Bel pergantian jam pelajaran berbunyi. Alena meminta semua murid mengumpulkan tugasnya dan ia bawa sendiri kekantor.
Alena tadi hanya memberikan surat skorsing pada Hans dan belum memberikan surat skorsing untuk Kevin karena yang bersangkutan tidak ada dikelas.
Wanita itu masuk kedalam kantor dan meletakan buku-buku siswa serta bukunya dimeja kerjanya. Ia kemudian duduk dikursinya, membuka satu persatu buku tugas siswa untuk diperiksa.
"Bu Alena dipanggil pak Andrian keruangannya," ucap salah satu teman gurunya.
"Baik bu, saya segera menemui beliau," ucap Alena.
Alena bangkit dari duduknya untuk pergi keruangan Andrian. Tak lupa juga ia bawa surat skorsing Kevin dan akan diberikan pada Andrian seperti biasanya.
Setibanya didepan ruangan Andrian, Alena segera mengetuk pintu ruangan tersebut.
Setelah dipersilahkan untuk masuk, wanita itu segera membuka pintu.
Ceklek.
Dibukalah pintu ruangan Andrian oleh Alena yang segera masuk kedalam ruangan itu.
"Silahkan duduk bu Alena," ucap Andrian mempersilahkan.
"Baik pak" jawab Alena.
Alena segera duduk dikursi yang berada didepan Andrian, saling berhadapan dan hanya dibatasi meja kerja pria itu.
Alena kemudian menyodorkan surat skorsing milik Kevin pada Andrian selaku ayah dari Kevin.
"Ini surat skorsing Kevin pak," ucap Alena.
Andrian tidak langsung mengambil surat tersebut, ia justru menghela nafasnya.
Hufftt.
Ini sudah surat skorsing ke 25 yang Alena berikan padanya. Bayangkan saja, berapa kali surat skor Kevin yang diterima Andrian selama putranya bersekolah disekolahan miliknya.
Andrian cukup kesulitan mengatur anak semata wayangnya itu. Ia juga tidak pernah menyangka bila perceraian dengan mamanya Kevin berdampak fatal seperti ini.
Padahal sebentar lagi ia ingin menjadikan Kevin sebagai CEO disalah satu perusahaannya.
Lama Alena duduk didepan Andrian tanpa ada pembicaraan yang dibuka oleh pria didepannya itu.
"Kevin buat ulah lagi bu?," tanya Andrian sembari mengambil surat tersebut.
Pria itu membukanya dan membaca sekilas, lalu memasukan lagi surat tersebut kedalam amplopnya. Membuka laci meja kerjanya, dan ia letakan disana bersama surat skorsing lainnya.
"Betul pak. Kevin tadi berkelahi dengan salah satu teman dikelasnya. Kebetulan juga saat saya sedang mengajar mata pelajaran saya disana," jawab Alena.
"Ini salah saya bu. Kevin seperti itu karena kecewa dengan kami orang tuanya," ucap Andrian sedih.
"Maaf pak. Mungkin itu urusan keluarga bapak, tapi saya sarankan agar dibicarakan secara kekeluargaan. Semoga setelah itu Kevin bisa bersikap lebih baik," ucap Alena.
Mendengar saran dari Alena, Andrian justru tersenyum masam. Ia sudah berulang kali menasehati putranya itu namun tidak pernah didengarkan oleh Kevin.
Andrian juga sudah meminta mamah kandung Kevin untuk menasehati putranya, namun tidak berhasil juga, hingga akhirnya Kevin berlarut-larut seperti itu.
Meski Kevin sudah terlanjur seperti itu, namun Andrian tetap berharap putranya bisa berubah.
"Itu semua sudah kami lakukan bu, hanya saja tidak berhasil," ucap Andrian.
Alena terdiam. Ia jadi teringat saat dirinya menasehati Kevin namun tidak pernah didengarkan oleh murid itu. Hal itu juga pastinya terjadi pada orang tuanya.
Meski Kevin bersikap demikian padanya, Alena harus bersikap tegas, agar Kevin tidak ngelunjak.
"Apa Kevin pernah menyampaikan apa yang ia inginkan?," tanya Alena.
Andrian mengangguk. Pria itu kemudian menceritakan kalau sebenarnya Kevin ingin memiliki orang tua yang utuh, serta keluarga yang lengkap. Ibu kandungnya dan ayah kandungnya serta dirinya tinggal diatap yang sama.
Namun itu tidak mungkin terjadi, pasalnya ibu kandung Kevin sudah menikah lagi dengan seorang pengusaha batu bara, tiga bulan yang lalu.
Alena menyimak cerita dari Andrian dengan seksama. Ia cukup iba dengan Kevin yang kecewa atas perceraian kedua orang tuanya.
Karena keegoisan orang tuanya, anaknya lah yang menjadi korban.
"Apa saya bisa minta bantuan bu Alena?," tanya Andrian.
"Boleh pak, selagi saya bisa membantu bapak atau pun Kevin, saya akan bersedia melakukannya," jawab Alena.
Andrian mengangguk lagi seraya tersenyum mendengar jawaban dari Alena. Semoga saja setelah ia mengutarakan bantuan yang dibutuhkannya, tidak akan membuat guru itu berubah pikiran.
"Saya akan membuka cabang perusahaan baru diluar kota. Sedangkan perusahaan disini akan saya serahkan pada Kevin untuk memimpinnya.
Tapi melihat prilaku Kevin yang seperti itu, membuat kakeknya Kevin keberatan. Beliau mengajukan syarat untuk Kevin menikah lebih dulu barulah boleh memimpin perusahaan," ucap Andrian.
"Maksud bapak bicara pada saya seperti itu, apa?," tanya Alena.
"Menikahlah dengan Kevin, Bu Alena," pinta Andrian.
"APA!!" ucap Alena sepontan ia berteriak karena terkejut dengan ucapan Andrian.
Alena bahkan langsung berdiri, ia benar-benar terkejut sekaligus tak habis pikir dengan ucapan Andrian.
"E-eh, maaf pak saya terkejut tadi," ucap Alena setelah sadar dirinya melakukan kesalahan dengan berteriak didepan Andrian.
Alena mendudukan lagi bokongnya dikursi tempat tadi ia duduk.
"Tidak apa-apa, saya sudah menduga kalau anda akan terkejut," ucap Andrian.
Pria itu menjelaskan pada Alena, kalau dirinya benar-benar meminta Alena agar mau menikah dengan Kevin.
Tujuannya karena Kevin yang akan ia jadikan CEO disalah satu perusahaannya. Tapi memiliki prilaku buruk yang harus dirubahnya.
"Ini maksud bapak saya diminta menikah dengan Kevin?" tanya Alena memastikan.
"Benar bu Alena. Sebagai imbalannya saya akan memberikan sekolahan ini pada anda. Memiliki yayasan pendidikan sendiri, itu salah satu impian anda, kan," ucap Andrian.
Alena terdiam.
Imbalan yang dijanjikan oleh Andrian sangat menggiurkan untuk Alena. Selain itu, ia bisa membantu Kevin untuk berubah.
Tapi, bila ia menerima tawaran itu, lalu bagaimana dengan kekasihnya?.
Cukup lama Alena terdiam. Ia bingung harus seperti apa.
Bila ia menikah dengan Kevin artinya ia telah menghianati kekasihnya. Tapi bila ia tidak menikah dengan Kevin, ia akan melewati imbalan yang telah dijanjikan oleh Andrian.
Alena tahu sekali, bila hanya dirinyalah yang bisa diharapkan oleh Andrian.
Karena tidak mendapat jawaban dari Alena, Andrian segera bertanya pada Alena.
"Bagaimana bu Alena?," tanya Andrian.
"Saya minta waktunya pak. Saya ini sudah memiliki kekasih," jawab Alena.
"Bu Alena tidak perlu khawatir, pernikahan Anda dan Kevin itu akan dirahasiakan. Hanya keluarga anda dan keluarga saya saja yang cukup tahu, karena Kevin juga masih sekolah. Bila Bu Alena keberatan karena memiliki kekasih, maka anda tidak usah putus dengan kekasih anda. Pernikahan anda dan Kevin, bisa anda langsungkan hanya sampai Kevin lulus SMA kemudian saya angkat menjadi CEO. Jadi setelah dia menjadi CEO anda bisa berpisah dengan Kevin dan menikah dengan kekasih anda. Masalah imbalan yang saya janjikan pada anda, itu tetap akan dilakukan. Anda tetap akan saya berikan yayasan ini," ucap Andrian.
Alena terdiam sembari memikirkan berkali-kali perihal permintaan Andrian itu.
Ia tidak ingin mengambil keputusan yang salah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
GILA dan Egois nya seorg Andrian, Pantes aja istrinya minta cerai, Andrian menganggap pernikahan itu hanya satu bisnis dan permainan,, Benar2 Gila..🤦🏻♀️🤦🏻♀️😡😡
2023-11-15
1
Qaisaa Nazarudin
Astaga Matre banget, Setelah menikah dgn Satria kamu juga bisa meminta Satria utk membelikan mu Yayasan, Apa kah Satria itu orang susah?Gak kan,,?
2023-11-15
0
Qaisaa Nazarudin
Gila nih bapak, main serobot aja anak orang..
2023-11-15
0