6. Flashback

4 Tahun yang lalu ...

"Ah, lepaskan aku!" Brianna merintihh karena tapak sepatu hak tinggi milik Caitlyn menginjak perutnya.

"Tidak! Kau tidak akan ku lepaskan!" Caitlyn menyeringai. Wajahnya tampak sangat marah. Sebatang rokok yang terselip ditangannya, sesekali dia sulut hingga asapnya menguar di udara dan membuat Brianna terbatuk-batuk dihadapannya.

"Jangan ganggu aku lagi!" Brianna terisak, dia tidak kuat lagi, perutnya yang diinjak oleh Caitlyn terasa semakin sakit.

"Ini semua karena kau tidak mengantarkan paketnya pada Arthur!" tukas Caitlyn.

Sebuah kantong plastik diberikan Reyna kepada Caitlyn, yang tanpa basa-basi langsung dia siramkan isinya kepada tubuh Brianna yang tergeletak dilantai. Itu adalah air es yang sangat dingin.

Byur!!!

Brianna menjerit histeris, tapi percuma, tidak akan ada yang mendengarnya. Caitlyn, Tetty dan Reyna membawanya secara paksa ke sebuah rumah kosong begitu acara prom night di kampus mereka selesai dilaksanakan.

"Aku sudah memberikan paketnya tapi dia menginjaknya!" jawab Brianna dan itu justru semakin menyulut kemarahan Caitlyn.

"Bohong! Harusnya kau berusaha agar dia mau menerimanya!"

Caitlyn semakin gencar menendang tubuh Brianna, disertai suara tawa Reyna dan Tetty yang seolah tengah menyemangati, bak suporter bola yang sedang menonton sebuah pertandingan.

Selanjutnya, Caitlyn juga mencoret-coret wajah Brianna dengan spidol bak melukis diatas kertas.

"Kau harus memberinya pelajaran, Caitlyn! Iya, seperti itu! Beri hiasan dipipinya," ujar Reyna mendukung perbuatan temannya.

"Itu benar! Si Jelek ini tidak berguna dan harus diberi pelajaran, karena sampai kita lulus, Arthur sama sekali tidak merespon semua pemberianmu yang kau titipkan melalui dia. Pasti dia sengaja melakukannya!" tambah Tetty mempengaruhi.

Caitlyn setuju dengan ucapan kedua temannya, tidak ada kata takut maupun kasihan dihatinya untuk terus menyiksa Brianna. Hingga terakhir, dia menyiksa Brianna dengan penuh emosi.

"Kita semua sudah terlanjur lulus dari universitas ini, Jelek! Tidak akan ada kesempatan bagiku untuk menyiksamu lagi, jadi anggaplah ini terakhir kalinya, sebagai salam perpisahan dariku untukmu."

Bersamaan dengan kalimatnya yang selesai diucapkan, Caitlyn menekankan api diujung rokoknya pada kulit tubuh Brianna. Bukan sekali melainkan berkali-kali. Brianna menjerit kesakitan dan mereka pun pergi meninggalkannya disana sendirian.

Dengan sisa-sisa energi yang nyaris habis, Brianna keluar dari rumah kosong itu dua puluh menit kemudian.

Jangan tanyakan keadaannya, dia sangat kacau. Baju yang basah. Tubuh yang gemetar kedinginan. Perut yang sakit juga kulit yang melepuh karena api rokok?.

Brianna tidak akan pernah melupakan semua ini. Segala yang Caitlyn lakukan terhadapnya.

Brianna berjalan untuk mencari pertolongan tapi sialnya dia hanya menemukan jalanan sepi. Entah pukul berapa sekarang sampai akhirnya Brianna melihat cahaya dari lampu mobil yang menyilaukan mengarah kepadanya.

"Hah, ternyata dia. Aku pikir hantu!" celetuk seorang pria yang baru saja turun dari mobil tadi. Dari nada bicaranya, pria itu terdengar tidak senang karena bertemu dengan Brianna disana.

Pria yang Brianna ketahui bernama Mathius itu, salah satu teman sekawanan Arthur.

Mathius kemudian bertepuk tangan, seolah memberi kode pada teman-temannya yang masih ada di dalam mobil.

"Lihatlah, dia bukan hantu. Dia hanya si norak berambut pirang!" teriak Mathius membuat ke tiga temannya yang lain ikut keluar dari dalam mobil. Salah satu dari mereka tentu saja adalah Arthur.

"Kau terlihat mengerikan," sinis Arthur melihat penampilan Brianna dan gadis itu langsung ditertawakan oleh mereka semua.

Brianna tidak menyahut, dia ingin kembali berjalan sampai menemukan halte bis terdekat.

"Hey! Mau kemana, kau?" Teman mereka yang lain menghadang langkah Brianna.

"Sudah, lepaskan saja dia, Leon!" kata Harry yang ikut bicara.

"Tidak, sepertinya akan menyenangkan jika kita mengerjainya." Leon menyahut.

"Dia sudah sangat kacau. Apa kau masih mau mengganggunya?" kata Harry mencoba menengahi.

"Hey, Harry. Jangan mengasihaninya!" sergah Leon. "Bagaimana menurutmu, Arthur?" tanyanya lagi yang kini mengarah pada Arthur.

Arthur mengendikkan bahu. "Bukankah kita memiliki acara yang lebih seru?" ujarnya.

"Tapi dia sayang untuk dilewatkan," kata Mathius yang bersemangat mengerjai Brianna.

"Ya sudah, bawa dia!" ucap Arthur.

Brianna hendak lari, tapi dia tak memiliki tenaga yang cukup untuk hal itu. Apalagi disini dia hanya sendiri, sementara mereka berempat dan memiliki tenaga yang pasti jauh lebih besar ketimbang dirinya.

"Lepaskan aku!' Brianna mencoba berontak saat Mathius dan Leon memaksanya ikut masuk ke dalam mobil yang kini diambil alih kemudinya oleh Arthur.

Blam ... Pintu mobil ditutup dengan mereka semua yang sudah memasuki mobilnya.

"Dia kita sekap saja dulu. Besok baru kita mengerjainya," usul Harry. Sepertinya hanya dia yang sedikit memiliki nurani disini. "Lagipula, kita sudah memiliki rencana lain selepas acara kelulusan hari ini, kan?" ujarnya kemudian.

"Aku mau menyuruhnya banyak hal," kata Mathius tidak sabar.

Mereka terus bicara tanpa mempedulikan Brianna yang menjerit histeris di jok belakang.

"Tidak. Dia sudah sangat kacau. Besok saja." Harry pada keputusannya.

"Kalau begitu, dimana dia kita simpan? Apa dia takkan dicari keluarganya?" timpal Leon.

"Tak akan, dia mahasiswa penerima beasiswa, biasanya orang-orang sepertinya tak memiliki keluarga, dia juga miskin. Tidak akan ada yang mendengarkan laporan orang miskin. Bawa saja dia bersama kita!" kata Mathius menjelaskan sekaligus memberi ide.

"Benar juga." Leon setuju dengan hal itu.

"Hahaha!" Mereka semua tertawa, termasuk Arthur yang sejak tadi banyak diam.

Mobil yang berjalan itu perlahan melambat disebuah Villa yang jauh dari kota.

Disana, Brianna segera dimasukkan ke dalam kamar kosong yang terletak disamping dapur. Biasanya itu kamar yang digunakan para pelayan yang berjaga disana, tapi karena para pelayan diminta cuti oleh Leon karena dia akan berpesta disana, sehingga villa itu benar-benar kosong.

Brianna terus melawan dan mencoba kabur berkali-kali membuat Leon kesal dan mencampurkan minumannya dengan obat tidur, agar gadis itu tidak dapat pergi kemanapun.

"Dimana dia?" tanya Mathius.

"Dikamar belakang. Aku memberinya obat tidur."

"Untung otakmu encer," puji Mathius.

Arthur hanya diam sembari menyalakan rokoknya. Dia menikmati suasana tenang di villa keluarga Leon.

"Mana pesta kejutannya?" tanya Harry yang paling sedikit bicara diantara mereka semua.

"Tenanglah. Memangnya kau mau pesta seperti apa?" tanya Leon dengan senyum smirk-nya.

"Aku hanya butuh minuman," jawab Harry apa adanya.

"Pesta ini akan lebih dari itu."

"Woa. Apa kau akan menyediakan para wanita juga?" timpal Mathius.

Leon menjentikkan jari dan ada tiga orang wanita disana. Dia tau Harry tidak bermain wanita, jadi dia tak menyediakan untuk temannya yang satu itu.

Musik mulai dimainkan dan lampu-lampu mulai meredup selayaknya berada didalam sebuah club'.

Harry terkekeh melihat para wanita itu mulai menggoda Mathius, Leon dan Arthur.

"Nikmatilah itu!" katanya sambil menuang minumannya. Tapi, baru saja Harry hendak menenggak cairan berwarna keemasan itu, namun seseorang datang lalu menepuk pundaknya.

"Bisakah kau temani Diana? Aku sedang tidak tertarik bersamanya," kata Arthur.

"Why?" tanya Harry.

"Aku hanya sedang ingin minum tanpa diganggu."

"Kau ada masalah? Ku lihat kau banyak diam hari ini?"

"Tidak. Aku hanya memikirkan orangtuaku."

Ayah dan Ibu Arthur selalu bertengkar karena mereka memiliki bisnis masing-masing, mereka selalu menganggarkan ego yang sama-sama besar. Itulah yang membuat Arthur tumbuh menjadi anak yang broken home, bahkan sampai ia menjadi seorang pemuda seperti sekarang, ia tidak merasa bahagia dan tidak mengetahui arti dari keluarga.

Harry memahami permasalahan Arthur tanpa dijelaskan lebih lanjut. Ia mengangguk dan akan menemani Diana untuk menggantikan Arthur.

"Aku hanya akan menemaninya. Aku tidak tertarik padanya," kata Harry dan Arthur mengiyakan.

Malam itu, Arthur minum cukup banyak. Sampai akhirnya ia cukup mabuk dan saat menyadari keadaan sekitar, ia sudah tak melihat teman-temannya lagi termasuk Harry dan Diana.

"Kemana mereka?" gumam Arthur dengan kepala berat.

Pemuda itu berjalan mencari teman-temannya, namun ia masih cukup sadar untuk tidak mengganggu kesenangan mereka yang mungkin sedang berkencan dengan para wanita.

Arthur menyusuri lorong, sampai akhirnya ia tiba di kamar dimana Brianna dikurung oleh Leon. Dia tidak mengetahui Brianna ada di kamar yang itu, namun kunci ruangan itu tergantung di lubang kunci begitu saja.

Entah kenapa Arthur malah masuk kesana, dia pikir dia mau beristirahat saja.

Akan tetapi, Arthur justru melihat Brianna yang sudah tertidur. Diantara rasa sadar dan mabuknya, Arthur terkekeh saat melihat wajah Brianna yang kacau dan berantakan.

"Haha, kau seperti badut!" oceh Arthur. Dia mengambil tisu diatas nakas dan mencoba membersihkan wajah Brianna.

"Orang bilang, mahasiswa yang kuliah karena beasiswa adalah orang-orang yang pintar, tapi kenapa kau bo doh? Kenapa kau mau saja diperintah oleh Caitlyn?" Arthur terus meracau sambil tangannya sibuk membersihkan sisa-sisa coretan diwajah Brianna. Dari ucapannya, jelas ia tau siapa yang saat ini berada bersamanya.

Hingga tanpa sadar, tangannya menyentuh bibir gadis itu dan merasakan kelembutannya dengan jarinya.

"Kalau begitu, aku juga boleh memerintahmu untuk menemaniku, kan?"

...To be continue ......

Terpopuler

Comments

Siti Aminah

Siti Aminah

kau akan menyesal Arthur suatu saat nanti

2024-11-27

0

Henny Aprilaz

Henny Aprilaz

kampret lo Arthur 😡😡😡

2024-09-06

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kau?
2 2. Masih sama
3 3. Masa Kelam
4 4. Chico
5 5. Sebuah Rahasia
6 6. Flashback
7 7. Bad Dream
8 8. Aturan
9 9. Dia ikut?
10 10. Takut
11 11. Undangan
12 12. Berdansa
13 13. Cemburu?
14 14. Dejavu
15 15. Pengunduran diri
16 16. Kalut
17 17. Meminta bantuan
18 18. Syarat
19 19. Pekerjaan sampingan
20 20. Pria yang sama
21 21. Lakukan denganku!
22 22. Tak bisa lepas darinya
23 23. Menjenguk
24 24. Mirip
25 25. Usul
26 26. Licik
27 27. Tak berhak memilih
28 28. Tiba
29 29. Sebuah foto
30 30. Satu Kosong
31 31. Informasi
32 32. Memberikan pilihan
33 33. Pengecualian
34 34. Dilema
35 35. Tak akan membiarkan
36 36. Mengiba
37 37. Status baru
38 38. Sebuah hadiah
39 39. Kembali dingin
40 40. Cobalah menerima
41 41. Membuka diri
42 42. Thank you, Wife
43 43. Peduli
44 44. Tertawa bersama
45 45. Beri aku kesempatan
46 46. I love her
47 47. Mengakui perasaan
48 48. Pisah Kamar
49 49. Status Ayah
50 50. Pias
51 51. Serius?
52 52. Bertemu langsung
53 53. Ingin Bicara
54 54. To the point
55 55. Mengakui
56 56. Pukulan
57 57. Menyukai
58 58. Daddy
59 59. Paket
60 60. Pria asing
61 61. Mengelabui
62 62. Kita Keluarga
63 63. Memamerkan
64 64. Meringankan beban
65 65. Menggunakan kekuasaan
66 66. Syarat untuk sebuah restu
67 67. Mengikhlaskan
68 68. Tak usah berterima kasih
69 69. Ayah yang sesungguhnya
70 70. Persiapan
71 71. Wedding
72 72.
Episodes

Updated 72 Episodes

1
1. Kau?
2
2. Masih sama
3
3. Masa Kelam
4
4. Chico
5
5. Sebuah Rahasia
6
6. Flashback
7
7. Bad Dream
8
8. Aturan
9
9. Dia ikut?
10
10. Takut
11
11. Undangan
12
12. Berdansa
13
13. Cemburu?
14
14. Dejavu
15
15. Pengunduran diri
16
16. Kalut
17
17. Meminta bantuan
18
18. Syarat
19
19. Pekerjaan sampingan
20
20. Pria yang sama
21
21. Lakukan denganku!
22
22. Tak bisa lepas darinya
23
23. Menjenguk
24
24. Mirip
25
25. Usul
26
26. Licik
27
27. Tak berhak memilih
28
28. Tiba
29
29. Sebuah foto
30
30. Satu Kosong
31
31. Informasi
32
32. Memberikan pilihan
33
33. Pengecualian
34
34. Dilema
35
35. Tak akan membiarkan
36
36. Mengiba
37
37. Status baru
38
38. Sebuah hadiah
39
39. Kembali dingin
40
40. Cobalah menerima
41
41. Membuka diri
42
42. Thank you, Wife
43
43. Peduli
44
44. Tertawa bersama
45
45. Beri aku kesempatan
46
46. I love her
47
47. Mengakui perasaan
48
48. Pisah Kamar
49
49. Status Ayah
50
50. Pias
51
51. Serius?
52
52. Bertemu langsung
53
53. Ingin Bicara
54
54. To the point
55
55. Mengakui
56
56. Pukulan
57
57. Menyukai
58
58. Daddy
59
59. Paket
60
60. Pria asing
61
61. Mengelabui
62
62. Kita Keluarga
63
63. Memamerkan
64
64. Meringankan beban
65
65. Menggunakan kekuasaan
66
66. Syarat untuk sebuah restu
67
67. Mengikhlaskan
68
68. Tak usah berterima kasih
69
69. Ayah yang sesungguhnya
70
70. Persiapan
71
71. Wedding
72
72.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!