7. Bad Dream

Brianna sangat kesal saat Leon meninggalkannya di dalam sebuah kamar. Brianna tau pemuda itu menguncinya disana, sehingga jikapun Brianna kembali berusaha untuk kabur, itu akan percuma dan hanya akan menghabiskan tenaganya.

Apa sebagian orang kaya harus seperti mereka yang selalu berbuat semaunya? Dan orang miskin seperti Brianna yang akan terus menjadi korbannya? Rasanya Brianna ingin protes pada dunia. Bukankah ini semua terlalu kejam untuk ia terima?

Brianna merasa tidak sanggup lagi, tapi ada keyakinan didalam dirinya untuk tetap hidup karena dia masih memiliki seorang adik laki-laki untuk ia urus. Zach membutuhkannya, meski usia Zach sekarang bukanlah anak-anak lagi, tapi hanya Brianna yang menjadi tumpuan hidup bagi sang adik.

Saat Brianna memikirkan nasibnya yang tragis karena menjadi korban pembullyan seperti ini, juga memikirkan nasib Zach yang kemungkinan sedang menunggunya pulang sekarang. Tiba-tiba saja kepala Brianna merasa pusing.

"Ah, kepalaku ..." Brianna merintih sembari memegangi pelipisnya sendiri. Ia berpikir mungkin ini adalah efek dari siraman air es yang dilakukan Caitlyn padanya beberapa waktu lalu, hingga menyebabkannya pusing seperti tanda-tanda orang yang akan demam.

Tapi lama kelamaan, Brianna merasa kepanasan. Dia juga merasa ada yang aneh pada dirinya sendiri.

Brianna ingat, jika sebelum memaksanya masuk ke kamar ini tadi, Leon mencekoki dia minuman. Leon bilang itu hanya obat tidur agar Brianna bisa tidur nyenyak malam ini dan tidak berniat untuk kabur lagi. Tapi, kenapa sampai sekarang Brianna tidak merasa mengantuk? Justru merasa ada yang aneh, terutama pada ... inti tubuhnya yang terasa berdenyut terus menerus.

"Sebenarnya aku kenapa?" Brianna panik, mondar-mandir di kamar itu sendirian. Lalu dia terkesiap saat mendengar suara pintu yang dibuka. Brianna sontak melompat ke tempat tidur sembari berlagak memejamkan matanya.

Ya. Brianna berpura-pura tidur.

Brianna mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Dia belum tau siapa yang datang disana. Namun, suara kekehan yang terdengar, membuat Brianna menyadari siapa pemilik suara itu. Arthur.

"Haha, kau seperti badut!" oceh Arthur tentu Brianna mendengarnya. Dia masih berlagak tertidur, berharap Arthur segera pergi meninggalkannya disana.

Sayangnya, Arthur justru mengambil tisu diatas nakas dan lanjut membersihkan wajah Brianna. Brianna cukup terkejut dengan hal ini. Kenapa Arthur melakukannya?

"Orang bilang, mahasiswa yang kuliah karena beasiswa adalah orang-orang yang pintar, tapi kenapa kau bo doh? Kenapa kau mau saja diperintah oleh Caitlyn?"

Sepertinya Arthur sedang mabuk, begitulah pemikiran Brianna yang juga serba salah, karena kondisinya sendiri juga sedang tidak baik-baik saja saat ini.

Brianna mendengar Arthur yang terus meracau sambil tangannya sibuk membersihkan sisa-sisa coretan diwajah Brianna.

Saat tangan Arthur menyentuh bibir Brianna dengan sangat lembut, mendadak Brianna menginginkan hal yang lebih daripada itu. Breng sek, kenapa Brianna harus menikmati sentuhan pria si a lan ini?

"Kalau begitu, aku juga boleh memerintahmu untuk menemaniku, kan?" Terdengar suara Arthur yang kembali melanjutkan racauannya.

Didetik selanjutnya, Brianna membuka kelopak matanya dan menyadari jika wajah Arthur sudah sangat dekat dengan wajahnya. Kulit mereka bersentuhan dan itu menimbulkan ge-lenyar aneh yang dapat dirasakan oleh Brianna.

Arthur melucutii baju mereka berdua dan anehnya Brianna justru membiarkannya saja.

"A-apa yang kau lakukan?" Mulut Brianna hendak memprotes, tapi tubuhnya seperti berkata sebaliknya, dia membutuhkan sentuhan yang lebih daripada itu.

Arthur tampak menyeringai, saat dia tau jika Brianna tidak benar-benar tidur, itu justru membuatnya tertantang.

"Habiskan malam ini bersamaku," kata Arthur dengan suara beratnya.

"Aku tidak mau!" geram Brianna. Mana mungkin dia mau melakukannya dengan pria yang paling dia benci ini. Selain Arthur yang juga suka mengganggunya, karena pemuda ini jugalah Brianna selalu dibully oleh Caitlyn and the genk.

Namun, mulut Brianna memang berkata tidak mau, tapi saat Arthur mengabaikan penolakannya dan justru menyentuh titik-titik kelemahannya, Brianna justru melenguhh kenikmatan.

"Sangat disayangkan karena penolakan bibirmu tidak selaras dengan keinginan tubuhmu, lagipula aku tidak peduli penolakanmu selama tubuhmu mau," kata Arthur yang juga agak mabuk. Namun, dia cukup sadar bahwa yang saat ini berada dibawah kungkungannya adalah Brianna, gadis yang biasa dirundungnya.

"Ah ...." Brianna mendesahh keras saat kejantanann Arthur mulai menggeseknyaa.

"Kau sudah sangat siap rupanya," kata Arthur yang menyadari jika milik Brianna telah basah.

Sepersekian detik berikutnya, Arthur benar-benar melakukan penyatuann mereka tanpa meminta persetujuan dari Brianna. Melihat wajah gadis itu yang tampak menikmati permainannya, diartikan Arthur sebagai lampu hijau pertanda dia boleh meneruskan.

"Breng sek!" umpat Brianna. Ia juga mengumpat dirinya sendiri yang seakan haus untuk dijamahh oleh Arthur. Sebenarnya apa yang terjadi padanya, kenapa dia seperti ini?

"Bilang saja kau menginginkannya, humm? Ada banyak gadis di kampus kita, yang menginginkan bercintaa denganku!" ujar Arthur blak-blakan.

"Dan itu mereka! Bukan aku!" Brianna masih tidak menyetujui apa yang sudah terlanjur Arthur lakukan. Ini seperti bertolak belakang dengan hati kecilnya sendiri.

Arthur mencoba mencium bibir Brianna, tapi gadis itu menolaknya. Karena kesal, Arthur menarik tengkuk Brianna agar sedikit menunduk.

"Jangan munafik! Kau menikmatinya. Coba kau lihat bagaimana penyatuan kita!"

Dan Brianna memang melihatnya, matanya terbelalak melihat pemandangan itu, dan itu justru membuat has rat Brianna semakin berkobar, namun disisi lain dia marah karena merasa dilecehkan.

Brianna hendak memukul Arthur, tapi kedua tangan Brianna langsung ditahan diatas kepalanya sendiri oleh pria itu, dia tidak dapat memberontak kala menyadari bahwa benar-benar telah terjadi sesuatu antara dirinya dan Arthur. Semuanya sudah terlanjur. Ini bahkan lebih parah dari semua perundungan yang biasa dia terima.

Saat Brianna kembali merasakan hentakan itu di inti tubuhnya, dia tau jika ini adalah hal yang salah dan akan menghancurkannya. Masa depannya pun turut porak poranda, ini juga melenyapkan semua harga dirinya.

Brianna merasa habis. Betul-betul habis ditangan Arthur. Apa jadinya dia setelah ini?

"Ah ... lebih cepat lagi, yah itu, good ..." tanpa sadar, Brianna justru melenguhh nikmat karena dia nyaris tiba di puncaknya. Ini membuatnya seakan melambung tinggi.

Namun disisi hati kecilnya yang lain, Brianna benci hal ini karena sempat-sempatnya dia mencapai pelepasannya karena perbuatan Arthur. Padahal, hatinya jelas menolak semua ini.

Kepala Brianna yang tadi terasa nyeri, sekarang tidak lagi. Dia merasa lega luar biasa sekarang, setelah semuanya tersalurkan.

Brianna lantas melihat Arthur, pemuda itu menyeringai, Arthur pasti tau jika Brianna telah sampai di titik puncak. Hingga akhirnya, Arthur menyusul Brianna dengan erangann di akhir kalimatnya.

"You're so damn good, Briannahh ..."

Yang Brianna artikan jika Arthur jelas sadar kalau malam ini dia melakukannya dengan Brianna.

Brianna merasakan kehangatan itu, yang Arthur biarkan meresap ke dalam rahimnya. Arthur bahkan meminta Brianna untuk melihatnya, melihat sisa-sisa cairan itu yang sedikit tertinggal dan tampak membasahi miliknya. Brianna terisak, tapi dia mengingat jelas wajah Arthur yang tampak puas, pun dirinya juga merasakan hal serupa.

Sebuah senyuman tersungging di bibir Arthur. Dia terlihat benar-benar breng sek dimata Brianna.

Brianna terkesiap. Selalu mimpi yang sama. Berkali-kali dia memimpikan malam kelam itu. Malam yang salah. Benar-benar salah. Malam dimana dia mencapai kenikmatan bersama pria yang dibencinya. Membuatnya menanamkan dalam dirinya bahwa sampai kapanpun dia akan tetap membenci Arthur.

"Forever hate you, Arthur!" gumam Brianna dengan hati yang dongkol. Brianna ingin menganggap semua yang terjadi hanya sebatas mimpi saja, sayangnya semua mimpi itu nyata dan memang pernah terjadi dihidupnya.

"Momma ..."

Suara kecil Chico menyadarkan Brianna pada kenyataan. Astaga, tadi dia sudah berkata kasar tanpa dia sadari sangking kesalnya harus mimpi hal yang sama lagi. Brianna lupa jika saat ini dia tengah berada di kamar perawatan Chico.

"Apa Momma bermimpi lagi?"

Brianna yang ternyata tertidur di pinggiran bed hospital yang ditempati Chico--hanya bisa mengulas senyum kecil pada bocah itu.

"Apa yang Momma mimpikan? Apa itu mimpi buruk?"

"Tidak, Sayang. Momma memimpikan kau sembuh dan kita pergi membeli mainan baru," katanya mengalihkan perhatian Chico.

Brianna ingin mencoba mengubur pemikirannya soal mimpi buruk yang kembali menghampirinya lagi dan lagi. Bukan untuk pertama kali kejadian itu muncul di mimpi Brianna, ini sudah yang kesekian, Brianna sampai tak bisa menghitungnya.

"Tapi, aku mendengar Momma marah-marah saat tidur."

"Benarkah?" Brianna mengacak rambut lebat Chico. "Mungkin Momma marah karena tidak punya uang untuk membelikanmu mainan, maka dari itu, Momma harus semakin giat bekerja supaya bisa membelikan Chico banyak mainan. Bagaimana, boleh kan?" dalihnya, agar bocah itu tidak terus menanyai soal mimpinya.

"Tentu saja boleh, Momma." Chico mengacungkan jari kelingkingnya yang disambut Brianna dengan jari yang sama, lalu mereka menautkaan jari jemari tersebut.

"Good boy!"

Brianna dan Chico ber-high-five ria, kemudian tertawa bersama.

...To be continue ......

Terpopuler

Comments

Sita Sit

Sita Sit

kasian briana

2025-01-04

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kau?
2 2. Masih sama
3 3. Masa Kelam
4 4. Chico
5 5. Sebuah Rahasia
6 6. Flashback
7 7. Bad Dream
8 8. Aturan
9 9. Dia ikut?
10 10. Takut
11 11. Undangan
12 12. Berdansa
13 13. Cemburu?
14 14. Dejavu
15 15. Pengunduran diri
16 16. Kalut
17 17. Meminta bantuan
18 18. Syarat
19 19. Pekerjaan sampingan
20 20. Pria yang sama
21 21. Lakukan denganku!
22 22. Tak bisa lepas darinya
23 23. Menjenguk
24 24. Mirip
25 25. Usul
26 26. Licik
27 27. Tak berhak memilih
28 28. Tiba
29 29. Sebuah foto
30 30. Satu Kosong
31 31. Informasi
32 32. Memberikan pilihan
33 33. Pengecualian
34 34. Dilema
35 35. Tak akan membiarkan
36 36. Mengiba
37 37. Status baru
38 38. Sebuah hadiah
39 39. Kembali dingin
40 40. Cobalah menerima
41 41. Membuka diri
42 42. Thank you, Wife
43 43. Peduli
44 44. Tertawa bersama
45 45. Beri aku kesempatan
46 46. I love her
47 47. Mengakui perasaan
48 48. Pisah Kamar
49 49. Status Ayah
50 50. Pias
51 51. Serius?
52 52. Bertemu langsung
53 53. Ingin Bicara
54 54. To the point
55 55. Mengakui
56 56. Pukulan
57 57. Menyukai
58 58. Daddy
59 59. Paket
60 60. Pria asing
61 61. Mengelabui
62 62. Kita Keluarga
63 63. Memamerkan
64 64. Meringankan beban
65 65. Menggunakan kekuasaan
66 66. Syarat untuk sebuah restu
67 67. Mengikhlaskan
68 68. Tak usah berterima kasih
69 69. Ayah yang sesungguhnya
70 70. Persiapan
71 71. Wedding
72 72.
Episodes

Updated 72 Episodes

1
1. Kau?
2
2. Masih sama
3
3. Masa Kelam
4
4. Chico
5
5. Sebuah Rahasia
6
6. Flashback
7
7. Bad Dream
8
8. Aturan
9
9. Dia ikut?
10
10. Takut
11
11. Undangan
12
12. Berdansa
13
13. Cemburu?
14
14. Dejavu
15
15. Pengunduran diri
16
16. Kalut
17
17. Meminta bantuan
18
18. Syarat
19
19. Pekerjaan sampingan
20
20. Pria yang sama
21
21. Lakukan denganku!
22
22. Tak bisa lepas darinya
23
23. Menjenguk
24
24. Mirip
25
25. Usul
26
26. Licik
27
27. Tak berhak memilih
28
28. Tiba
29
29. Sebuah foto
30
30. Satu Kosong
31
31. Informasi
32
32. Memberikan pilihan
33
33. Pengecualian
34
34. Dilema
35
35. Tak akan membiarkan
36
36. Mengiba
37
37. Status baru
38
38. Sebuah hadiah
39
39. Kembali dingin
40
40. Cobalah menerima
41
41. Membuka diri
42
42. Thank you, Wife
43
43. Peduli
44
44. Tertawa bersama
45
45. Beri aku kesempatan
46
46. I love her
47
47. Mengakui perasaan
48
48. Pisah Kamar
49
49. Status Ayah
50
50. Pias
51
51. Serius?
52
52. Bertemu langsung
53
53. Ingin Bicara
54
54. To the point
55
55. Mengakui
56
56. Pukulan
57
57. Menyukai
58
58. Daddy
59
59. Paket
60
60. Pria asing
61
61. Mengelabui
62
62. Kita Keluarga
63
63. Memamerkan
64
64. Meringankan beban
65
65. Menggunakan kekuasaan
66
66. Syarat untuk sebuah restu
67
67. Mengikhlaskan
68
68. Tak usah berterima kasih
69
69. Ayah yang sesungguhnya
70
70. Persiapan
71
71. Wedding
72
72.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!