Bab 20. Cemburu Dan Benci

Hery tersenyum sinis mendengar Hebat mengatakan dirinya gila. Lalu detik berikutnya, wajahnya kembali serius menatap Hebat yang terlihat tak senang di depannya. “Hebat, temanku. Kau sudah menjadikannya sebagai bahan taruhan dan aku lah pemenang dari taruhan kita. Jadi berdasarkan peraturan dari taruhan kita. Aku berhak atas istrimu meski hanya beberapa hari.”

“Tapi nggak harus memperkenalkan dia sebagai pasanganmu, brengsek! Akan jadi masalah besar kalau orang tuaku tahu masalah taruhan kita.” Hebat bicara pelan tapi tegas menatap tajam Hery. Ia sampai bicara kasar pada Hery karena begitu kesal dengan Hery yang memperkenalkan Bina sebagai pasangannya di depan keluarganya. Ia takut jika permainan taruhan mereka diketahui oleh keluarga besarnya.

“Keluargamu tidak akan tahu kalau kau tidak membuka mulut. Kalau Bina, tenang saja. Dia tidak akan menceritakan masalah taruhan kita pada yang lain. Aku sudah menekannya untuk menjaga permainan kita. Lagipula, hanya seminggu Hebat.” Hery bicara dengan penuh percaya diri jika masalah mereka tidak akan bocor pada keluarga mereka masing-masing.

Hebat melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan tak ada orang lain yang memperhatikan obrolan mereka. Lalu, ia maju selangkah mendekati Hery agar ucapannya tidak didengar orang lewat di sana. “Bibimu, punya banyak mata-mata. Cepat atau lambat, beliau akan tahu siapa Bina. Kalau bibimu tahu, Bina adalah istriku. Beliau pasti akan curiga. Jadi, hentikanlah sandiwaramu dan bawa Bina keluar dari pesta ini.”

“Apa Om Alister dan Tante Loly datang ke pesta ini?” Tiba-tiba Hery penasaran dengan orang tua Hebat setelah Hebat membahas mereka. Sebab, Hery juga takut ketahuan oleh mereka.

“Kalau mereka ada di Indonesia. Mana mungkin aku membiarkan wanita sialan itu, keluar dari apartemen.” Hebat memang tidak berani mengizinkan Bina meninggalkan apartemennya jika saja kedua orang tuanya masih ada di Indonesia. Sebab, ia takut jika Bina dapat masalah dan dirinya lah yang disalahkan.

Hery tersenyum miring dengan raut wajahnya yang seolah menertawakan Hebat. “Pengaruh Om Alister ternyata memang begitu besar sampai kau takut membuat kesalahan kecil.”

Hebat kembali berdiri tegak di depan Hery dengan pandangannya yang angkuh. “Aku tidak takut pada mereka. Aku cuma tidak senang, dengar mereka mengataiku pria tak bertanggungjawab.”

Ketika bicara, Hebat melirik Bina yang kala itu asyik memperhatikan para tamu yang mengobrol dengan Nyonya Haya.

“Tenang saja. Aku nggak bakal biarkan keluargaku tahu siapa Bina. Malam ini, aku bawa dia ke tempat pesta karena butuh bantuannya. Aku juga nggak akan macam-macam pada istrimu.” Hery kemudian beralih melihat Heniya, “Hen, kau datang bersama pria yang sudah menikah. Apa kau tidak malu di depan orang-orang di sini?”

Heniya tidak senang mendengar Hery menegurnya. Ia maju ke depan, mendekati Hery dan menatapnya tajam. “Harusnya pertanyaan itu, aku tanyakan padamu Kak. Apa kau nggak malu, datang ke pesta bibi bersama seorang pelayan rendahan? Dia saja tidak sebanding dengan pelayan di rumah kita.”

Bina menoleh dan memandang dingin ke arah Heniya karena tak suka mendengar kata-kata Heniya yang sengaja menghinanya tapi ia memilih diam. Itu karena ia tidak ingin mencari keributan di tempat ini. Jika ia meladeni Heniya dan bertengkar di sana, dirinyalah yang akan dipermalukan.

Hery menghela nafas panjang sembari menggeleng-geleng melihat Heniya. Dan ia pun tidak ingin melanjutkan kata-katanya yang bisa membuat Heniya semakin emosi. Karena itu, Hery memilih pergi dengan menarik Bina meninggalkan mereka berdua. Tampak diwajah Hebat yang sedang kesal melihat Hery membawa Bina pergi.

“Hery sialan! Dia benar-benar tidak menghargaiku!”

Heniya menoleh ke Hebat dan perempuan itu memegang tangan kekasihnnya untuk menenangkan emosi Hebat. “Jangan salahkan Hery sayang! Kalau ada yang harus disalahkan. Kamu salahkan pelayan itu. Karena walau dia dijadikan bahan taruhan. Harusnya dia menolak permintaan Hery ke pesta ini. Jelas sekali kalau perempuan itu mencari kesempatan untuk menggait pria kaya di sini.”

Mendengar itu, membuat Hebat semakin kesal. Namun ia tidak mengatakan apapun. Ia memilih pergi minum bersama Heniya di sebuah bar kecil yang ada di pesta itu.

Pukul dua belas malam. Bina tidak ditemani oleh Hery. Perempuan itu berdiri sendiri bersama tamu yang lain, yang ada di sana menyaksikan Nyonya Haya potong kue bersama keponakannya. Hebat yang juga berdiri sendiri dari kejauhan, sesekali memperhatikan Bina. Pandangan mata pria itu, terlihat tajam menusuk melihat Bina seolah sedang menatap seorang penjahat. Bina sadar dirinya sedang ditatap oleh Hebat tapi ia tidak berani menoleh dan hanya melirik sekali karena takut pada pria itu.

“Lihatlah! Wajahnya begitu senang karena dapat kesempatan datang ke pesta mewah ini. Dia pasti sudah menemukan target buruannya untuk dia tipu lagi. Lihat saja, aku nggak akan biarkan kelicikanmu berhasil,” gumam Hebat dengan matanya yang terus tertuju ke Bina. Hatinya sungguh ditutupi dengan kebencian yang begitu dalam karena kesalapahamannya sehingga tak mampu membedakan pandangannya terhadap Bina.

Tiba-tiba seorang pria asing mendatangi Bina. Pria itu mengajak Bina kenalan, dan Hebat memperhatikannya.

“Jadi Nona benar pacarnya Tuan Hery?” Pria asing bernama Amdan itu, bertanya setelah ia berkenalan dengan Bina.

Bina ragu menjawab pria itu tapi ia mengingat tentang Hery yang sengaja membawanya ke tempat ini untuk dijadikan tameng. “Iya tuan.”

“Saya teman bisnisnya Tuan Hery, Nona Bina. Suatu kehormatan bisa kenalan dengan Anda. Dan saya akan semakin senang kalau kita jadi teman karena dimasa depan, kita pasti akan selalu bertemu,” ujar pria itu.

Bina mengerutkan keningnya, bingung mendengar ucapan Amdan. “Masa depan? Maksud Anda?”

“Anda adalah pacarnya Tuan Hery. Dan tentunya sudah merencanakan pernikahan karena ini pertama kalinya saya lihat Tuan Hery bawa pacarnya ke pesta keluarga.”

Bina seketika mengubah ekspresinya menjadi tersenyum. “Ooooo tentu saja. Kami sudah merencanakan pernikahan tapi kami belum membicarakannya pada keluarga.”

Disaat yang sama, Hebat datang dan langsung menarik tangan Bina meninggalkan pria itu. Bahkan meninggalkan tempat pesta. Amdan yang merupakan rekan bisnis Hery, tampak bingung melihat Hebat menarik Bina pergi tapi kemudian ia tak memperhatikan mereka.

“Lepaskan aku!” Bina kesakitan karena Hebat yang terlalu kencang memegang pergelangan tangannya hingga ia meronta-ronta dengan berusaha menarik tangannya.

Hebat tidak mempedulikan Bina. Pria itu terus berjalan menjauh dari tempat pesta, bahkan ia tidak sekalipun menoleh melihat Bina. Ia baru melepaskan tangan Bina setelah berada di sebuah kamar.

“Apa yang kamu lakukan?” tegas Bina tidak terima dibawa paksa oleh Hebat.

“Apa yang kulakukan? Kalau saya tidak menarikmu pergi dari sana. Kau mungkin sudah berhasil menipu pria itu. Apa kau tahu Bina? Pria itu adalah pria baik-baik. Dia rekan bisnis Hery dan juga sepupu Hery. Tidak pantas kau dekati. Kalau kamu mau menggoda laki-laki, carilah laki-laki liar yang memang pantas untuk pelacur sepertimu.”

Plak!

Bina geram mendengar Hebat mengatainya pelacur hingga ia refleks menampar wajah Hebat di sana.

Terpopuler

Comments

Denita Precilla

Denita Precilla

🙄cemburu Lo

2023-06-22

0

R⃟ Shezan Hayase

R⃟ Shezan Hayase

si Hebat benar2 keterluan sama Bina. Kutunggu penyesalanmu

2023-06-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!