikir lagi, lebih baik ia sendiri yang masak.
Setelah selesai dengan memasaknya, Alena kemudian memanggil Andrian dan Kevin untuk makan malam
Tidak lama kemudian Andrian keluar dari kamarnya, sedangkan Kevin sama sekali tidak keluar sejak tadi Alena mengetuk pintunya.
"Kita makan malam duluan aja Al. Kevin biasanya seperti itu, ia tidak makan bersama dimeja makan," ucap Andrian.
"Tapi Pah, nanti Kevin makan sendirian," ucap Alena.
"Dia tidak akan makan dirumah. Tengah malam nanti, pasti dia keluar lalu pergi ke bascamp gengnya," ucap Andrian.
"Geng?," tanya Alena tidak mengerti.
"Iya Al, Geng Lion," jawab Andrian.
Alena jadi teringat dirinya kemarin dicegat oleh Kevin dan kelompoknya.
Kelompok itu memang mengenakan jaket bergambar Lion dipunggungnya.
Wanita itu tidak menanggapi lagi ucapan Andrian. Pikirannya masih berputar pada Kevin dan gengnya.
'Aku harus cari tahu sendiri seperti apa geng Lion itu,' batin Alena.
"Ayo Al, kita makan duluan aja," ajak Andrian.
"Iya Pah," jawab Alena.
Andrian berjalan lebih dulu meninggalkan Alena yang masih berdiri didepan pintu kamar Kevin.
Alena masih penasan sedang apa sebenarnya Kevin didalam kamar.
Wanita itu kemudian membungkukan tubuhnya hingga mata berada didekat lubang kunci.
Alena mengintip Kevin yang berada didalam kamar, tapi sama sekali tidak bisa melihat apa-apa.
Yang Alena lihat hanya hitam.
"Yaahhh, nggak kelihatan," gumam Alena.
Wanita itu kemudian mendirikan lagi tubuhnya yang tadi menunduk.
Ia akhirnya menyusul Andrian turun kelantai satu untuk makan malam.
Alena dan Andrian akhirnya makan malam bersama dimeja makan tanpa ada Kevin disana.
Setelah makan malam berakhir Alena kembali kekamarnya, tapi sebelum itu, ia berhenti didepan pintu kamar Kevin mencoba lagi membuka pintu, mengetuknya, dan memanggil Kevin.
Tapi lagi-lagi tidak ada tanggapan dari Kevin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Rahma Wati
lanjut dong ceritanya,koq 1 seri aja🙏
2023-06-06
0