Bab 2. Aku Hanya Mencintaimu, Heniya

Hebat meninggalkan Bina sendirian di Hotel. Pria itu malah mendatangi rumah Heniya untuk bicara pada Heniya, menjelaskan dirinya yang masih mencintai Heniya. Namun karena sudah tengah malam, Hebat hanya menunggu di mobilnya-di depan rumah Heniya. Ia datang ditengah malam seperti ini karena dirinya tidak sabar ingin melihat Heniya. Namun Hebat tetap memikirkan sopan santunnya yang seharusnya tidak bertamu tengah malam begini. Karena itu, ia tidak memberitahu kedatangannya pada Heniya.

Hebat yang duduk menunggu di dalam mobilnya, terus memandang ke arah kamar Heniya, berharap melihat Heniya di sana meski kemungkinannya kecil karena Heniya pasti sudah tidur, terlihat dari lampu kamar Heniya yang sudah mati. Namun Hebat tidak tahu bahwa perempuan itu sebenarnya belum tidur.

Bahkan Heniya tahu bahwa Hebat datang ke rumahnya. Heniya melihat mobil Hebat terparkir di depan rumahnya. Ia berdiri di dekat jendela, memandang mobil itu diam-diam. Ada perasaan sedih serta tidak tega melihat kekasihnya menunggu di tengah malam yang dingin ini. Ia ingin sekali memanggil Hebat, menyuruh pria itu masuk ke rumahnya.

Heniya masih diam memandang mobil Hebat, berharap melihat sosok pria yang ia tinggalkan begitu saja di tempat pestanya. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Heniya kaget sampai ia refleks menoleh ke arah pintu. “Pa!”

“Papa tahu kalau ada Hebat di depan rumah. Heniya, sebagai perempuan terhormat, kamu harus menjaga martabatmu. Jangan rendahkan dirimu dengan menunjukkan sikapmu yang terlalu mencintai Hebat. Papa tidak suka kalau kamu yang mengejar-ngejar Hebat.”

“Dulu papa yang senang banget setelah tahu aku dan Hebat pacaran. Bahkan papa yang desak kita untuk menikah. Sekarang, papa malah menentang hubungan kami, bahkan membatalkan pernikahan kami,” ujar Heniya dengan tegas.

“Papa membatalkan pernikahan kamu dan membawamu pergi meninggalkan pesta itu, karena papa malu kalau berada di sana. Semua orang tahu Hebat meniduri wanita lain di hari kamu harusnya menikah dengannya. Masa papa biarkan anak papa dipermalukan di depan semua orang. Nama baik keluarga kita juga akan hancur Heniya. Tapi walau papa bersikap tegas begini sama kamu, bukan berarti papa tidak setuju lagi kamu bersama dengan Hebat. Yang papa mau, Hebat mengejar-ngejar kamu Heniya. Bukan kamu yang mengejar-ngejar dia.”

Tuan Malik menjeda kalimatnya. Kemudian berjalan tiga langkah mendekati anaknya yang berdiri di dekat jendela lalu ia memegang kedua bahu anaknya sambil menatap anaknya lekat-lekat, “Heniya, saat ini Hebat sudah menikah. Kamu tidak boleh mendekati pria itu lebih dulu karena orang akan berpikir bahwa kamu orang ketiga dalam pernikahan mereka meski kenyataannya tidak seperti itu. Biarkan Hebat yang mengejar-ngejarmu. Dan buat dia menceraikan wanita pelayan itu. Itu yang papa harapkan dari kamu anak kebanggaan papa.”

Heniya yang masih merasa sedih dan kecewa karena batal menikah dengan Hebat, mengangguk menyetujui perkataan papanya.

“Kamu adalah anak Malik Augus. Kamu harus singkirkan orang yang berani mengambil milikmu tanpa merendahkan dirimu. Paham!”

Heniya mengangguk. “Paham Pa!”

Menjelang pagi, Hebat menurunkan kaca mobilnya agar ia bisa melihat jelas keadaan rumah Heniya dan untuk memastikan Heniya. Hebat ingin masuk tapi jam dipergelangan tangannya menunjukkan pukul enam pagi. Tidak sopan jika ia bertamu sepagi ini. Hebat menghela nafas panjangnya lalu meregangkan lehernya karena terlalu lama bersandar di kursi mobilnya. Setelah pukul tujuh pagi, ia berniat keluar dari mobil dan minta izin masuk ke dalam oleh satpam yang berjaga di depan pagar rumah Heniya tapi satpam itu lebih dulu mendatangi Hebat dan mengetuk pintu mobilnya.

Hebat menurunkan kaca mobilnya lalu berkata, "Pak Toni! Ada apa Pak?"

"Pak Malik suruh Anda masuk menemui beliau. Katanya ada yang ingin dibicarakan beliau dengan Anda, Tuan Muda." Pak Toni mengenal baik Hebat yang merupakan pewaris Keluarga Sandero, salah satu keluarga konglomerat yang perusahaannya sukses sampai di seluruh Asia. Karena itu, ia memanggil Hebat 'Tuan Muda'

"Oke, saya keluar sekarang!" Hebat keluar dari mobilnya dan masuk melewati pagar rumah Heniya. Lalu ia menekan bel rumah Heniya dan ada pembantu rumah yang membuka pintu itu. Hebat dibiarkan masuk oleh pembantu dan dibawa bertemu dengan Tuan Malik dan Nyonya Vena yang duduk di ruang tamu, sengaja menunggu Hebat.

"Pagi Om, Tante!" sapa Hebat sembari membungkuk hormat di depan kedua orang tua Heniya.

"Duduklah!" titah Tuan Malik dengan tatapannya yang serius melihat Hebat.

"Saya tahu kalau kamu menunggu semalaman di luar rumah makanya saya memanggil kamu masuk. Saya ingin bicara serius sama kamu mengenai hubunganmu dengan Heniya. Tidak masalah kan, kalau saya ikut campur?"

"Nggak masalah Om. Silahkan!" kata Hebat sopan dan ramah.

"Saya tidak akan bicara banyak. Saya cuma mau tanya, perasaan kamu pada anak saya?" tanya Tuan Malik.

"Saya masih mencintai Heniya, Om. Dan perasaan saya tidak akan pernah berubah!" kata Hebat dengan penuh percaya diri.

"Tapi kamu malah menikahi wanita lain. Apa kamu berniat mempermainkan anak saya?" Tuan Malik mengatakan itu untuk tahu keseriusan Hebat terhadap anaknya. Sebab walau ia ingin sekali menikahkan anaknya dengan Hebat tapi ia tidak akan mau menjatuhkan harga dirinya jika Hebat saja tidak menginginkan anaknya.

"Sebenarnya tujuan saya datang kemari untuk menjelaskan pada om dan Tante, juga sama Heniya kalau saya menikahi perempuan itu karena rasa tanggungjawab saya sebagai laki-laki dan itu pun keinginan orang tua saya. Itu kesalahan saya yang mabuk sampai saya masuk jebakan perempuan itu," tutur Hebat.

"Kamu dijebak?" tanya Nyonya Vena.

"Iya Tante. Saya yakin kalau saya dijebak saat saya mabuk. Dan keinginan saya untuk menikahi Heniya tidak pernah berubah Om, Tante."

"Lalu bagaimana dengan perempuan yang kamu nikahi? Jangan-jangan kamu mau jadikan anak saya istri kedua!" imbuh Tuan Malik.

"Nggak Om. Saya nggak pernah berpikir untuk menjadikan Heniya istri kedua. Dia nggak pantas dapat posisi itu. Papa saya pun sangat benci memiliki dua istri. Saya akan menikahi Heniya secara baik-baik setelah saya menceraikan perempuan itu. Secepatnya Om, Tante!"

Mendengar penjelasan Hebat, membuat Tuan Malik dan Nyonya Vena yakin dengan keseriusan Hebat.

"Baiklah. Kamu boleh bertemu Heniya. Sekarang dia ada di kamarnya. Dia sudah lama menunggumu," kata Tuan Malik.

"Terima Kasih Om! Kalau begitu, saya permisi!" Hebat berdiri lalu berjalan menuju kamar Heniya.

Saat Hebat ingin mengetuk pintu kamar Heniya, Heniya lebih dulu membukanya.

"Hebat!" panggil Heniya pelan tapi wajahnya kaget karena tidak menyangka melihat Hebat di depan kamarnya.

"Heniya!" balas Hebat tapi disaat yang sama, Heniya memeluknya.

Heniya sadar bahwa ia tak boleh menunjukkan sikapnya yang terlalu berlebihan hingga ia melepaskan pelukannya dari Hebat, bahkan raut wajahnya berubah dingin. "Kamu mengkhianatiku Hebat, jadi untuk apa lagi kamu datang kemari?"

"Aku hanya mencintaimu, Heniya!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!