Brianna menggeleng. Dia menolak tawaran Arthur tanpa berpikir dua kali, bahkan dia tidak menyahuti ucapan Pria itu sama sekali. Mengabaikan Arthur, seperti yang sudah-sudah.
Melihat itu, tanpa kata Arthur segera menginjak pedal gas hingga mobilnya melesat kencang meninggalkan Brianna didepan Resort. Arthur kesal karena penolakan Brianna, padahal dia sudah menurunkan egonya untuk mengajak wanita itu agar pergi bersama.
"Selalu saja menyebalkan," desis Arthur sambil mengemudikan mobilnya menuju tempat berlangsungnya acara yang diusung Gerard Smith.
Arthur tiba ditempat tersebut beberapa saat kemudian. Dia merapikan jas-nya, kemudian memasuki lobby acara. Dia mencari Gerard, tapi pria itu belum nampak hadir disana.
"Arthur?!"
Arthur menoleh dan mendapati Harry, teman semasa kuliahnya berada di acara yang sama.
"Harry? Woa, apa kabarmu?"
"Seperti yang kau lihat. Aku sangat baik," jawab Harry sambil terkekeh. "Kau ada urusan di London? Ku pikir kau di Canada," ujarnya kemudian.
"Yah, ada sedikit urusan disini. Aku juga sudah ke New York sejak beberapa hari yang lalu."
"Kau tidak kembali ke Canada?"
Arthur menggeleng, "Aku akan kembali kesana, tentu saja."
Harry menepuk-nepuk pundak Arthur dengan akrab. "Apa kau tau kabar Mathius dan Leon?" tanyanya.
"Entahlah, aku sudah lama tidak berkomunikasi dengan mereka, termasuk kau juga."
"Yah, aku juga. Tapi ku dengar Leon ada di Swedia sekarang. Dia sudah menikah," kata Harry.
"Hahah. Yah, itu bagus untuknya." Arthur mengendikkan bahu acuh tak acuh.
"Kau sendiri? Apa tidak mau menikah?" tanya Harry lagi.
"Aku?" Arthur terkekeh kencang. "Bahkan memikirkannya saja tidak pernah," katanya mengakui.
"Kalau begitu, kau harus mulai memikirkannya dari sekarang, Arthur."
"Kau bicara seperti orang yang sudah menikah saja," jawab Arthur malas.
Harry tertawa pelan. "Aku memang belum menikah, tapi aku sudah memikirkan dan merencanakannya."
"Woa ... semoga kau cepat menikah kalau begitu."
Harry hanya menyunggingkan senyum tipis dan mengajak Arthur menikmati minuman yang tersedia disana. Mereka membicarakan keseharian masing-masing.
"Aku ke toilet dulu." Harry undur diri sejenak dari hadapan Arthur yang dibalas Arthur dengan anggukan.
Bersamaan dengan itu, Gerrard Smith hadir dan menyapa semua tamu yang sudah datang disana. Tapi, pandangan Arthur tak lagi menuju pria yang masih ada hubungan kerabat dengannya itu, karena kini dia justru melihat seorang wanita yang memasuki ruangan dengan gaun hitam yang membalut tubuhnya.
Brianna membuka mantel bludru-nya begitu memasuki tempat berlangsungnya acara. Dia berjalan pelan dan tampak kebingungan karena tidak siapapun dikenalnya disana. Tanpa pernah dia sadari, sepasang mata menatapnya sejak tiba disana.
"Kau tiba juga ternyata." Suara itu membuat Brianna menatap, Arthur sudah berdiri didepannya dengan seulas senyum miring khas-nya.
Brianna kembali mengabaikan, dia mau berjalan ke sebuah meja kosong tapi langkahnya terhenti kala dia merasa jika lengannya dicekal oleh seseorang.
"Masuk bersamaku," desis Arthur disamping tubuh Brianna.
"Kalau aku tidak mau. Memangnya kenapa?"
Arthur menyeringai, wanita itu malah menantangnya.
"Ku pastikan kau akan menyesal." Arthur mengancam.
"Menyesal dalam hal apa, huh?" Brianna tampak meremehkan.
"Akan ku pastikan kau tidak akan bekerja lagi besok."
Brianna terdiam, jika dia dipecat maka dia akan terlepas dari Arthur, tapi Arthur bukan atasan yang berhak memecatnya.
"Kau tidak berhak mengaturku, atasanku adalah Mrs. Jane bukan dirimu," jawab Brianna acuh tak acuh.
Brianna berjalan melewati tubuh Arthur. Pria itu membiarkan, hanya saja kini dia dapat melihat punggung mulus Brianna karena model gaun yang dikenakan wanita itu. Arthur memejam untuk beberapa detik, menetralkan sesuatu yang bergejolak didalam dirinya. Sial an.
Arthur memilih mengikuti langkah Brianna dan tanpa permisi duduk didepan wanita itu yang sudah menjatuhkan bo kongnya pada sebuah kursi disana.
"Mungkin aku memang tidak punya hak untuk memecatmu, tapi aku pastikan kau sendiri yang akan mengundurkan diri, besok."
Brianna mengepalkan tangannya, pria didepannya ternyata masih mau membahas hal tadi. Brianna diam dengan hati yang kesal dan dongkol. Apalagi sekarang Arthur duduk satu meja dengannya. Brianna pikir jika Arthur bisa membuatnya mengundurkan diri maka konsekuensinya dia harus membayar biaya pinalti itu, tentu Brianna tidak mau. Lebih baik dia dipecat saja, ketimbang mengundurkan diri lebih dulu sebelum masa kerjanya habis. Ah, dia pusing sekarang.
"Hallo, kalian sudah tiba ..." Gerard menyapa Brianna dan Arthur disana.
"Ya, Mr. Smith. Terima kasih atas undangannya," kata Brianna.
Gerard duduk di di sisi Brianna. "Ya, senang bisa mengundangmu kesini. Apakah kau sudah mencicipi makanannya?" tanyanya.
Brianna menggeleng sungkan dengan senyum di bibirnya.
Arthur meneguk minumannya saat melihat interaksi Gerard dan Brianna. Dia diam tanpa berkata apapun.
"Maukah kau berdansa denganku?" Gerard menanyai kesediaan Brianna, sedangkan Arthur melotot mendengar perkataan pria itu.
Brianna sendiri langsung menggeleng begitu Gerard mengajaknya berdansa.
"Maaf, Tuan. Aku tidak bisa berdansa," jawabnya.
"Tidak mungkin. Ayolah!" ajak Gerard sedikit memaksa.
Brianna sungkan jika menolak kedua kali sampai akhirnya dia mengiyakan.
"Aku meminjamnya dulu, Arthur," kata Gerard sambil mengerlingkan sebelah matanya pada Arthur.
Arthur diam saja. Tidak memberi respon apapun. Tidak mengiyakan pun tidak melarang.
Arthur melihat Gerard menggandeng Brianna secara perlahan hingga tiba ditengah-tengah lantai dansa. Musik berubah menjadi alunan lembut dan kedua orang itu berdekatan untuk memulai sebuah gerakan dansa.
Arthur memperhatikan Gerard dan Brianna dari posisinya. Entah kenapa rahangnya mengeras melihat pemandangan disana. Gerard dan Brianna tampak serasi dan berdansa mengikuti irama musik yang dimainkan. Tangan Gerard memegang pinggang Brianna, pun Brianna tampak memegang jari jemari Gerard.
Arthur menenggak habis minumannya dalam sekali tegukan. Sampai akhirnya sebuah tepukan di pundaknya membuatnya menyadari jika itu adalah Harry.
"Mr. Smith memang pandai memilih wanita," celetuk Harry membuat Arthur terkekeh sinis.
"Dia terkenal dengan kepiawaian nya mengenai hal yang satu itu," sambung Harry.
Arthur mengepalkan tangannya untuk hal yang dia sendiri tidak tau apa.
"Ayo bertaruh, apakah gadis itu akan berakhir di ranjangnya?" ujar Harry yang terus berceloteh tanpa menunggu tanggapan dari Arthur.
Dalam hati, Arthur terkekeh saat Harry menyebut kata 'gadis' untuk Brianna. Harry pasti belum menyadari jika wanita yang berdansa dengan Gerard disana adalah Brianna, perempuan yang dulu sering mereka rundung di kampus dan berakhir dengan hubungan satu malam bersama Arthur. Tentu Harry mengetahui hal itu juga, apa yang terjadi pada Arthur dan Brianna malam itu, 4 tahun yang lalu.
"Tidak ..." Arthur tiba-tiba menyahut.
"Apa maksudmu dengan 'tidak'?" Harry sampai menolehkan kepalanya pada Arthur demi mendengar jawaban yang jelas dari pria itu.
"Gerard tidak akan berhasil membawa wanita itu ke ranjangnya," jawabnya tenang dengan tatapan mata tertuju pada dua orang yang masih berdansa disana.
"Tidak ada gadis atau wanita yang mampu menolak pesona Gerard Smith," ujar Harry dengan penilaiannya.
"Wanita itu akan menolaknya karena dia lebih memilih berakhir di ranjangku," jawab Arthur dan Harry justru terkekeh.
"Wait, kau tertarik pada gadis itu?" tanya Harry memastikan jika dia tidak salah mendengar ucapan Arthur. "Ku pikir dia memang cantik," sambungnya.
Arthur terkekeh. "Aku? Tertarik padanya?" Dia menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tertarik mengerjainya," ungkapnya.
"Kalau begitu, buktikan!" tantang Harry.
Arthur menyeringai, bukankah dia memang akan mengerjai Brianna begitu mereka tiba di London?
...To be continue ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Henny Aprilaz
loading otak c Arthur...tak menyadari bahwa dia mencintai c Bri....😇😇😇
2024-09-07
1
Yeni Rahmah
thanks kaka.. udh apdet banyak.. jadi bahagia aku bacanya😍😍😍
2023-06-06
3