Meminta Brianna untuk mendekati Arthur, bukan karena Jane menginginkan adanya hubungan lebih diantara mereka berdua. Sebagai seorang ibu, Jane khawatir pada putranya. Dia hanya mau mengecek apakah Arthur masih menyukai wanita atau justru memiliki orientasi se k s ual yang menyimpang.
Bagaimana Jane tak berpikir demikian, dia bahkan tidak pernah melihat Arthur bersama seorang wanita. Entahlah saat Arthur di Canada, tetapi tak sekalipun Arthur mengenalkan seorang perempuan kepadanya.
"Hanya mendekatinya, Bri. Bukan berkencan atau sampai menjalin hubungan serius dengannya," kata Jane menegaskan.
"Aku tidak bisa, Nyonya." Brianna kembali menolak. Dia tidak akan bisa melakukan semua hal yang berkaitan dengan Arthur.
"Kenapa?"
"Dari sekian banyak wanita, kenapa nyonya memilihku?" Alih-alih menyebutkan alasannya, Brianna malah balik bertanya.
"Karena kejadian tempo hari yang terjadi antara kau dan Arthur, ku pikir ... aku jadi ingin tau apakah Arthur masih tertarik pada seorang wanita atau tidak," jawab Jane terus terang.
Brianna mendengkus pelan. Ini berarti Jane ingin membuat sebuah percobaan untuk putranya.
"Maaf Nyonya, sekali lagi aku katakan kalau aku tidak bisa. Jangan tanyakan alasannya, karena aku juga tak bisa mengatakannya."
Jane terperangah dengan ujaran Brianna yang terdengar tegas tersebut. Namun, dia menghargai keputusan wanita itu dan tak mau memaksanya.
"Aku permisi, Nyonya." Brianna menunduk sopan kemudian berlalu dari ruangan Jane.
Dengan ini, Brianna sudah dapat menarik sebuah kesimpulan mengenai semuanya. Brianna akan tetap bekerja disana namun dia tidak boleh meminjam uang dari perusahaan karena menolak permintaan Jane.
...****...
Brianna menemui Cecilia, salah seorang teman yang cukup dekat dengannya. Perkenalan mereka berawal dari ruang perawatan yang sama, saat itu Cecil juga melahirkan putranya--sehari sebelum Chico dilahirkan oleh Brianna.
Sejak saat itu, Brianna dan Cecil menjadi cukup dekat karena merasa cocok satu sama lain. Brianna dapat bercerita apa saja pada Cecil tanpa perlu malu dan menutupi apapun, karena Cecilia juga selalu terbuka pada Brianna terkait apa yang terjadi padanya.
Cecilia hamil karena ketelodorannya saat bekerja. Ya, dia seorang wanita malam yang biasa menjajakan diri. Cecilia tak munafik, dia bekerja seperti itu demi mendapatkan uang sebab kebutuhan hidup selalu menuntut untuk dipenuhi. Cecilia merasa itu realistis dan Brianna pun tidak pernah menghakimi pekerjaannya. Itu yang membuat mereka bisa sedekat sekarang.
"Aku mau meminjam uangmu, Cecil," kata Brianna tanpa basa-basi.
Cecilia menatap Brianna dengan sorot prihatin. Jika Brianna begini dapat dipastikan terjadi sesuatu karena Brianna termasuk teman yang tidak pernah meminjam uangnya, apalagi sekarang Brianna tampak sangat putus asa.
"Apa Chico sakit lagi?" tebak Cecil.
"Hmm ..." Brianna menatap lurus-lurus ke depan sana, tanpa menatap pada lawan bicaranya.
"Aku akan membantumu, Bri. Betapa yang kau butuhkan?"
"Cukup banyak ..." Brianna menceritakan detail biaya yang dibutuhkan untuk deposit perawatan kesehatan sang putra.
"Itu lumayan banyak, Bri. Aku hanya bisa membantumu 5% dari total dananya," kata Cecil.
Brianna menatap Cecil tak percaya. "Kau serius? Segitu saja aku sudah sangat bersyukur," katanya.
"Yah. Maaf hanya bisa membantumu sebatas itu."
"Terima kasih, Cecil. Aku sangat menghargai bantuanmu. Aku akan membayarnya jika aku sudah memiliki uang gantinya."
"Jangan dipikirkan. Lebih baik kau memikirkan bagaimana menutupi sisanya."
Brianna menghela nafas berat. "Itulah yang belum bisa ku pikirkan. Rasanya aku tidak tau harus meminjam pada siapapun lagi," katanya.
"Apa kau mau bekerja seperti aku?"
Ucapan Cecilia tentu membuat Brianna syok. Dia menatap Cecil dengan sorot tak percaya.
"Sorry, bukan maksudku mau menjerumuskanmu. Aku juga tak mau kau masuk ke dunia sepertiku, lagipula pekerjaanmu sudah cukup bagus sekarang. Aku hanya memberimu opsi, karena mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat itu hal yang mustahil jika bukan dari menjual diri atau organ tubuhmu," kata Cecil yang selalu blak-blakan. Ucapan Cecilia memang selalu terdengar masuk akal dan realistis.
Brianna pikir, apa yang Cecil katakan memang benar, dia tak akan mendapatkan uang secara instan. Dalam pekerjaannya pun, dia tak pernah dibayar didepan, harus menunggu bulan berikutnya untuk diberikan gaji. Ah, rasanya kepala Brianna sangat sakit sekarang.
"Uhm, begini ... ada seseorang yang pernah diceritakan oleh temanku. Dia bilang, pria itu tidak tertarik berhubungan badan, tapi dia akan membayar cukup mahal hanya untuk sebuah servis bloww job."
"A--apa?" Brianna terbelalak. Dia pikir apa ada orang yang mau membayar wanita panggilan hanya untuk sebatas servis seperti itu?
"Ku pikir itu cocok untukmu, Bri. Bahkan kau tidak perlu membuka bajumu," kata Cecil lagi, diselingi dengan tawa kecilnya.
"Tidak, aku tidak mungkin melakukan itu, Cecil. Aku tidak berpengalaman," jawab Brianna.
"Dengar, kau juga bukan seorang perawan, Brianna Walton. Jadi kau tinggal melakukan tugasmu sesuai aturan yang dibuat pria itu. Dia tak membutuhkan pengalamanmu, yang penting kau memuaskannya tanpa menuntut kepuasan juga. Kau tidak perlu tau siapa dia, dia juga tidak perlu tau siapa dirimu. Kau menerima uangnya dan Chico akan tetap bisa ditindaklanjuti karena depositnya sudah kau isi. Segampang itu."
"A--apa menurutmu begitu?"
Cecilia mengendikkan bahu. "Entahlah, menurut orang-orang yang berpikiran sepertiku, mungkin itu adalah jalan cepat satu-satunya disaat membutuhkan uang dan tidak memiliki apapun untuk dijaminkan."
"Ah." Brianna memijat pangkal hidungnya.
"Maafkan aku jika aku salah bicara." Cecilia membawa Brianna kedalam pelukannya, sebenarnya dia amat prihatin dengan keadaan yang menghimpit Brianna. "Kau masih bisa memikirkannya lagi. Aku hanya berkata asal, tapi aku tidak memiliki saran yang lain," akuinya.
"Yah, aku tau kau berusaha memberi ku solusi."
Brianna berusaha menguatkan diri agar dia tidak menangis. Sudah cukup dulu dia selalu menghabiskan stok airmata. Sekarang Brianna tak mau bersikap demikian lagi. Dia harus bisa menjadi wanita yang kuat. Segala yang menimpa Chico adalah ujian hidup yang harus dilaluinya.
Brianna pulang dari rumah Cecilia. Dia hanya mendapat sedikit uang tambahan dari wanita itu. Dia langsung menuju Rumah Sakit untuk menambah deposit Chico, meski uang itu tidak dapat membayar biayanya sepenuhnya.
"Bri?"
Brianna melihat Flo menghampirinya. Flo seakan dapat membaca jika sampai sekarang Brianna belum mendapatkan tambahan uangnya.
"Kau tidak mendapatkan pinjaman dari perusahaan?"
Brianna menggeleng atas pertanyaan Flo.
"Lalu bagaimana?" tanya Flo prihatin.
"Ku pikir aku akan melakukan pekerjaan sampingan lain," jawab Brianna.
"Pekerjaan apa?" selidik Flo. Dia tak mau Brianna melakukan pekerjaan yang aneh karena wanita itu sering diluar prediksi.
"Menurutmu, apakah aku harus mendekati Arthur demi mendapatkan uang?"
"Kenapa harus mendekatinya?" Flo keheranan.
"Itu syarat yang diberikan Mrs. Jane agar aku mendapatkan pinjaman uang."
"Aku tidak menyetujui hal itu, Bri," kata Flo.
"Kalau begitu, biarkan aku mengambil pekerjaan yang satunya." Brianna bergumam pelan.
"Apa pekerjaan yang satunya?" Flo kembali menyelidik.
"Pekerjaan yang ditawarkan Cecilia."
...To be continue......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Henny Aprilaz
Haha ketemu c arthur...jodo yaaaa
2024-09-07
0
emmiliana harwin
janjangan dong Thor maksa Briana kaya gitu
2024-07-12
0
Ririn Nursisminingsih
haduh briana kg bodoh...jg ambil pekerjaan yg ditawarkan cecilia
2024-07-06
3