Bab 02. Kekejaman Kaisar Xia.
Di Bumi.
Malam yang hening, angin berhembus dengan lembut. Malam yang begitu damai; ada yang beristirahat setelah seharian lelah beraktivitas, namun tidak sedikit penduduk setiap malam berburu binatang untuk dijual keesokan harinya.
Akan tetapi, kedamaian itu seakan-akan hanyalah sebuah mimpi. Malam itu, semua orang keluar dari kediamannya, para pemburu melihat ke langit. Mereka lihat ada batu meteor di luar angkasa menuju ke Bumi.
Sontak semua penduduk Bumi ketakutan, mereka melihat meteor yang akan jatuh ke Bumi, tidak hanya satu meteor saja yang akan menghantam bumi, tapi ada tujuh batu meteor.
Ketujuh meteor itu adalah Batu Keabadian, karena jarak antara Observable Universe dan Local Interstellar sangat-sangat jauh, sehingga ketujuh Batu Keabadian terbungkus materi-materi di luar angkasa.
Boom...
Dentuman keras ketika batu pertama yang disebut Root Power Stone menghantam Bumi hingga tercipta sebuah kawah besar. Setelah itu, dampak benturan tersebut menciptakan bencana alam, di mana tsunami setinggi 1.000 meter melaju dengan kecepatan tinggi, tanah juga bergelombang dan menggulung apapun yang dilewatinya.
Di lokasi lain, yang jauh dari jatuhnya Root Power Stone, batu kedua yang disebut Sacral Stone menghantam tanah. Dampaknya tidak jauh berbeda dengan yang pertama. Kemudian disusul dengan Batu Keabadian yang lainnya, jatuh satu per satu di tempat yang berbeda.
Batu Keabadian tersebut memporak-porandakan bumi, banyak memakan korban jiwa, manusia, binatang dan tumbuhan tidak lepas dari bencana.
Malam itu, semua kehidupan seperti hidup di dunia neraka. Teriakan kesakitan, tangisan terdengar dimana-mana, namun itu hanya sesaat, setelah itu keadaan menjadi hening. Hanya terdengar suara api membakar apapun, lalu diiringi dengan hembusan angin.
Namun setelah bencana itu, alam memiliki cara untuk memulihkan semuanya seperti sediakala. Bencana tujuh Batu Keabadian tersebut tercatat dalam sejarah peradaban manusia di bumi waktu itu, yang dikenal dengan sebutan Seven Calamities of Annihilation (Tujuh Bencana Pemusnahan).
10.000 tahun kemudian...
Seven Calamities of Annihilation, ternyata bencana pembawa berkah bagi kehidupan manusia di dunia, di mana setelah itu bermunculan orang-orang yang mampu berkultivasi hingga memiliki kekuatan.
Selain itu, berbagai ras baru juga terlahir di bumi, seperti Ras Naga, Ras Merak yang memiliki cabang, yaitu Ras Phoniex dan Ras Suzaku, dan masih banyak lagi ras-ras baru mendominasi di dunia, jumlahnya mencapai puluhan ribuan ras.
Lokasi jatuhnya ketujuh Batu Keabadian memberikan manfaat bagi kehidupan di Bumi, sehingga banyak orang merebutkan tujuh wilayah tersebut. Pertempuran sengit pun terjadi setiap hari antar kultivator kuat.
Karena keluhan dari orang-orang yang lemah sepanjang hari, God Of Partikel mendengar penderita mereka, dia baru tahu jika Batu Keabadian tidak hancur. Segera God Of Partikel memerintahkan Kaisar Langit dan Maharaja Yaksa untuk mendamaikan situasi di Bumi, dan juga menjaga Batu Keabadian.
Kaisar Langit dan Maharaja Yaksa tidak berani bersikap serakah saat mendapatkan perintah dari God Of Partikel, mereka berdua bersepakat untuk mengirimkan tujuh utusan dengan satu pemimpin yang membawahi enam dewa.
Utusan tersebut dikenal dengan sebutan Dewi Kedamaian, sedangkan bawahannya adalah Dewa Bumi, Dewa Laut, Dewa Surya, Dewa Kekayaan, Dewa Kebahagiaan, dan terakhir adalah Dewi Kasih.
Setelah turunnya utusan ke bumi, membuat situasi di Bumi menjadi damai. Ketujuh utusan tersebut membuatkan Pagoda sebagai tempat untuk Batu Keabadian agar tidak disalahgunakan maupun dicuri, tetapi siapapun bisa masuk ke dalam untuk berkultivasi.
Akan tetapi, kedamaian itu hanya dirasakan oleh penduduk bumi selama 100 tahun, dan situasi kembali kacau balau, di mana semua penghuni bumi mengira utusan telah kembali ke Alam Suci, sehingga para kultivator membentuk struktur pemerintahan yang bertujuan untuk menguasai wilayah.
Perebutan kekuasaan dan wilayah terus berlanjut hingga dari generasi ke generasi berikutnya. Anehnya, utusan dari Alam Suci tidak sekalipun terlihat, dan menyakinkan penghuni bumi jika mereka telah kembali ke Alam Suci.
Akhirnya berdiri; Kuil Shaolin, Kekaisaran, Kerajaan dan banyak perguruan bela diri, sekte, klan dan masih banyak lagi keorganisasian di bumi. Kemudian, bermunculan Ilmu-ilmu bela diri yang berasal dari Batu Keabadian yang bersemayam di dalam Pagoda.
Munculnya kitab bela diri dan teknik berkultivasi menjadi rebutan banyak kekuatan, sehingga setiap Pagoda di kuasai oleh 7 penguasa itu sangat dijaga ketat. Karena Batu Keabadian, ketujuh wilayah tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri dalam hal bidang bela diri dan teknik kultivasi.
Namun, ada satu orang yang berhasil menyatukan ketujuh teknik bela diri dan kultivasi yang menjadi keunggulan dari 7 Batu Keabadian, dia berasal dari marga Tian, Tian Sun namanya.
Kitab tersebut diberi nama oleh Tian Sun, yaitu Kitab Tujuh Lapis Langit yang isinya pengetahuan teknik bela diri, dan Kitab Pelangi Surga yang berisi tentang pengetahuan berkultivasi dengan cepat.
Sayangnya, karena kejeniusan Tian Sun dalam menyatukan ketujuh kitab bela diri dan kultivasi, maka tujuh penguasa berkoalisi untuk merebutnya, mereka bersepakat untuk membagikan salinan dari Kitab Tujuh Lapis Langit dan Kitab Pelangi Surga.
Saat ini, Klan Tian dikepung oleh 7 kekuatan, mereka berasal dari Kuil Shaolin (Kuil Atas Awan), Kuil Sembilan Kematian, Sekte Hitam Kelam, Kekaisaran Xia, Perguruan Langit Kesembilan, Perguruan Mata Dewa, dan masih banyak kerajaan-kerajaan serta beberapa klan ikut berpartisipasi demi mendapatkan dua kitab tersebut.
Khususnya Perguruan Mata Dewa, yang merupakan tempat Tian Sun berguru, karena itu mereka mengetahuinya, dan menyebarkan informasi tentang Tian Sun yang berhasil menyatukan ketujuh teknik bela diri.
Dikarenakan Tian Sun tidak mau berbagi pencapaiannya kepada Perguruan Mata Dewa, maka pemimpin Perguruan Mata Dewa menyebarkan berita keberhasilan Tian Sun, sebab dia sendiri tidak mampu mengalahkannya apalagi merebut kedua kitab tersebut.
Tian Sun segera kembali ke klannya karena dikejar-kejar oleh banyak orang penting. Selama perjalanan menuju ke rumah untuk menyelamatkan keluarganya, dia mengalami banyak pertarungan dengan kultivator.
Tak terhitung jumlah luka di tubuhnya, tapi luka itu tidak dihiraukan saat mengingat putranya yang masih usia 1 tahun, serta istrinya yang cantik. Tian Sun berusaha sekuat tenaga untuk melawan semua musuhnya.
Saat ini, Tian Sun berhasil kembali ke kediamannya, namun musuhnya masih terus mengejar. Dan, anggota Klan Tian segera membantu Tian Sun dalam melawan mereka.
"Bawa pergi putra tunggal kita, biar aku yang menghadang mereka!" pinta Tian Sun kepada istrinya yang bernama Xia Junsu, lalu dia menggendong putranya yang bernama Tian Jun.
Secara diam-diam, Tian Sun menyelipkan cincin dimensi di jari telunjuk putranya tanpa diketahui Xia Junsu. Di dalam cincin dimensi tersebut berisi tentang apa yang dicari-cari oleh musuhnya. Kemudian, dengan kasih sayang, Tian Sun mencium kening putranya.
"Lebih baik, kamu serahkan saja apa yang mereka inginkan demi keutuhan keluarga kita!" pinta Xia Junsu sambil menahan air matanya.
"Percuma jika aku berikan! Mereka akan tetap menangkap kita sampai berhasil mempelajari Kitab Tujuh Lapis Langit dan Kitab Pelangi Surga!" jawab Tian Sun sambil menatap lekat wajah putranya yang sedang tertidur pulas, lalu dia melihat wajah istrinya.
"Tapi, merek--"
"Tidak ada alasan lagi, segera pergi! Dua muridku akan mendampingi kalian sampai situasi aman!" sela Tian Sun sebelum Xia Junsu membantahnya, lalu dia kembali mencium kening putranya, dan memberikan kepada istrinya.
Kedua murid itu adalah bersaudara dengan marga Tan, yang paling tua bernama Tan Cheng dan adiknya bernama Tan Wong. Mereka berdua telah menjadi murid selama 4 tahun ketika Tian Sun menjadi guru spiritual.
Xia Junsu mengendong putranya, kemudian memeluk suaminya. "Apapun yang terjadi, kita selalu menunggumu di tempat rahasia!" ucapnya sambil meneteskan air mata yang tak mampu ditahan lagi.
Kemudian, Tian Sun berbicara dengan istrinya secara pribadi selama satu batang dupa (30 menit). Setelah itu, dua murid Tian Sun mengawal Xia Junsu menuju ke tempat rahasianya di Pulau Misterius, tepatnya berada di tengah Laut Besar, lautan yang terkenal dengan keganasan penghuni di dalam air.
"Lindungi istri dan putraku dengan nyawa kalian!" perintah Tian Sun kepada kedua muridnya.
"Baik, Guru!" jawab Tan Cheng dan Tan Wong.
Xia Junsu masuk ke dalam gerbong kereta kuda sambil menggendong putranya, sedangkan Tan Bersaudara menjadi kusir, Tan Cheng menghentakkan tali pengikat kuda, dan membuat kuda berlari cepat.
Setelah melihat kereta kuda yang ditumpangi istri dan putranya, Tian Sun segera membantu anggotanya yang bertarung dengan musuh...
Sayangnya, jumlah musuh yang sangat banyak membuat Tian Sun dan anggotanya dikalahkan. Seperti dugaan Tian Sun, jika mereka tidak akan membunuhnya sebelum mendapatkan Kitab Tujuh Lapis Langit dan Kitab Pelangi Surga.
"Mulai saat ini, tidak ada lagi yang namanya marga Tian. Siapapun yang menggunakan marga Tian, maka dia adalah musuh bagi kita semua!" ucap Lin Zhaoyang Hong, pemimpin Perguruan Mata Dewa.
Karena Tian Sun yang tidak mau berbagi tentang penemuannya, maka Lin Zhaoyang Hong menyebarkan fitnah, bahwa marga Tian penganut aliran hitam.
Tian Sun yang dalam kondisi terluka parah, dimasukkan ke dalam peti mati yang terbuat dari besi. Kemudian, seluruh anggota marga Tian yang tidak berkultivasi dilepaskan, tapi harus merubah marganya. Jika tidak merubah marganya, maka dipastikan akan menjadi musuh semua orang.
Setelah itu, Lin Zhaoyang Hong memerintahkan murid-muridnya untuk membakar seluruh wilayah marga Tian hingga tidak menyisakan apapun...
Di tempat lain, kereta kuda yang ditumpangi oleh Xia Junsu dihadang beberapa orang. Mereka tidak lain adalah ayah dari Xia Junsu, Kaisar Xia, Xia Mo namanya.
Tan Cheng dan adiknya ternyata tidak mematuhi perintah Tian Sun, mereka dengan sengaja mengarahkan kereta kuda menuju ke tempat lain, mereka berdua mengkhianati gurunya dengan menerima suap dari Kaisar Xia.
Saat ini mereka berada di Lembah Naga Hitam, wilayah Kerajaan Lentera, yang dipimpin oleh seorang raja, Raja Yan Ju Long.
Sambil mengendong putranya, Xia Junsu berusaha melarikan diri. Tapi apalah daya jika dia seorang perempuan, maka dengan mudah ditangkap oleh Tan Cheng dan adiknya, apalagi bersama dengan bawahan ayahnya.
"Buat dia pingsan, dan buang anak haram itu ke Lembah Naga Hitam!" perintah Kaisar Xia kepada bawahannya.
"Biadab kamu!" bentak Xia Junsu yang tidak menduga ayahnya seperti ini, dia sudah tidak lagi menganggap Kaisar Xia sebagai seorang ayah yang baik.
Namun, sebelum Xia Junsu berniat untuk melompat ke Lembah Naga Hitam, Raja Yan Ju Long memukul tengkuk lehernya hingga pingsan. Kemudian, dia membuang cucunya yang masih berusia satu tahun ke dalam Lembah Naga Hitam.
Tian Jun yang menangis tidak membuat iba Raja Yan Ju Long. Bahkan sebelum membuangnya, dia masih menyempatkan diri untuk meludahi wajah cucunya. Sebegitu bencinya Kaisar Xia terhadap cucunya, itu dikarenakan Tian Sun yang menculik putrinya sehingga benih-benih cinta tertanam di hati mereka berdua.
Setelah membuang Tian Jun ke lembah, tiba-tiba dari langit terlihat sebuah benda yang mirip batu meteor. Kaisar Xia dan semua orang segera melarikan diri, mereka khawatir kejatuhan batu meteor.
Boom...
Ledakan hebat ketika batu meteor jatuh ke dalam Lembah Naga Hitam. Gelombang kejutnya mengenai semua orang yang terlambat menghindar. Untungnya saja mereka masih selamat, hanya mengalami luka-luka yang tidak terlalu serius.
"Dasar anak haram pembawa sial! Surga saja tidak menghendakinya!" umpat Kaisar Xia sambil memegang lengannya yang terluka.
"Yang Mulia, segera kita kembali, tempat ini sudah tidak layak untuk ditinggali lagi!" pinta Raja Yan Ju Long dengan hormat, dia juga terluka di bagian pinggang.
Setelah batu meteor jatuh, semua orang melihat api yang bercampur dengan racun, dan bisa dipastikan Lembah Naga Hitam tidak layak untuk dihuni oleh siapapun.
Kemudian, Kaisar Xia dan semua orang menuju ke Kerajaan Lentera. Sedangkan Xia Junsu sendiri tidak mengetahui nasib putranya, sebab dia saat ini sedang pingsan.
Di dasar Lembah Naga Hitam. Terlihat sebuah bola transparan melindungi seorang bayi. Bayi itu tidak lain adalah Tian Jun, dia tidak lagi menangis melainkan tertidur sangat pulas dan begitu damai.
Bola transparan tersebut mengeluarkan serat-serat listrik yang memasuki tubuh Tian Jun. Anehnya, Tian Jun tidak terlihat kesakitan, malahan dia tersenyum dan terkadang ingin menangis, seakan-akan sedang bermimpi.
Bola transparan tersebut tanpa henti mengalirkan serat-serat listrik ke dalam tubuh Tian Jun, hingga waktu berlalu dengan cepat...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 357 Episodes
Comments
shadow life
ya
2024-09-18
0
Lonely One
mantap
2024-05-04
0
Qing shan
🥰🥰🥰
2024-02-03
2