Istriku Pelayanku

Istriku Pelayanku

Bab 1 Dipaksa Menikahi Pelayan

“Pa, aku dijebak sama perempuan ini. Dia sengaja masuk ke kamarku saat aku sedang mabuk dan dia menggunakan kesempatan itu untuk tidur denganku. Jadi aku nggak mau menikahi dia.” Hebat dipaksa oleh papanya untuk menikahi Bina, seorang pelayan hotel yang sekarang ini sedang berdiri di sebelah Hebat. Perempuan itu menundukkan kepalanya, takut serta malu memandang semua orang yang berdiri di hadapannya.

Sesaat lalu, Hebat dan Bina ditemukan di kamar hotel sedang tidur bersama oleh kedua orang tua Hebat, dan juga orang tua Heniya, kekasih Hebat yang harusnya Hebat nikahi hari ini. Namun karena orang tua Heniya malu hingga mereka membatalkan pernikahan putri mereka dengan Hebat lalu membawa anaknya meninggalkan hotel yang seharusnya menjadi saksi pernikahan dua sejoli itu. Sementara orang tua Hebat menginginkan anaknya mempertanggungjawabkan perbuatannya hingga mereka memaksa Hebat menikahi Bina. Terlebih mereka mengenal Bina yang merupakan keponakan Azil, orang kepercayaan Tuan Alister-ayah kandung Hebat.

“Tidak mungkin anak ini menjebak kamu. Kamu tidak usah cari alasan di depan Papa, Hebat. Papa tidak akan terpengaruhi. Yang Papa mau, kamu bertanggungjawab dengan menikahinya. Itu yang harus kamu lakukan sebagai laki-laki sejati. Atau kamu lebih suka dihujat semua tamu yang sudah menunggu pernikahan kamu. Mereka semua sudah ada di ruang pesta. Apalagi orang tua Heniya sudah tidak ingin melanjutkan pernikahan ini karena perbuatanmu.”

Mendengar ucapan papanya, Hebat menjadi diam. Ia memikirkan bagaimana jadinya jika ia tidak menikahi pelayan hotel ini. Dirinya pasti akan dianggap pria bejat dan pastinya berita dirinya yang meniduri perempuan lalu meninggalkannya begitu saja, pasti akan naik dimajalah atau infotainment. Sebagai anak pewaris tunggal dan juga seorang pembalap mobil yang namanya melambung di Indonesia, akan mudah jatuh hanya karena berita seperti ini. Hebat tidak ingin karir balapannya hancur begitu saja. Nama baiknya dan juga nama baik keluarganya akan rusak meski perusahaan orang tuanya mungkin tidak berpengaruh dengan berita itu.

Setelah diam sejenak, Hebat melirik penuh benci ke perempuan yang hanya menundukkan wajahnya. Lalu, ia memutar tubuhnya dan pergi meninggalkan keluarganya tanpa mengatakan apapun. Iren yang merupakan tante Hebat, tidak setuju jika Hebat menikahi seorang pelayan tapi ia pun tak bisa melawan kehendak kakaknya hingga ia hanya memilih mengikuti Hebat yang sedang marah.

“Hebat!” seru Tante Iren.

Hebat menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang melihat Iren. Raut wajahnya masih penuh amarah. “Ada apa tante?”

“Kamu menikah saja dengan pelayan itu. Sebulan cukup. Setelah sebulan, kamu ceraikan dia lalu menikah dengan Heniya. Jalan ini satu-satunya supaya papa kamu tenang dan kamu juga tidak disalahkan semua orang.”

Hebat tidak mengatakan apapun. Ia malah kembali melangkah menuju tempat pesta. Namun Iren tahu bahwa Hebat mendengarkannya meski Hebat tidak menanggapi ucapannya.

Beberapa menit kemudian.

Hebat akhirnya duduk di depan penghulu dan Azil yang menjadi wali nikah Bina.

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Bina Cantika binti Darsono dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai.”

“Sah!”

Hebat sungguh marah setelah ia mendengar kalimat sah dari para saksi. Ditambah dengan dirinya yang malah mengucapkan kalimat sakral itu untuk perempuan lain. Namun ia tidak bisa mengamuk di sana dan hanya bisa menahan amarahnya dengan mengepal kedua tangannya tanpa diketahui semua orang.

Para tamu yang tadinya bingung karena melihat pengantin wanitanya diganti, kini memberikan selamat pada Hebat. Meski tidak senang, Hebat tetap merespon baik para tamunya di sana. Namun ia sesekali melirik Bina yang rasanya ingin ia tendang saat itu juga karena saking bencinya ia pada perempuan itu.

“Gimana? Kamu udah puas nikah sama saya,” bisik Hebat sembari melirik sinis ke arah Bina yang berdiri di sebelahnya.

Bina mengangkat wajahnya, menoleh melihat Hebat yang memandangnya tajam seolah ingin menelannya hidup-hidup. Namun Bina tidak tahu harus bilang apa pada lelaki asing yang baru saja menikahinya itu.

“Jangan sok nggak rela begitu. Saya tahu, di dalam hati kamu sekarang, kamu pasti kegirangan banget nikah sama saya. Seorang pelayan yang nggak punya orang tua kayak kamu nikah sama anak orang kaya. Siapa sih yang nggak bahagia kalau nikah sama pria kaya?” Hebat tersenyum smirk dengan raut wajahnya yang menghina Bina.

Bina sakit hati mendengar hinaan Hebat tapi ia tetap diam karena tidak ingin mempermalukan Azil, pamannya yang membantunya ke Jakarta, bahkan memberikannya pekerjaan serta tempat tinggal di dekat kampusnya.

Tengah malam sekitar pukul satu malam, kedua pengantin itu masuk ke kamar mereka tapi Hebat langsung mendorong Bina ke dinding dan mencekik lehernya. “Kalau saja kamu bukan perempuan, saya udah bunuh kamu sekarang. Gara-gara kamu, hidup saya hancur. Karena itu, saya bakal buat hidup kamu nggak pernah bahagia dalam pernikahan ini.”

Bina tidak bisa bicara karena kesakitan yang ia rasakan akibat perbuatan Hebat. Hebat yang melihat Bina kesakitan, pun melepaskan cengkramannya dari leher Bina.

“Uhuk, uhuk, uhuk!” Sambil memegang lehernya, Bina berusaha bernafas dengan normal.

“Kamu jangan harap bisa dapat apapun dari saya. Uang, harta serta cinta nggak akan saya biarin kamu kuasai,” ujar Hebat dengan tegas.

Bina yang masih memegang lehernya, mengangkat bola matanya melihat Hebat di depannya. “Kalau kamu benci dengan pernikahan ini, kenapa kamu harus menikahi saya? Saya nggak pernah minta untuk dinikahi!”

Hebat kembali memegang dagu Bina sembari tersenyum sinis. “Kamu nggak pernah minta untuk dinikahi tapi sikapmu yang terima begitu saja pernikahan ini, membuktikan kalau kamu sangat menginginkan pernikahan ini. Kenapa kamu nggak kabur aja dari sini kalau kamu juga terpaksa?”

“Saya memikirkan perasaan Om Azil yang udah baik banget sama saya.”

Hebat melepaskan kembali dagu Bina yang ia cengkram erat, dan Bina langsung memegang dagunya sambil menahan sakitnya.

“Kalau dalam sebulan, kamu nggak terbukti hamil karena saya, saya bakal cera in kamu saat itu juga tapi kalau kamu hamil karena kejadian itu, saya bakal cera in kamu setelah kamu melahirkan anak itu.”

“Tidak masalah. Saya tidak akan mengeluh.”

“Huh, walau saya sudah menikahi kamu tapi kamu cuma saya anggap sebagai pelayan. Bukan sebagai istri jadi tempatkan dirimu ke posisimu yang seharusnya.” Setelah mengatakan itu pada Bina, Hebat meninggalkan kamar pengantinnya , karena tidak sudi berada satu kamar dengan perempuan yang ia kira sudah menjebaknya.

Sementara Bina, melangkah ke arah cermin, ia menatap dirinya di cermin besar itu. Dan tampak jelas,  kulit leher dan kulit dagunya memerah karena cengkraman keras dari Hebat. Bahkan ia masih merasakan sakitnya. Seketika pula, Bina meneteskan air matanya. Sejak tadi, ia memang berusaha menahan air mata kesedihannya itu di depan Hebat agar pria itu tidak semakin merendahkannya.

Terpopuler

Comments

nonsayu

nonsayu

maaf Thor. namanya emang gak bisa di ganti gitu. masak hebat .. kan Masih banyak nama thor 🥺🤦

2023-08-12

0

Denita Precilla

Denita Precilla

kasihan si bina😥

2023-05-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!