16. Kalut

Jane duduk menatap Arthur yang baru saja tiba di hadapannya.

"Katakan, apa yang kau perbuat pada Brianna, Arthur!" tukas Jane tanpa tedeng aling-aling pada sang putra.

Arthur tampak diam, namun Jane seolah masih menunggu pria itu menjawab pertanyaannya.

"Aku mabuk, Mom." Kalimat itu yang keluar dari bibir Arthur.

Jane berdiri dari duduknya, mengelilingi tubuh Arthur yang seperti membeku ditempatnya.

"Brianna mengundurkan diri."

Arthur tersentak mendengarnya. Meski mulutnya selalu mengatakan menginginkan Brianna untuk tidak bekerja dengan ibunya lagi, tapi disisi lain dia tidak benar-benar mengharapkan hal itu.

"... sejauh apa yang kau lakukan padanya, Arthur? Kenapa Brianna sampai memutuskan hal sejauh ini? Dia bahkan mau membayar biaya pinalti karena mengundurkan diri sebelum waktunya."

"Mom, aku ..." Arthur tidak tau harus berkata apa, dia belum menyiapkan alasan untuk menjawab pertanyaan ibunya.

"Apa kau tertarik padanya?" Jane menatap lamat-lamat pada mata Arthur, namun pria itu tidak berani membalas tatapan sang ibu.

"Tentu saja tidak, Mom." Arthur menyahut sembari berjalan ke arah sofa dan duduk disana, dia mulai bisa menguasai keadaan sekarang. "Biarkan saja dia mengundurkan diri dan membayar biaya pinalti nya," ujarnya kemudian.

Jane tertawa miris, tak habis pikir dengan penuturan putranya sendiri.

"Dia tidak akan bisa membayar biaya itu, Mom. Dia akan kembali bekerja seperti biasanya."

"Arthur!" Jane menarik nafas dalam. "Bukan kalimat itu yang ingin Mom dengar darimu. Mom pikir kau mau meminta maaf padanya agar dia membatalkan niat untuk mengundurkan diri, tapi ternyata kau malah membiarkannya?" ujarnya yang lagi-lagi tak menduga jika Arthur setega ini.

"Sudah ku katakan jika aku mabuk, Mom. Haruskah aku meminta maaf atas perbuatan yang ku lakukan dalam keadaan tidak sadar?" tanyanya.

"Tentu saja. Sadar ataupun tidak, kau sudah melecehkannya!" tukas Jane keras.

Arthur tertawa sumbang sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia melipat tangan di dada, menatap sang ibu yang tampak marah padanya.

"Jangan berlebihan, Mom. Kenapa Mommy tidak menanyakan kenapa aku bisa melakukan semua itu padanya?"

"Maksudmu?"

"Mom hanya mendengar dari sebelah pihak saja. Brianna mengatakan bahwa aku melecehkannya, tapi aku juga bisa mengatakan bahwa dia yang sengaja menggodaku saat aku mabuk," dalihnya. Dia tidak sepenuhnya berbohong, Brianna memang selalu menggodanya secara tak langsung. Mungkin Brianna tak bermaksud melakukan itu, tapi dia yang selalu tergoda.

Jane memijat pelipisnya sekarang. Entah siapa yang harus dia percaya saat ini.

"Tenanglah, Mom. Brianna akan tetap bekerja jika dia tidak bisa membayar biaya pinalti nya."

"Bagaimana jika dia bisa membayarnya?"

Arthur terdiam, dia yakin Brianna tak bisa membayar biaya itu tapi jika ternyata dugaan Jane benar dan Brianna bisa membayar, bagaimana?

"... minta maaflah padanya, Arthur!" tegas Jane. "Mom tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi pria yang tidak bertanggung jawab. Ambil semua tanggung jawabmu atas segala yang kau lakukan padanya!" sambungnya menekankan kata-katanya.

Arthur tau, apa yang Jane katakan itu benar. Bahkan seharusnya bukan kali ini saja dia harus mengambil tanggung jawab atas Brianna. Semestinya dia sudah bertanggung jawab atas wanita itu sejak 4 tahun yang lalu. Tapi Arthur tidak pernah melakukannya.

"Jangan jadi pecundang, Arthur," kata Jane mengingatkan sang putra.

...****...

Arthur menunggu sesaat sampai seorang wanita yang membuat janji padanya keluar dari gedung Apartmen. Amanda memasuki mobil yang Arthur kemudikan, dia duduk disisi pria itu di kabin depan.

"Apa kau sudah lama menunggu Mr. Mattews?" sapa Amanda ramah.

"Tidak juga." Arthur menyahut acuh tak acuh. "Kita mau kemana?" tanyanya kemudian.

"Bagaimana kalau kita makan malam dulu setelah itu kau bebas mengajakku kemanapun," jawab Amanda penuh arti.

Arthur tersenyum miring, kemudian mulai menginjak pedal gas dan membelah jalanan yang cukup padat dengan kendaraan roda empat yang digunakannya.

Sebuah Restoran mewah yang ditunjuk Amanda menjadi pilihannya. Dia tidak keberatan saat wanita itu menggamit lengannya ketika memasuki area restoran.

Amanda tampak cantik dengan gaun berwarna rosegold yang dia kenakan. Gaun itu membentuk lekuk tubuhnya yang berisi ditempat-tempat tertentu. Tubuh Amanda memang proporsional.

"Kau mau makan apa, Mr. Mattews?"

"Ah, panggil namaku saja." Arthur yakin Amanda sudah tau nama depannya, bahkan nomor ponselnya saja wanita itu pandai mencari tahunya.

"Apa kau mau ku pilihkan menu andalan disini, Arthur?" tanya Amanda sembari melempar senyum menggoda khas-nya.

"Yah, tentu saja."

Amanda memesankan makanan untuk Arthur dan mereka memulai sesi makan malam itu dalam suasana yang tidak canggung karena Amanda termasuk wanita yang supel dan pandai menyesuaikan diri.

"Apa kau sudah lama bekerja dengan Gerard?" tanya Arthur.

"Uhm, cukup lama. Sudah 4 tahun," jawab Amanda.

"Apakah pernah terjadi sesuatu diantara kalian?" tanya Arthur sambil mengunyah daging panggang yang dia tusuk dengan garpunya.

"Maksudmu?" tanya Amanda berlagak tak paham.

"Kau pasti tau maksudku," jawab Arthur. "Semua orang tau sepak terjang seorang Gerard Smith dan itu sudah seperti rahasia umum, jadi mustahil kau tidak memahami kemana arah pertanyaanku."

Amanda tertawa dengan elegan. "Ya, Tuan Smith memang terkenal seperti itu, tapi dia profesional dengan para pekerjanya jadi ... aku tidak pernah main dengannya," jawabnya.

Arthur mengendikkan bahu cuek, dia juga tidak begitu tertarik dengan apa yang terjadi diantara Amanda dan Gerard. Namun yang pasti, dia tak percaya begitu saja dengan ucapan Amanda. Dia meragukannya. Tapi, itu bukan urusannya, pikir Arthur.

"Setelah ini ... apa kau mau menemaniku clubbing?" Amanda mengucapkannya dengan senyum yang selalu penuh arti.

"Yeah, of course." Arthur pikir dia juga butuh hiburan untuk membuatnya melupakan soal Brianna dan pengunduran diri wanita itu.

...****...

"Aku mau mengundurkan diri, Zach." Brianna menelepon Zach di waktu senggangnya malam ini.

"Aku pikir itu bagus." Zach mendukung keputusan Brianna meski dia tidak mengetahui apa yang membuat Brianna mengambil langkah ini. Bukankah biasanya Brianna selalu menolak jika Zach atau Flo memintanya berhenti bekerja?

"Tapi aku masih bingung memikirkan biaya pinalti yang harus ku bayar, Zach."

"Aku akan berusaha membantumu, Bri. Tenanglah. Aku dan Flo punya tabungan. Meskipun itu tidak bisa menutupi semua biaya pinaltinya."

"No, no, aku tidak mau mengganggu tabungan masa depan kalian. Aku juga masih punya uang meskipun tidak banyak."

Helaan nafas kasar terdengar dari seberang sana. Zach sepertinya tidak sependapat dengan ujaran Brianna.

"Uang itu untuk Chico, Bri. Jangan kau gunakan untuk hal ini."

Saat mereka tengah membahas mengenai biaya pinalti itu, tiba-tiba Brianna mendengar suara Flo yang panik memanggil Zach disana.

"Zach? Ada apa?" tanya Brianna. Namun, pertanyaan Brianna itu tidak dijawab oleh Zach, Brianna tidak tau apa yang terjadi dengan mereka disana. Dia mencoba merubah panggilan menjadi video, tapi panggilan itu tak direspon oleh Zach.

Pasti terjadi sesuatu. Brianna mulai khawatir dan gelisah.

Brianna memutus panggilannya, kemudian kembali menghubungi nomor Zach dengan tidak sabar. Dia melakukan itu agar Zach mendengar suara dering telepon darinya karena saat telepon masih tersambung tadi, Zach seperti tidak mendengar ucapannya lagi, seperti sibuk dengan sesuatu.

"Zach, katakan... ada apa? Ada apa?" desak Brianna begitu panggilan itu kembali terhubung.

"Bri, Chico ..."

Mendengar nama Chico disebut, Brianna mendadak kalut. Perasaannya tidak enak.

"Apa terjadi sesuatu dengan Chico?" serobot Brianna.

"Sepertinya jantungnya kumat," jawab Zach dengan intonasi suara yang lemah.

"Tolong ... tolong dia Zach." Brianna menyesal tidak berada disamping Chico sekarang. "Ku mohon, Zach," lirihnya.

"Jangan khawatir, aku dan Flo segera merujuknya ke rumah sakit lagi, Bri. Doakan semuanya baik-baik saja. Aku tutup teleponnya."

Brianna terdiam dengan perasaan yang entah. Dia mendadak gemetar dan lemas setiap kali mendengar jantung Chico kumat. Putranya pasti merasa kesakitan sekarang dan Brianna tidak bisa menemaninya.

Brianna mendekap tubuhnya sendiri, dia takut, sangat takut terjadi sesuatu hal pada Chico. Namun dia juga tidak bisa berbuat banyak dalam keadaan dia berada jauh dari negara dimana putranya berada.

...To be continue ......

Terpopuler

Comments

Siti Aminah

Siti Aminah

semoga Chico baik2 saja...kasian Briana

2024-11-27

0

Nurhasanah

Nurhasanah

mf y semua y..tetutama otor y..knp hrs sakit2 an sie tor anak y..mf mf mf

2024-07-17

0

FUZEIN

FUZEIN

Tersepit 2 situasi

2024-07-14

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kau?
2 2. Masih sama
3 3. Masa Kelam
4 4. Chico
5 5. Sebuah Rahasia
6 6. Flashback
7 7. Bad Dream
8 8. Aturan
9 9. Dia ikut?
10 10. Takut
11 11. Undangan
12 12. Berdansa
13 13. Cemburu?
14 14. Dejavu
15 15. Pengunduran diri
16 16. Kalut
17 17. Meminta bantuan
18 18. Syarat
19 19. Pekerjaan sampingan
20 20. Pria yang sama
21 21. Lakukan denganku!
22 22. Tak bisa lepas darinya
23 23. Menjenguk
24 24. Mirip
25 25. Usul
26 26. Licik
27 27. Tak berhak memilih
28 28. Tiba
29 29. Sebuah foto
30 30. Satu Kosong
31 31. Informasi
32 32. Memberikan pilihan
33 33. Pengecualian
34 34. Dilema
35 35. Tak akan membiarkan
36 36. Mengiba
37 37. Status baru
38 38. Sebuah hadiah
39 39. Kembali dingin
40 40. Cobalah menerima
41 41. Membuka diri
42 42. Thank you, Wife
43 43. Peduli
44 44. Tertawa bersama
45 45. Beri aku kesempatan
46 46. I love her
47 47. Mengakui perasaan
48 48. Pisah Kamar
49 49. Status Ayah
50 50. Pias
51 51. Serius?
52 52. Bertemu langsung
53 53. Ingin Bicara
54 54. To the point
55 55. Mengakui
56 56. Pukulan
57 57. Menyukai
58 58. Daddy
59 59. Paket
60 60. Pria asing
61 61. Mengelabui
62 62. Kita Keluarga
63 63. Memamerkan
64 64. Meringankan beban
65 65. Menggunakan kekuasaan
66 66. Syarat untuk sebuah restu
67 67. Mengikhlaskan
68 68. Tak usah berterima kasih
69 69. Ayah yang sesungguhnya
70 70. Persiapan
71 71. Wedding
72 72.
Episodes

Updated 72 Episodes

1
1. Kau?
2
2. Masih sama
3
3. Masa Kelam
4
4. Chico
5
5. Sebuah Rahasia
6
6. Flashback
7
7. Bad Dream
8
8. Aturan
9
9. Dia ikut?
10
10. Takut
11
11. Undangan
12
12. Berdansa
13
13. Cemburu?
14
14. Dejavu
15
15. Pengunduran diri
16
16. Kalut
17
17. Meminta bantuan
18
18. Syarat
19
19. Pekerjaan sampingan
20
20. Pria yang sama
21
21. Lakukan denganku!
22
22. Tak bisa lepas darinya
23
23. Menjenguk
24
24. Mirip
25
25. Usul
26
26. Licik
27
27. Tak berhak memilih
28
28. Tiba
29
29. Sebuah foto
30
30. Satu Kosong
31
31. Informasi
32
32. Memberikan pilihan
33
33. Pengecualian
34
34. Dilema
35
35. Tak akan membiarkan
36
36. Mengiba
37
37. Status baru
38
38. Sebuah hadiah
39
39. Kembali dingin
40
40. Cobalah menerima
41
41. Membuka diri
42
42. Thank you, Wife
43
43. Peduli
44
44. Tertawa bersama
45
45. Beri aku kesempatan
46
46. I love her
47
47. Mengakui perasaan
48
48. Pisah Kamar
49
49. Status Ayah
50
50. Pias
51
51. Serius?
52
52. Bertemu langsung
53
53. Ingin Bicara
54
54. To the point
55
55. Mengakui
56
56. Pukulan
57
57. Menyukai
58
58. Daddy
59
59. Paket
60
60. Pria asing
61
61. Mengelabui
62
62. Kita Keluarga
63
63. Memamerkan
64
64. Meringankan beban
65
65. Menggunakan kekuasaan
66
66. Syarat untuk sebuah restu
67
67. Mengikhlaskan
68
68. Tak usah berterima kasih
69
69. Ayah yang sesungguhnya
70
70. Persiapan
71
71. Wedding
72
72.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!