"Kamu bilang hanya mencintaiku tapi kamu tidur dengan wanita lain saat kita akan menikah. Hebat, apa segitu tidak berharganya aku dimatamu sampai kamu tega bermain di belakangku?"
Ucapan Heniya membuat Hebat merasa bersalah. Sebab, kenyataannya, ia memang bersenang-senang dengan Bina yang ia kira wanita bayaran teman-temannya. Awalnya Hebat memang menentang keinginan teman-temannya yang memaksa menyewa wanita bayaran untuk semalam tapi kemudian ia ikut menikmati ketika Bina datang ke kamarnya.
'Memang aku yang salah sama kamu Heniya karena aku bukannya mengusir wanita itu. Aku malah menariknya masuk ke kamar dan mengikuti permainan liciknya. Kesalahanku itu malah membawa masalah besar untukku.' Bahkan Hebat diam tak bisa mengatakan apapun dan hanya bisa membatin, menyalahkan dirinya dan juga Bina yang ia kira sudah menjebaknya.
"Ini buktinya kamu sudah tidak mencintaiku lagi Hebat. Kamu cuma diam saat harusnya kamu membalas kata-kataku." Heniya kembali bicara dengan kekecewaannya dan juga amarahnya pada Hebat yang hanya diam saja dengan wajah sedikit menunduk, tak memandangnya.
Hebat kembali menatap Heniya dengan tatapan sendu. "Aku diam bukan karena aku tidak mencintaimu, Heniya tapi karena aku bingung harus bilang apa supaya kamu tidak marah padaku lagi. Maafkan aku karena kelalaianku malah membuatmu terluka!"
"Memang apa yang terjadi sampai kamu bilang sudah lalai?" tanya Heniya yang penasaran dengan kata-kata Hebat.
"Sebenarnya aku dijebak Heniya. Kamu tahu kan, aku nggak bisa membedakan orang saat mabuk. Aku nggak sadar. Dan wanita itu sengaja datang ke kamarku saat aku mabuk sampai aku berakhir tidur dengan dia. Papa pun nggak mau mendengar kan ku karena dia sangat mementingkan tanggungjawab. Apalagi wanita pelayan itu, keponakannya Om Azil. Papa lebih percaya sama dia dibanding aku. Karena itu, aku nggak punya pilihan selain menikahinya. Sungguh, aku nggak punya niat untuk mengkhianati kamu, Heniya. Percayalah padaku."
Heniya percaya ucapan Hebat. Dan ia merasa kasihan setelah mendengar bahwa Hebat dijebak oleh wanita itu sampai Hebat bertanggungjawab dengan menikahi seorang pelayan. Heniya pun kembali mendekati Hebat, kemudian meraih tangan kekasihnya, menggenggamnya dengan lembut. "Maafkan aku karena sempat menyalahkanmu dan mempertanyakan perasaanmu. Aku begini bukan karena nggak percaya sama kamu tapi karena aku nggak mau kehilangan kamu. Dan kalau kamu menikahi pelayan itu karena Om Alister, nggak apa-apa. Aku bisa mengerti tapi kamu juga harus menikahiku untuk membuktikan pada semua orang bahwa kamu hanya mencintaiku."
Hebat memegang kedua pipi Heniya sembari menatap Heniya lebih dekat. "Heniya, aku memang ingin sekali menikahimu dan menjadikanmu milikku selamanya tapi aku nggak mau kamu mendapatkan posisi yang tidak pantas. Aku ingin menikahimu secara sah dengan pesta meriah dan menjadikanmu istriku satu-satunya. Karena itu, tolong bersabar sampai aku menceraikan wanita itu."
"Aku harus bersabar sampai kapan sayang?" tanya Heniya yang butuh kepastian.
"Tunggulah sampai sebulan."
Heniya mengerutkan keningnya. "Sebulan? Kenapa aku harus menunggu sebulan? Bukannya kamu bisa menceraikan wanita itu saat ini juga. Toh, kamu sudah memenuhi keinginan papamu dengan menikahinya dan menceraikannya adalah hakmu, sayang!"
"Aku ingin membuktikan pada orangtuaku bahwa aku nggak sampai membuat pelayan itu hamil." Hebat percaya diri jika melakukannya sekali tidak sampai membuat Bina mengandung dan setelah ia membuktikan bahwa wanita itu tidak hamil, ia akan mengusirnya jauh-jauh dari hidupnya, bahkan Hebat berencana memenjarakan Bina.
"Baiklah. Aku bakal tunggu kamu sebulan. Setelah sebulan, aku ingin dengar kamu menceraikan dia, Hebat." Heniya akhirnya mengerti tapi ia menjadi benci dan dendam pada wanita yang sudah dinikahi Hebat.
Keduanya tidak bicara lagi masalah itu. Heniya yang ingin menghabiskan waktunya bersama Hebat, mengajak Hebat ke taman rumahnya dan minum teh berdua di sana sambil bercerita santai.
Sementara Bina masih berada di kamar hotel. Ia tidak tahu harus pergi ke mana selain berdiam diri di kamar itu. Ia ingin kembali ke kost-nya, ia sudah menikah dengan Hebat. Azil melarangnya untuk tinggal di sana lagi. Mau kembali bekerja di hotel ini, ia diberikan libur dua hari. Mau pergi ke Kediaman Sandero, ia tidak bisa pergi sendiri tanpa Hebat. Alhasil, Bina hanya duduk termenung di kasur dalam posisi memeluk kedua lututnya dengan dagu bersandar di atas lututnya itu.
Pikirannya kembali pada kejadian kemarin malam ketika pergi ke kamar Hebat. Kala itu, ia sedang tugas malam menggantikan seniornya yang sedang sakit. Sebagai pegawai magang, ia tidak bisa menolak. Terlebih ia menjadi pegawai magang untuk keperluan nilai semesternya yang mengharuskan semua mahasiswa dijurusannya menjadi pegawai magang. Ditambah untuk mencari pengalaman serta bahan untuk ujian akhir semester.
Malam itu, seorang tamu komplain dan menyuruhnya datang ke kamar 003 membawa anggur mahal, kamar yang ditempati Hebat dan teman-temannya bersenang-senang.
Namun sampainya di sana, Bina malah ditarik masuk oleh Hebat dan lelaki yang sedang mabuk berat itu, memaksanya berhubungan intim. Bina yang hanya perempuan lemah, tidak bisa melawan kekuatan Hebat kala itu. Sampai pada akhirnya Bina pasrah dan hanya bisa menangis saat Hebat merenggut kesuciannya. Paginya, Hebat malah menyalahkannya sebagai wanita licik yang sengaja datang untuk menjebaknya.
"Kenapa hal seperti itu terjadi padaku? Kenapa?" Mengingat kejadian itu, membuat Bina menangis sedih. Bagaimana tidak? Ia berusaha menjaga kehormatannya tapi malah direnggut oleh pria yang malah menuduhnya telah merencanakan kejadian itu.
Namun, Bina tidak ingin terlalu larut dalam tangisan kesedihan yang sebenarnya tidak akan selesai hanya dengan sebuah pernikahan. Ia memilih untuk kuat meski itu cukup sulit untuknya yang tidak punya tempat untuk mengadu.
Lama, Bina duduk di kamar itu hingga akhirnya Hebat datang. Bina langsung berdiri ketika pria itu masuk kamar. Dan Hebat mendatanginya sembari menatap dingin. Pria itu langsung melempar sebuah map di atas meja tepat di depan Bina berdiri.
"Itu surat perjanjian pernikahan. Kamu tanda tangani sekarang!" desak Hebat.
Bina tidak langsung menuruti Hebat. Ia membuka map itu dan membaca isi perjanjiannya yang membuat Hebat kesal.
"Kamu nggak punya hak untuk protes ataupun menolak."
"Saya cuma mau tahu isi perjanjiannya," ujar Bina melihat Hebat.
"Isinya, kita akan bercerai sebulan dari sekarang. Itu kalau kamu terbukti nggak hamil, tapi kalau kamu terbukti hamil, kita akan cerai setelah anak itu lahir. Dan selama kamu tinggal di rumah saya, kamu harus menjadi pelayan saya. Kalau kamu menolak, kamu tinggal pergi setelah memberitahu Om Azil dan keluarga saya kalau kamulah yang nggak mau menjadi istri saya."
"Oke, saya tanda tangan tapi saya menolak jadi pelayanmu!" tegas Bina.
"Nggak masalah tapi jangan harap kamu bisa magang di hotel ini lagi," ancam Hebat yang membuat Bina takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments