8. Aturan

Arthur memasuki sebuah kamar yang cukup besar. Itu adalah suite room sebuah hotel yang dia tempati selama di New York. Dia berdiri di depan kaca besar yang memperlihatkan pemandangan malam kota yang tidak pernah tidur tersebut.

"Hhh ..." Arthur mengesah pelan sampai sesuatu yang ditunggunya tiba. Suara pintu yang diketuk.

Arthur bergerak dan segera membukakan pintunya. Seorang wanita cantik masuk ke kamarnya. Dia tampak menggoda dengan pakaian yang cukup terbuka.

"Hallo, Tuan. Aku Westny." Wanita itu memperkenalkan diri.

Arthur mengulas senyum tipis. "Yah, kau tau apa yang harus kau lakukan?" ujarnya.

"Tentu saja, Tuan. Bisa kita mulai?"

Westny mengalungkan tangannya di leher Arthur, dia mencoba mencicipi bibir pria itu, tapi Arthur menghindar.

"Langsung saja," kata Arthur. Dia memang memesan seorang wanita untuk menemaninya malam ini dan Westny terlihat cukup menarik baginya, tapi Arthur memiliki aturan untuk mencapai pelepasannya. Ini semua dia lakukan hanya untuk penyaluran kebutuhan. Arthur tidak tertarik untuk menikah karena dia tidak tau arti sebuah keluarga.

Westny membuka pakaiannya sendiri, berusaha menyervis Arthur dengan baik melalui pelayanannya. Tapi ditengah permainan, Arthur justru terbayang wajah Brianna. Dan itu cukup mengganggu konsentrasinya.

"S h i t!" Arthur mengumpat tertahan.

"Apa ada masalah, Tuan?"

"Tidak ada, lanjutkan saja." Arthur mencoba menepis bayangan Brianna. Dia tau ini akan sulit karena ini sudah berulang kali terjadi bahkan saat dia memutuskan untuk tinggal jauh di Canada.

Arthur merasakan miliknya sudah dimainkan oleh wanita itu dengan lincahnya. Namun, Arthur justru membayangkan jika yang sedang bersamanya adalah Brianna. Bukan Brianna yang sekarang tampak modis dengan penampilannya, tapi Brianna yang dulu. Polos, lugu dan terkesan bodoh.

Westny melihat Arthur mengerangg nikmat karena ulahnya. Dia tak mau Arthur mencapai puncak sendirian, dia juga ingin merasakan kejantanann milik Arthur agar memasukinya.

Saat Westny mengarahkan benda itu ke miliknya, tiba-tiba Arthur tersadar jika itu bukanlah Brianna.

"No!" Arthur mencegah perbuatan Westny.

"Please, Tuan. Aku tidak bisa menahannya."

"Kau sudah baca aturanku, bukan?"

Westny bersungut-sungut dan menahan kesal didalam hatinya. Bagaimana bisa seorang pria matang memesan seorang wanita namun tidak menginginkan memasukinya. Arthur hanya memesan bloww job, dengan alasan tidak bisa memasuki sembarang wanita.

"Come on, Tuan. Kita bisa menggunakan pengaman jika kau meragukan kesehatanku."

"Sekali ku bilang tidak, maka selamanya akan tidak!" Arthur menekankan kata-katanya.

Westny merengut, dia sudah sangat tak tahan melihat milik Arthur yang menggoda jiwa kewanitaannya.

"Selesaikan tugasmu, atau hentikan sampai disini," kata Arthur dingin.

Mau tak mau Westny pun melanjutkan apa yang tadi ia lakukan. Dia mengumpat Arthur yang egois karena hanya menginginkan pelepasannya sendiri tanpa memikirkan dirinya. Tapi, apa peduli Arthur? Untuk itulah dia membayar seorang wanita. Dia tak perlu repot memuaskan Westny juga.

Saat Arthur sudah mencapai tujuannya, dia segera meminta Westny pergi begitu saja. Bahkan wanita itu tidak ia izinkan tau identitas aslinya. Ini hanya hubungan semalam yang Arthur anggap sebagai bisnis. Dia butuh penyaluran, dan Westny membutuhkan uang. Bukankah semuanya impas?

Seperginya Westny, Arthur menghubungi seseorang dimana dia memesan jasa wanita itu tadi.

"Lain kali, beri aku wanita yang profesional. Aku tidak mau dia berusaha melanggar aturanku."

Seseorang diseberang panggilan langsung mengiyakan perkataan Arthur yang terkesan dingin tersebut. Dia sudah tau peraturan Arthur yang tidak menginginkan penyatuan dalam hubungan semalam yang dipesannya.

...****...

Seperti hari-hari biasanya, mau tak mau Brianna harus tetap bekerja. Chico memang masih di rumah sakit, tapi dia sudah ditangani dan kondisinya jauh lebih baik. Suhu tubuh bocah itu juga sudah turun sehingga Brianna bisa bekerja dengan hati tenang hari ini.

"Bri, pertemuan dengan Fabio kemarin tertunda karena dia kecelakaan. Tolong kau atur ulang jadwal meeting dengannya melalui sekretarisnya."

"Baik, Nyonya."

Brianna bersyukur Jane sangat baik padanya sehingga itu cukup membantunya dalam bekerja. Ini juga salah satu alasan Brianna betah bekerja di perusahan yang sekarang ia tempati.

"Ah ya, besok lusa aku harus pergi ke London bersama Arthur. Atur semua keperluannya ya."

Brianna mengangguk. "Saya akan memesankan dua tiket, Nyonya," katanya.

"Jangan dua, tiga tiket," kata Jane memperjelas.

Brianna kembali manggut-manggut. "Apa Cleo sudah kembali bekerja?" tebaknya.

"Belum. Cleo masih cuti bulan madu. Mungkin dia akan kembali bekerja Minggu depan."

Mulut Brianna sudah terbuka untuk menanyakan perihal untuk siapa tiket yang satunya lagi, tetapi Jane lebih dulu melanjutkan kalimatnya.

"... tiga tiket itu untukku, Arthur dan kau, Brianna."

"Aku?" Brianna menunjuk dirinya sendiri.

"Ya. Kau harus ikut."

"Ta-tapi, Nyonya?" Tentu saja Brianna terkejut dengan hal ini, terlebih ia harus pergi dengan Arthur juga.

Jane tersenyum lembut dan menepuk punggung tangan Brianna, seolah meyakinkan wanita itu.

"Ku pikir ini salah satu tugasmu sebagai sekretaris ku, Bri."

"Hm--uhm, ya baiklah, Nyonya."

Brianna kembali ke mejanya yang berada di luar ruangan Jane. Saat kepalanya dipenuhi oleh pikiran mengenai pergi ke London bersama Arthur, tiba-tiba saja pria itu muncul dan menyenggol bahu Brianna yang tampak tidak fokus.

Tentu Arthur sengaja melakukan hal itu, kemudian dia terkekeh pelan saat melihat Brianna sedikit limbung karena perbuatannya.

"Berhentilah mengganggu!" sergah Brianna.

Arthur tersenyum miring. "Woa, mulut pedasmu itu," oloknya.

Brianna menggelengkan kepalanya. Tidak, dia tak boleh terpengaruh karena sikap Arthur. Arthur pasti berencana membuat masalah dengannya, agar dia tidak tahan bekerja disini kemudian mengundurkan diri. Dia harus lebih sabar menghadapi Arthur, agar dia tetap bisa bekerja dengan baik, begitulah batin Brianna.

"Ah ya, mana kacamata bo dohmu yang dulu sering kau gunakan?"

Brianna menghentikan langkah karena perkataan Arthur, namun dia tak menoleh sedikitpun pada pria itu.

"Seharusnya kau masih menggunakannya. Itu cocok untukmu," kata Arthur melanjutkan kalimatnya.

"Selesaikan urusan anda disini tanpa mengusik orang lain," kata Brianna datar.

Mendengar itu, sudut bibir Arthur melengkung. Dia tersenyum dalam posisinya yang tak dapat dilihat oleh Brianna. Kemudian Arthur benar-benar memasuki ruangan sang ibu.

"Mom, apakah kita harus ke London?" Sebenarnya Arthur tak ingin pergi ke kota itu. Dia masih betah di New York, paling tidak untuk beberapa waktu lagi. Dia masih menikmati masa-masa lengangnya sebelum sibuk kembali saat pulang ke Canada.

"Ya, hanya 2 hari. Kita harus bertemu Mr. Smith untuk tahap akhir pembuatan infrastruktur baru."

Perusahaan mendiang Ayah Arthur yang di Canada memang bergerak di bidang real estate, sama seperti yang dikelola Jane di New York. Tapi, Jane bukan pemilik, dia hanya memiliki jabatan sebagai Direktur disana, sedang pemilik aslinya adalah Gerard Smith yang kebetulan sedang berada di London.

Proyek kali ini cukup besar, mengharuskan adanya kerjasama antara pihak perusahaan Arthur dengan perusahaan Gerard. Jadi, mau tak mau kedua pria itu memang harus bertemu untuk membicarakan tahap akhir.

"Itu pasti membosankan," celetuk Arthur.

"Kau selalu saja bermain-main, Arthur. Apa kau mau perusahaan mendiang Ayahmu bangkrut?"

"Tentu saja tidak, Mom. Aku sudah berusaha semampuku untuk mengelolanya."

Jane berdecak lidah, Arthur tidak pernah serius. Padahal Jane mengharapkan Arthur bisa dewasa dan bertanggung jawab atas kepercayaan mendiang suaminya yang diberikan kepada Arthur. Apa kiranya yang bisa membuat Arthur berubah? Jane pikir, Arthur harus menikah, tapi putranya menolak untuk hal itu.

Arthur bahkan pernah mengatakan tak memikirkan hal itu sama sekali.

Jane tak bisa terus memaksakan Arthur. Ia tau putranya begini karena takut memiliki hubungan toxic seperti dirinya dan mantan suaminya itu. Ya, pada akhirnya dia dan Wilson bercerai, sebelum Ayah Arthur itu meninggal. Mereka berbeda prinsip, memiliki ego yang tinggi dan selalu bertengkar, jadi wajar jika sampai sekarang Arthur tak tertarik untuk menjalin sebuah hubungan. Mungkin dia mengira semua hubungan akan berakhir sama seperti kedua orangtuanya.

"Kau harus ikut dan bertemu dengan Mr. Smith. Kau harus melihat bagaimana dirinya mengelola perusahaan dengan baik."

"Inilah yang membuatku malas, Mom."

"Kenapa?"

"Karena Mom selalu membandingkan aku dengan Gerard."

"Mom bukan membandingkanmu dengannya, tapi ingin kau belajar darinya."

Arthur menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Baiklah... aku tidak punya pilihan, kan?" ujarnya pasrah.

...To be continue ......

Terpopuler

Comments

Adek Ar

Adek Ar

cerita yg menarik

2025-03-16

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kau?
2 2. Masih sama
3 3. Masa Kelam
4 4. Chico
5 5. Sebuah Rahasia
6 6. Flashback
7 7. Bad Dream
8 8. Aturan
9 9. Dia ikut?
10 10. Takut
11 11. Undangan
12 12. Berdansa
13 13. Cemburu?
14 14. Dejavu
15 15. Pengunduran diri
16 16. Kalut
17 17. Meminta bantuan
18 18. Syarat
19 19. Pekerjaan sampingan
20 20. Pria yang sama
21 21. Lakukan denganku!
22 22. Tak bisa lepas darinya
23 23. Menjenguk
24 24. Mirip
25 25. Usul
26 26. Licik
27 27. Tak berhak memilih
28 28. Tiba
29 29. Sebuah foto
30 30. Satu Kosong
31 31. Informasi
32 32. Memberikan pilihan
33 33. Pengecualian
34 34. Dilema
35 35. Tak akan membiarkan
36 36. Mengiba
37 37. Status baru
38 38. Sebuah hadiah
39 39. Kembali dingin
40 40. Cobalah menerima
41 41. Membuka diri
42 42. Thank you, Wife
43 43. Peduli
44 44. Tertawa bersama
45 45. Beri aku kesempatan
46 46. I love her
47 47. Mengakui perasaan
48 48. Pisah Kamar
49 49. Status Ayah
50 50. Pias
51 51. Serius?
52 52. Bertemu langsung
53 53. Ingin Bicara
54 54. To the point
55 55. Mengakui
56 56. Pukulan
57 57. Menyukai
58 58. Daddy
59 59. Paket
60 60. Pria asing
61 61. Mengelabui
62 62. Kita Keluarga
63 63. Memamerkan
64 64. Meringankan beban
65 65. Menggunakan kekuasaan
66 66. Syarat untuk sebuah restu
67 67. Mengikhlaskan
68 68. Tak usah berterima kasih
69 69. Ayah yang sesungguhnya
70 70. Persiapan
71 71. Wedding
72 72.
Episodes

Updated 72 Episodes

1
1. Kau?
2
2. Masih sama
3
3. Masa Kelam
4
4. Chico
5
5. Sebuah Rahasia
6
6. Flashback
7
7. Bad Dream
8
8. Aturan
9
9. Dia ikut?
10
10. Takut
11
11. Undangan
12
12. Berdansa
13
13. Cemburu?
14
14. Dejavu
15
15. Pengunduran diri
16
16. Kalut
17
17. Meminta bantuan
18
18. Syarat
19
19. Pekerjaan sampingan
20
20. Pria yang sama
21
21. Lakukan denganku!
22
22. Tak bisa lepas darinya
23
23. Menjenguk
24
24. Mirip
25
25. Usul
26
26. Licik
27
27. Tak berhak memilih
28
28. Tiba
29
29. Sebuah foto
30
30. Satu Kosong
31
31. Informasi
32
32. Memberikan pilihan
33
33. Pengecualian
34
34. Dilema
35
35. Tak akan membiarkan
36
36. Mengiba
37
37. Status baru
38
38. Sebuah hadiah
39
39. Kembali dingin
40
40. Cobalah menerima
41
41. Membuka diri
42
42. Thank you, Wife
43
43. Peduli
44
44. Tertawa bersama
45
45. Beri aku kesempatan
46
46. I love her
47
47. Mengakui perasaan
48
48. Pisah Kamar
49
49. Status Ayah
50
50. Pias
51
51. Serius?
52
52. Bertemu langsung
53
53. Ingin Bicara
54
54. To the point
55
55. Mengakui
56
56. Pukulan
57
57. Menyukai
58
58. Daddy
59
59. Paket
60
60. Pria asing
61
61. Mengelabui
62
62. Kita Keluarga
63
63. Memamerkan
64
64. Meringankan beban
65
65. Menggunakan kekuasaan
66
66. Syarat untuk sebuah restu
67
67. Mengikhlaskan
68
68. Tak usah berterima kasih
69
69. Ayah yang sesungguhnya
70
70. Persiapan
71
71. Wedding
72
72.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!