Bab 19. Apa Kau Sudah Gila?

"Benar."

"Ya kalau Anda ...," Bina menjeda kalimatnya ketika sadar dengan kata-katanya yang formal, dan saat itu Hery menatapnya dengan tajam kemudian detik berikutnya, Bina lanjut bicara. "maksudnya, kalau kamu nggak suka sama mereka. Ya udah, tolak aja atau cuekin mereka. Para wanita itu juga akan pergi kok, karena mereka memikirkan harga diri mereka yang kamu cuekin."

"Kamu nggak tahu kalau bibiku sengaja mengadakan pesta ulang tahunnya besar-besaran dan mengundang semua kenalannya, bukan untuk dirinya. Tujuan utamanya untuk mencarikan ku wanita, dan beliau sudah memilih beberapa wanita yang masuk kriterianya. Sayangnya aku belum siap untuk menikah dan kalau aku mau menikah, aku ingin menikah dengan wanita pilihanku sendiri. Makanya aku bawa kamu kemari sebagai pasanganku. Itu supaya mereka yang berharap padaku, mundur. Kalau aku cuma bicara tegas pada mereka atau cuma bersikap cuek, itu nggak mempan. Mereka berpikir aku hanya malu. Dengan adanya wanita yang mendampingiku, akan buat aku mudah menyingkirkan mereka semua."

Bina mengerti setelah mendengar penjelasan Hery yang panjang lebar. Dan saat itu, Hebat masuk bersama Heniya sebagai pasangan. Bina yang melihat mereka di tempat pesta, terkejut karena tidak tahu bahwa suaminya akan datang bersama tunangannya. Namun seketika ia sadar bahwa Hery adalah teman Hebat dan wajar jika Hebat ada di pesta ini.

Hebat yang melihat Bina dari kejauhan, pun kaget seperti Bina karena tak menyangka Bina datang bersama Hery. Apalagi Bina memakai gaun mewah yang membuat penampilan perempuan itu menjadi sangat cantik, tidak terlihat seperti wanita pelayan. Mata Hebat yang tadinya memandang wajah Bina kini berpindah ke tangan Bina yang merangkul lengan Hery. Ia mengerutkan kening dengan matanya yang terus menatap Bina dan Hery.

Bukan hanya Hebat saja yang dibuat kaget dengan Hery yang membawa Bina ke tempat pesta. Heniya pun dibuat kaget.

"Kok Kak Hery bisa sama Bina sih?" tanya Heniya bingung melihat Hery bersama Bina karena ia memang tidak tahu masalah taruhan Hebat bersama teman-temannya.

"Tadi siang aku, Hery dan yang lainnya balapan. Kami taruhan dan bahan taruhannya adalah Bina." Hebat tidak ingin Heniya jadi salah paham. Karena itu ia bicara jujur.

"Apa?" Heniya terkejut karena tak menyangka jika mereka menjadikan Bina sebagai taruhan.

"Kenapa? Kamu nggak senang kalau ...,"

"Nggak. Bukan gitu. Aku cuma nggak nyangka aja karena kamu bukan orang yang suka menindas orang. Malah kamu yang sering menasehati mereka untuk nggak semena-mena sama orang." Heniya memotong kalimat Hebat karena tidak ingin Hebat kesal jika ia membela Bina. Apalagi Heniya malah senang mendengar Bina dijadikan bahan taruhan.

"Kalau dipikir-pikir, itu memang nggak pantas tapi mengingat perbuatan Bina yang menjebak ku sampai kita gagal menikah, bikin aku kesal. Aku dendam sama dia. Karena itu, aku menjadikannya bahan taruhan. Itu nggak seberapa dari perbuatan yang dia lakukan padaku." Mengingat kejadian di hotel ketika dirinya dipergoki sekamar dengan Bina, membuatnya marah lagi.

Heniya ikut kesal mengingat dirinya gagal menikah dengan Hebat. "Berarti kakakku yang menang balapan, karena itu, dia dapatin si pelayan itu?"

Hebat mengangguk. "Hanya seminggu."

"Kok cuma seminggu?" tanya Heniya.

Disaat Hebat ingin menjawab, tiba-tiba matanya tertuju pada Nyonya Haya yang baru saja masuk hingga ia tidak jadi menjawab Heniya dan fokus melihat Nyonya Haya.

"Bibi Haya datang," ujar Hebat.

Semua tamu yang ada di sana, pun menoleh bersamaan ke arah Nyonya Haya. Termasuk Hery dan Bina. Hery bahkan menarik tangan Bina, mendatangi Nyonya Haya.

Hebat juga mendekati Nyonya Haya bersama Heniya. Pria itu lebih dulu mengulurkan tangannya, meraih tangan Nyonya Haya dan menciumnya. Heniya melakukan hal yang sama. Begitu juga dengan Hery tapi tidak dengan Bina yang hanya berdiri memperhatikan mereka. Hal itu membuat Nyonya Haya menoleh melihat Bina dengan tatapannya yang tak senang.

"Hery, siapa perempuan itu?" tanya Nyonya Haya, dan semua orang yang mendengar Nyonya Haya bertanya, menoleh ke arah Bina.

"Dia pasangan yang saya bawa kemari untuk saya kenalkan pada Bibi."

Hebat dan Heniya yang mendengar itu, tentu terkejut karena mereka tidak menyangka jika Hery memperkenalkan Bina sebagai pasangannya di depan Nyonya Haya. Mereka berdua terus menatap Bina dengan raut wajah mereka yang kaget tapi mereka tidak berani menyela.

Kemudian Hery menoleh ke Bina. "Bi, kenalkan ini bibi yang aku ceritain tadi!"

Hery memberikan kode dengan matanya pada Bina untuk segera maju menyapa Nyonya Haya. Melihat itu, membuat Bina melakukannya. Perempuan itu mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Nyonya Haya. "Nama saya Bina Cantika, Nyonya!" kata Bina setelah mencium punggung tangan Nyonya Haya.

"Kamu dari keluarga mana?" Nyonya Haya sangat mementingkan status perempuan yang akan menjadi pendamping keponakannya. Karena itu, ia langsung menanyakan asal-usul Bina dengan raut wajahnya yang serius melihat Bina.

Bina bingung harus menjawab apa dan butuh bantuan Hery hingga ia menoleh melihat lelaki itu. Hery tahu dan kembali menatap bibinya dengan serius.

"Bina dari keluarga baik-baik Bi. Bibi nggak usah khawatir dengan pilihanku!" sahut Hery.

"Kakak, dia itu ...,"

"Dia perempuan baik-baik Heniya." Hery tidak mau jika rencananya dikacaukan oleh Heniya hingga ia memotong ucapan Heniya dengan suara tegasnya serta ekspresi tajamnya melihat Heniya.

Heniya tidak senang mendengar Hery memperkenalkan Bina sebagai pasangannya tapi ia tidak punya kuasa melawan kakaknya hingga ia memilih diam. Dengan raut wajahnya yang kesal pun, ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Sementara Hebat masih memandang Bina. Pria itu menatap Bina dengan tajam, seolah ingin menelan hidup-hidup perempuan itu.

"Oke. Bibi tidak akan bahas masalah dia dari keluarga mana karena malam ini adalah malam istimewa untuk bibi tapi setelah pesta selesai, bibi mau kamu datang dan menjelaskan siapa wanita yang kamu bawa itu," sahut Nyonya Haya yang sangat penasaran dengan Bina dan ia berusaha menahannya karena tidak ingin ada masalah dengan pesta ulang tahunnya tersebut.

"Ya Bi." Hery tampak senang karena kebohongannya berajalan lancar. Dan ia tidak akan dapat desakan dari bibinya untuk mengenal semua wanita yang datang di pesta ini.

Nyonya Haya meninggalkan mereka berempat. Ia pergi menyapa para tamunya. Hebat yang masih berdiri melihat Bina dan Hery, maju mendekati  mereka berdua.

"Hery, sepertinya kau lupa siapa wanita ini sampai kau memperkenalkan dia sebagai pasanganmu?"

"Nggak lupa. Dia wanita yang sering menjadi pelayan di rumah orang kaya dan dia juga pegawai magang di hotelmu. Aku selalu ingat," kata Hery santai.

Hebat tersenyum miring melihat Hery. Ekspresinya pun seolah menertawakan Hery yang seakan tak tahu siapa Bina. "Sepertinya kau memang lupa. Aku ingatkan lagi. Perempuan ini ...," Hebat menunjuk ke arah Bina, "dia adalah istriku tapi kau malah memperkenalkannya di depan bibimu. Apa kau sudah gila Hery?"

Terpopuler

Comments

istripak@min

istripak@min

klw itu istrinu knp kau buat taruhan??? gitu jawab nya

2023-06-30

0

R⃟ Shezan Hayase

R⃟ Shezan Hayase

hayooo Hery jgn sprt Hebat yg selalu merendahkan Bina krna statusnya. Maksud si Hebat memperjelas status Bina sbg istrinya kenapa?? ga terima atau?? hmhmm

2023-06-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!